6 - THE CHOICES

1661 Words
Ketika Liam ingin berkunjung, Jason tida mengajukan banyak pertanyaan karena dia takut bahwa semua yang dia sembunyikan akan terungkap.. Sejak menghabiskan akhir pekan di Crown Points beberapa minggu lalu, pertemuannya dengan Liam dan juga ketiga sahabatnya yang lain memang tidak terjadi. Pub hopping yang biasanya mereka lakukan setiap Jumat malam pun terpaksa mereka batalkan karena kesibukan masing-masing yang sulit menemukan waktu. Dalam hati, Jason bersyukur karena mereka tidak akan bisa membaca bahwa ada yang mengganggu pikirannya. Dia pun enggan dikasihani karena sahabat-sahabatnya pasti merasa bahwa usaha mereka untuk membantu Jason melupakan Sara hanya berbuah kesia-siaan. Pikiran tentang Sara dan pacar barunya memang sudah tidak lagi datang menghantuinya, tetapi bukan berarti bahwa dia sudah bisa sepenuhnya melupakan Sara. Setiap sudut New York City dengan angkuh mencemoohnya karena masih berada dalam bayang-bayang Sara sementara perempuan itu sudah menemukan tambatan hati yang lain. Jason merasa bodoh. Dia jelas tidak bisa menolak kedatangan Liam, atau sahabatnya itu akan segera tahu bahwa ada yang disembunyikan Jason. Dia bahkan yakin, jika menolak permintaan Liam, pria yang hanya berselisih satu tahun dengannya tersebut akan tetap datang ke tempatnya, bahkan mungkin mengajak Charles, Douglas, dan Shane. Saat ini, Jason masih belum mampu bertemu mereka semua.  Semakin hari, Jason semakin sulit untuk memejamkan mata setiap malam tiba. Dia seperti dihantui keputusan yang harus diambilnya, sementara saat ini, dia masih bimbang tentang banyak hal.. Mamanya pun seperti bisa merasakan keresahannya. Dua hari lalu, dia mendapatkan telepon saat istirahat makan siang, yang berarti di Indonesia lepas tengah malam. Dia mulai percaya bahwa ikatan antara ibu dan anak memang susah dilepaskan, tidak peduli jika anak tersebut berada di New York City. Jason tidak terbiasa mendapatkan telepon dari mamanya saat weekdays, setidaknya tidak selarut itu untuk ukuran mamanya. Mereka punya ritme yang selama ini membuat Jason nyaman. Mamanya hanya bilang dia ingin bertemu Jason setelah bermimpi bahwa Jason kembali menjadi anak kecil yang sedang bermain pasir di pantai. Jason tidak percaya dengan tafsir mimpi, tapi yang dia tahu, mamanya tidak akan meneleponnya saat sedang istirahat siang tanpa alasan jelas. Meski akhirnya mampu menenangkan mamanya dan berjanji akan menelepon lagi saat akhir pekan, panggilan itu sungguh mengganjal dalam hati Jason. Meski berusaha disangkal, Jason merasa mimpi mamanya terasa seperti pertanda.  Memastikan pekerjaannya tidak terbengkalai karena Sara atau keputusan yang harus diambilnya, menyusun rencana masa depannya harus segera dia pikirkan jika tidak mau terombang-ambing seperti ini terus-menerus. Dia tidak ingin terus dikejar oleh bayangan Sara dan juga percakapan dengan mamanya.  Kunjungan Liam datang di saat yang tepat karena sahabatnya tersebut akan mampu dijadikannya teman diskusi. “You look like s**t, man!” Jason memutar bola matanya sebelum menyambut pelukan Liam. Mereka saliing menepuk punggung masing-masing sebelum Jason melepaskannya. “How are you?” Liam menelengkan kepala sebelum berujar, “Harusnya aku yang bertanya seperti itu.” Dia lantas menatap Jason lekat. “How are you doing? Because I cleraly sense that you’re not well,” balas Liam. “Emotionally,” tambahnya.  Jason tahu dia tidak bisa membalasnya dengan kalimat biasa karena Liam akan dengan segera tahu bahwa dirinya jauh dari kata baik-baik saja.  “Like s**t!” Mereka berdua lantas tergelak sebelum Jason menutup pintu begitu Liam masuk. “Wanna talk in the back?” “Do we even have a choice?” Setelah mengambil bir dari dalam kulkas dan membukanya, mereka segera menuju ke teras belakang. Musim dingin tampaknya akan segera berlalu karena cuaca mulai menghangat dan tidak ada yang membuat Jason bahagia selain musim semi.  Terlebih dirinya punya alasan kuat kenapa membenci musim dingin kali ini setengah mati. “Apa yang mau kamu bicarakan?” Jason tergelak sebelum dia menyesap birnya. “Aku kepikiran untuk pergi dari New York.,” ucap Jason sembari menatap Liam. “It has been bothering me, and I want to say that it’s not about Sara, but part of that thought is because of her.” “WHAT?!” pekik Liam. Dia hampir saja menyemburkan bir yang baru disesapnya. “Belum menjadi keputusan yang final, Liam. Aku juga masih mempertimbangkan banyak hal.” “You love her so much, don’t you?” Jason hanya membalasnya dengan sebuah senyum tipis.  Hening menyelinap di antara mereka sebelum Liam menatap Jason. “Are you sure about this, Jason?” Jason menggeleng. “Aku bahkan tidak tahu apa yang aku inginkan, Liam, apalagi keputusan sebesar itu. Tapi aku merasa New York bukan tempat yang pas untukku, setidaknya untuk sekarang. I need to get away, even for a while.” “So what’s on your mind?” Jason mengedikkan bahu. “Kamu pasti akan menyebutku gila, tapi belakangan aku mulai memikirkan Indonesia.” Ada tawa keluar dari mulut Liam yang dikenali Jason sebagai you-must-be-kidding-me karena dia sangat mengenal Liam. Jason jelas tidak menyalahkan reaksi yang diberikan Liam. Dia yakin, siapa pun yang mendengar kalimat yang baru diucapkannya pasti akan punya reaksi yang kurang-lebih sama. “Sekarang aku baru sadar otak kamu sedang terganggu.” Jason hanya menanggapinya dengan tawa kecil. “That’s the kind reaction I was expecting from you.” Mendengar itu, Liam menoleh dan memberikan Jason tatapan khawatir. “You are serious, aren’t you?” tanya Liam dengan nada dan muka yang sedikit cemas. “Aku ingin sekali bilang bahwa ide meninggalkan New York sudah bulat, sementara menjadikan Indonesia sebagai tujuan adalah sebuah kepastian. The thing is, I don’t know anything, Liam. Aku berharap kamu bisa memberiku opini yang tidak menghakimi. Help me a little bit to untangle this mess.” Kali ini, Liam diam. Setelah meneguk bir di tangannya yang tidak lagi dingin, dia mengembuskan napas.  “What do you want me to say? Sebagai salah satu orang terdekat, aku jelas menginginkan yang terbaik untuk kamu. Selama masih ada di Amerika, aku dan juga Shane, Charles, dan Douglas pasti akan mengunjungi kamu. Kami bisa mengatur jadwal khusus untuk mengunjungi kamu. That’s a no brainer. But Indonesia … that place is on a different continent. Aku nggak yakin kami akan mampu ambil cuti sebanyak itu untuk mengunjungi kamu. Apakah kamu percaya ada di Indonesia akan menjamin kamu tahu apa yang kamu inginkan?” Jason menggeleng. “I told you, I know nothing.” “You should take some days off from work, go somewhere, and think about it. Karena selama kamu masih ada di New York, keinginan kamu untuk meninggalkan kota ini pasti besar. Think really hard about what you want, and then make a decision. Apa pun itu, aku pasti mendukungmu asalkan kamu yakin melakukannya. Jangan ambil keputusan saat kamu masih benar-benar belum bisa lepas dari Sara. That would be a wrong decision to make, whatever it is.” “What about the boys?” tanya Jason merujuk pada ketiga sahabatnya yang lain. “Reaksi mereka tidak akan berbeda jauh dariku. Yang terpenting adalah apa yang kamu inginkan, Jason. Kami akan tetap jadi sahabatmu, di mana pun kamu berada.” Jason menandaskan birnya dalam sekali tegukan sebelum memandang langit malam. Dia berharap keputusan yang harus diambilnya tidak serumit ini, tetapi Jason pun tahu bahwa apa pun yang akan diputuskannya nanti, akan memengaruhi kehidupannya dengan drastis. “Are you still thinking about her?” Jason merasa tidak ingin menjawab pertanyaan tersebut karena apa yang baru dia ungkapkan kepada Liam harusnya cukup dijadikan sebagai jawaban. Namun dia tahu, Liam ingin mendengar tanggapannya secara detail, bukan sekadar jawaban singkat. “Aku lebih sering memikirkan bagaimana dia bisa dengan cepat berpindah hati setelah apa yang kami miliki selama lima tahun.” Jason memalingkan wajah untuk menatap Liam. “Aku tahu Sara bukan perempuan yang dengan gampang jatuh cinta kepada pria lain. Fakta bahwa dia punya pacar sekarang membuatku yakin bahwa dia sudah mengenal pria itu waktu kami masih bersama.” “Jason, that’s not the best way to move on from her,” keluh Liam. “Aku tahu, tapi sulit bagiku menerima bahwa dia begitu gampangnya move on sementara aku masih berjuang untuk melupakan dia. Aku bahkan belum berpikir untuk mencari penggantinya.” “Tapi tidak ada yang bisa kamu lakukan, kan?” “Aku bahkan tidak bisa berkata kasar di hadapan Sara.” “Seriously, you need to go somewhere for a few days, just to get back your perspectives.”  “Mungkin aku harus menerima tawaran Andre untuk mengambil cuti beberapa hari.” “That’s a good start. Your boss already made your job easier by offering that.” “Semua rencana masa depanku berkaitan dengan Sara, Liam. I feel like going back to square one.” Jason lantas menghela napas panjang.  Liam meremas pundak Jason sembari berujar, “Berarti kamu punya bekal yang baik untuk hubungan kamu selanjutnya.” “Aku bahkan tidak yakin mau terlibat dalam sebuah hubungan jika ujung-ujungnya ini yang aku dapatkan.” Liam tergelak. “Aku yakin kamu akan melupakan Sara dan perasaan yang kamu rasakan saat ini. I think when you find the right woman, nothing else matters.” Jason tidak kuasa untuk mengeluarkan tawa getir. “Aku kira Sara adalah perempuan yang tepat, tapi apa buktinya?” “Mungkin apa yang akan aku ucapkan terdengar klise, tapi bagaimana kalau putusnya hubungan kalian adalah sebuah pertanda bahwa kamu akan menemukan perempuan yang tepat itu?” Dia memandang Liam dengan penuh keheranan. “Kamu kebanyakan baca majalah perempuan?” Liam membalasnya dengan meninju lengan Jason pelan. “Sialan!” Dia kemudian meletakkan botol birnya yang sudah tandas di samping tempatnya duduk. “Mark my words. When the time is right, you will find a much better woman than Sara. Dia akan menyadari bahwa keputusan untuk mengakhiri hubungan kalian adalah sebuah kebodohan. She will regret it and she will come back to you, but everything would be too late for her.” Jason terdiam karena dia tidak ingin membenci Sara, terlepas dari apa yang telah dilakukan perempuan itu kepadanya. Namun dia juga tidak sabar untuk melalui semua ini agar hidupnya kembali teratur dan memiliki tujuan. Dia berharap kalimat Liam akan menjadi kenyataan. “Let’s hope so.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD