4 - THE UNSUCESSFUL ATTEMPT

1593 Words
Menghabiskan akhir pekan di Crown Point ternyata hanya menyisihkan sakit hati tanpa benar-benar menyembuhkannya. Justru berada di sana membuat semua mimpi yang pernah dimiliki Jason bersama Sara kembali mengerubunginya. Pertanyaan-pertanyaan tentang Sara yang sebelumnya berhasil dia redam, kembali mengisi pikirannya. Dia tenggelam lagi dalam perasaan tidak tahu dan berusaha menemukan alasan yang menyebabkan hubungan mereka kandas. Namun kali ini, dia tidak bisa mengungkapkannya. Dia hanya bisa menyimpannya seroang diri.  Di hadapan keempat sahabatnya, Jason tampak menikmati akhir pekan mereka dengan tawa dan senyum sekalipun benak dan hatinya berada jauh dari Crown Point. Jason berusaha tidak menimbulkan kecurigaan yang akan membuat sahabat-sahabatnya khawatir.  Jika biasanya menghabiskan akhir pekan bersama keempat sahabatnya memberinya energi tambahan dan punya efek positif, yang dirasakannya kali ini justru sebaliknya. Bukannya menikmati waktunya jauh dari hiruk-pikuk New York, Jason justru merasa terkungkung dan sangat merindukan kembali kesendiriannya.  Menyimpan kegundahannya dari Charles, Shane, Liam, dan Douglas bukanlah perkara gampang. Namun sampai mereka berpisah untuk kembali ke rumah masing-masing dan tidak ada satu pun kecurigaan yang diungkapkan kepada Jason, berarti usahanya untuk menyimpan semuanya seorang diri berhasil. Mereka berjanji untuk bertemu di Emmett’s hari Jumat berikutnya, dan Jason hanya bisa mengangguk. Dia akan melihat suasana hatinya seperti apa dulu sebelum berjanji.  Maka ketika harus kembali ke New York, tidak ada yang membuat Jason lega selain bisa menghabiskan waktu sendirian di rumah. Dia bahkan menolak ajakan Liam untuk makan malam di apartemennya. Jason perlu menjauh dari Liam jika tidak ingin sahabatnya itu menebak isi hatinya.  Hal pertama yang dilakukan Jason begitu memasuki rumah setelah meletakkan tas dan membersihkan diri adalah merapikan isi kulkas serta membuang bahan makanan yang sudah kadaluarsa. Jason tahu dia bisa membersihkannya lain hari, tetapi dia ingin pikirannya dipenuhi kesibukan. Dia lantas duduk di teras belakang, menyaksikan langit berganti menjadi gelap.  Dia tidak pernah membenci hari Senin, tapi Jason sangat tidak ingin masuk kerja besok. Dia tentu saja bisa beralasan sakit dan Andre—bosnya—tidak akan curiga. Namun Jason tidak bisa begitu saja meninggalkan pekerjaan hanya karena dia tidak ingin pergi ke kantor. Berdiam di rumah hanya akan membuat sakit hatinya semakin menyiksa dan dia akan merasa tidak berguna jika tidak melakukan sesuatu.  Sulit bagi Jason menghitung berapa banyak waktu yang dihabiskannya bersama Sara di teras belakang ini. Terlalu banyak kenangan dan obrolan yang saat ini tidak lagi punya arti. Sering mereka bicara tentang masa depan dan keinginan Sara mengunjungi tanah kelahiran Jason di Indonesia. Mereka bahkan sempat membahas tentang berapa anak yang ingin mereka miliki jika sudah menikah nanti. Menyesap birnya, Jason mengembuskan napas panjang sembari berselonjor. Semua obrolan yang dulunya terasa seperti mimpi indah, sekarang berubah haluan menjadi mimpi buruk yang terus mendatanginya, enggan untuk beranjak. Bayangan itu bahkan menguntitnya tanpa jeda.  Beberapa hari belakangan, Jason berusaha menemukan rencana masa depannya yang mana yang tidak melibatkan Sara. Namun semakin kerasa usahanya, Jason disadarkan bahwa jawaban atas pertanyaan itu adalah tidak ada. Semua yang ingin dijalani dan dimilikinya selalu melibatkan Sara. Maka dari itu, Jason merasa begitu kehilangan arah ketika hubungan mereka kandas.  Jason pun sampai pada satu pertanyan penting, “Jadi buat apa aku tetap di sini?” Dengan tidak adanya lagi Sara dalam hidupnya, Jason merasa New York tidak lagi mampu menahan langkahnya. Cepat atau lambat, suka tidak suka, dia harus kembali menata hidupnya dari nol. Dia harus menghapus semua rencana yang tidak mungkin lagi terlaksana dan menemukan tujuan hidup yang baru.   Ada rasa enggan yang melingkupi Jason, tetapi dia tidak punya pilihan selain melanjutkan hidup dan mengatakan kepada dirinya sendiri bahwa Sara tidak akan kembali. Dia sangat sadar bahwa yang menghambat usahanya untuk benar-benar menerima kenyataan adalah penolakan dalam hatinya. Meski kecil, Jason masih berharap Sara akan kembali. Namun setelah lebih sebulan, dia harus benar-benar menerima fakta yang tidak mengenakkan. Satu hal yang dianggap Jason sebagai dampak positif dari berakhirnya hubungannya dengan Sara adalah dia tidak ingin lagi menjadikan hubungannya dengan seorang perempuan sebagai pusat seluruh rencana dan masa depannya. Jason belajar untuk mengutamakan dirinya sendiri. Dengan sekali teguk, Jason menandaskan bir di tangannya sebelum dia masuk ke dalam rumah. Dia tahu bahwa keputusan untuk meninggalkan New York masih mentah dan dia tidak ingin mengambilnya dalam keadaan seperti ini. Jason ingin mellihat berapa lama dia bisa menjalani kehidupannya saat ini sebelum benar-benar tidak lagi mampu berada di New York. Dia pun memikirkan sahabat-sahabatnya yang pasti akan sangat terkejut jika Jason mengatakan ingin meninggalkan New York untuk kembali ke Indonesia. Dia akan merindukan mereka. Jason sadar, satu hal yang saat ini mampu membuatnya bertahan di New York hanyalah Charles, Shane, Liam, dan Douglas.  Meletakkan botol kosong birnya di dekat kitchen sink, Jason lantas menuju kamar tidur.. Meski masih belum larut, Jason berharap dia akan bisa memejamkan mata dan menyisihkan keruwetan pikirannya untuk semalam saja.  *** Membaca kembali surel yang dikirimkan Andre sebagai pengingat tentang meeting dua hari lagi, Jason hanya bisa mengembuskan napas lelah sepelan mungkin. Brainstorming untuk sebuah produk sepatu ternama adalah yang harus dipikirkannya saat ini, bukan menyatakan niatnya pergi dari New York kepada Andre.  Jangankan Indonesia, Andre pernah murka saat mengetahui kantor mereka di San Francisco menawarkan posisi ke Jason. Sejujurnya tanpa campur tangan Andre pun, Jason pasti menolak tawaran tersebut. Dia tidak bisa meninggalkan Sara. Bahkan jika tawaran itu datang di Boston atau Philadephia pun, Jason tidak akan menerimanya.  Jika tawaran itu datang sekarang, Jason akan mengambilnya dengan cepat tanpa perlu berpikir dua kali. Posisinya di kantor ini memang sudah cukup mapan, hasil kerja keras dan juga ratusan jam yang dihabiskannya lembur. Sebagai Assistant of Digital Advertising Director, dia bertanggung jawab langsung ke Andre sebagai Digital Advertising Director. Jason menjalani perannya dengan serius karena dia tahu persaingan di dunia advertising, terlebih di New York, sangatlah kompetitif. Dia harus memberikan semua usaha terbaiknya untuk setiap project jika tidak ingin digantikan oleh orang lain yang jauh lebih kompeten.  Untuk pekerjaannya kali ini, Jason merasa harus berterima kasih kepada ayahnya yang telah membimbingnya untuk mengambil kuliah yang berhubungan dengan teknologi. Di dunia sosial media yang menghubungkan manusia dengan cepat dan global seperti sekarang, Jason bisa mendapatkan pekerjaan dengan mudah.   Jason dengan segera mengalihkan pandangannya dari layar komputer untuk berselancar di ** karena Andre menginginkannya untuk bertanggung jawab pada sosial media tersebut. Jika sebagian besar orang menggunakan sosial media sebagai pengisi waktu luang, bagi Jason menyelusuri ** adalah bagian dari pekerjaan. Banyak ide yang diperolehnya dari media sosial tersebut dan jika tidak ingat dia harus makan siang, Jason bisa menghabiskan seluruh jam kantornya menelusuri ** demi menemukan ide yang belum pernah ada sebelumnya.  Seringkali dia mendengar orang-orang yang ditemuinya menganggap pekerjaannya menyenangkan. Jason biasanya hanya memberikan senyum tipis karena tanggung jawabnya jauh dari kata menyenangkan karena dia juga harus bersinggungan dengan statistik dan angka. Dia yakin, jika orang lain tahu pekerjaannya yang sesungguhnya, pendapat mereka pasti berubah. Dia terdiam ketika sebuah pikiran melintas. Sudah lama sejak dia mengecek ** Sara dan rasa penasarannya pun muncul. Dengan segera dia mengetik nama akun Sara dan melihat kembali wajah perempuan yang pernah begitu berarti baginya, jantung Jason berdegup lebih kencang. Ketika dia membuka akun Sara dan membaca satu per satu caption setia post perempuan itu, napas Jason tertahan saat melihat satu foto Sara yang dipeluk seorang pria dari belakang dan Sara menelengkan kepala sembari tersenyum lebar.  Hati Jason terasa seperti tertusuk. Bukan hanya karena Sara sudah menemukan pria lain, tetapi juga karena dirinya bahkan masih berusaha melangkah dari kebohongan yang diciptakannya sendiri tentang Sara. Dia masih harus merangkak untuk menghindari bayangan Sara, dan perempuan itu telah menemukan pria lain.  Apa yang sebenernya terjadi di antara kita, Sara? tanya Jason dalam hati. Jason merasa begitu bodoh karena masih menyimpan harapan semu sementara Sara sudah memberikan hatinya kepada pria lain. Membasahi tenggorokan, Jason membaca caption yang menyertai foto tersebut. Finding you was the best thing that happened to me these past few months. Love you with every beat of my heart. Sara pun tidak lupa menyisipkan emoji hati yang membuat Jason semakin menyesali keputusannya membuka akun Sara.  Dengan sedikit kesal, dia membanting pelan ponselnya ke atas meja hingga menimbulkan bunyi debam pelan. Jason menyangka hanya dia yang mendengarnya, tetapi Scott yang duduk di sebelahnya langsung menoleh ke arah Jason. “Are you okay, man?” Jason hanya mendengus pelan sebelum menatap pandangan Scott. “I will be,” balas Jason sambil tersenyum tipis. “Don’t worry.” Meski tahu jawabannya tidak cukup meyakinkan, Jason kembali menatap layar komputernya dan berusaha mengalihkan pikiran dari Sara serta pacar barunya. Juga agar dia tidak lagi ditanyai oleh Scott. Meski status mereka hanyalah teman kerja, Scott adalah sedikit dari orang di kantor yang tahu tentang hubungannya dengan Sara karena mereka berdua sempat menjadi teman sekantor.  Namun usaha Jason untuk kembali fokus rupanya gagal.  Ada banyak pertanyaan yang mengisi kepalanya. Pertanyaan-pertanyaan yang tidak dia miliki jawabannya. Satu yang pasti, dia tidak menyangka bahwa Sara akan secepat itu menemukan pengganti dirinya. Jika mereka baru berhubungan beberapa bulan, hati Jason mungkin tidak akan sesakit ini. Namun ada lima tahun yang mereka habiskan berdua hingga membuat kenyataan ini terasa begitu tidak nyata.  Dia tahu Sara bukan tipe perempuan yang gampang mengutarakan kata cinta. Jika dia sudah mengungkapkan kata itu-terlebih di sosial media-berarti Sara mungkin sudah mengenal pria itu jauh lebih lama. Bahkan mungkin saat mereka masih berhubungan.  Menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan, Jason berusaha untuk tidak melampiaskan emosinya sekarang jika tidak ingin mendapatkan banyak pertanyaan.  Dia tidak pernah menyangka bahwa lepas dari Sara akan sesulit ini. Satu hal yang memenuhi benak Jason saat ini adalah rasa tidak terima dan marah karena dia merasa begitu t***l telah menjerumuskan dirinya dalam ketidakpastian sementara Sara telah berhasil melupakannya. Jason merasa hidup berlaku tidak adil kepadanya sekarang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD