7 - THE BEACH HOUSE

1476 Words
Seminggu sejak obrolannya dengan Liam serta mengiyakan tawaran Andre agar dirinya mengambil cuti selama beberapa hari, Jason akhirnya mengalah. Andre jelas tertawa terbahak-bahak ketika Jason menemui pria itu. Jason pun harus mengakui, bahwa insting Andre memang tepat. Bosnya tersebut bahkan menawarkan rumah liburan keluarganya di Quonochontaug, di negara bagian Rhode Island untuk ditinggali Jason. Meski sempat menolak dengan alasan bahwa staf lainnya mungkin merasa iri, Andre berhasil meyakinkan Jason bahwa itu tidak akan terjadi. Selama Andre tidak koar-koar mengenai hal itu, tidak akan ada yang tahu. Jason pun akhirnya hanya mengangguk dan mengucapkan terima kasih. Dia bisa sedikit menghemat biaya.  Jason sebenarnya lebih ingin pergi ke Montauk karena jaraknya yang masih cukup dekat dengan New York, tetapi Andre lantas mengusulkan tempat yang lebih jauh. Bosnya itu berpendapat, tempat yang asing bagi Jason akan mampu membuatnya berpikir jauh lebih jernih karena tidak ada hal yang familier untuknya. Ada beberapa tempat yang ditawarkan Andre, tetapi Jason memilih Rhode Island karena dia bisa membawa mobilnya ke sana.  Jason sering mendengar rumah tepi pantai yang dimiliki Andre, tetapi dia tidak menyangka bahwa bosnya tersebut justru memberinya izin untuk dia tempati selama beberapa hari. Yakin bahwa dia tidak akan bisa berenang karena air laut pasti makin dingin, Jason tetap merasa sedikit lapang mengetahui bahwa dia akan bisa menyaksikan pemandangan lain yang tidak setiap hari bisa dia lakukan. Menyetir mobilnya selama kurang lebih tiga jam dari tempat tinggalnya di Rego Park, Jason akhirnya sampai. Dari awal dia memang ingin mengendarai mobilnya dibanding naik pesawat karena dengan menyetir, dia bisa sambil berpikir. Menyetir di New York City cukup membuat tingkat kesabaran Jason menipis, maka dia ingin merasakan jalan yang tidak terlalu sibuk.  Senyumnya mengembang saat telinganya menangkap suara debur ombak dan aroma Samudera Atlantik memanjakan penciumannya. Sudah lama Jason tidak diselipi perasaan seperti ini. Dia pun tidak sampai tersesat karena alamat yang diberikan Andre cukup jelas hingga dia tidak perlu menghabiskan waktu untuk mencarinya.  Begitu memarkir mobilnya di depan rumah bercat abu-abu dan beratap hijau tersebut, Jason berhenti sesaat. Dia tidak membawa banyak pakaian karena musim semi masih belum sepenuhnya datang hingga mustahil dia bisa menghabiskan waktu dengan berendam atau berenang di laut.. Andre pun memberitahunya bahwa semua kebutuhan Jason sudah disiapkan. Dengan satu tarikan napas, Jason keluar dari mobil dan meraih satu weekender bag yang ditentengnya dengan tangan kiri. Begitu sampai di depan pintu, Jason merogoh kunci rumah yang diberikan Liam dari dalam saku celana jinnya. Dia memandang lama pintu di hadapannya karena sekalipun telah mendapat izin dari Andre, dia merasa datang ke rumah orang dengan diam-diam. Tangannya terangkat untuk mengetuk pintu dengan pelan meski dia tahu tidak akan ada orang di dalam, tapi Jason tetap melakukannya.  “Wow!” Kata itu terucap darinya setelah membuka pintu dan menyaksikan bangunan yang tampak sederhana dari luar tersebut benar-benar membuatnya kehilangan kata-kata. Meski tidak mewah, Jason tahu setiap barang di rumah ini dipilih dengan hati-hati serta memiliki nilai tinggi. Belum lagi dinding serta lantainya yang semuanya terbuat dari kayu. Cukup lama dia berdiri di pintu karena mengagumi isi rumah liburan milik Andre. Memasuki rumah tersebut, Jason bisa merasakan betapa hangatnya ruangan ini jika dipenuhi oleh satu keluarga. Belum lagi pantai serta laut yang terlihat jelas dari jendela yang tirainya sengaja dibuka di ruang makan. Meski terlalu besar untuk ditempatinya seorang diri, Jason yakin bahwa ini adalah tempat yang pas untuknya melarikan diri dari New York selama beberapa hari.  Dia bahkan tertawa kecil menyadari bahwa ada kemungkinan akan berat meninggalkan rumah seperti ini dan akan meminta cuti tambahan kepada Andre.  Meletakkan tasnya di atas sofa, Jason melangkah menuju setiap sudut rumah. Ketika Sampai di dapur, ayunan kakinya terhenti. Membayangkan bahwa tempat ini adalah rumahnya sendiri, lengkap dengan seorang istri serta anak-anak yang duduk di kursi dengan manis sementara istrinya menyiapkan makan malam, membuat tenggorokan Jason tersekat. “Aku seharusnya bisa memiliki semua itu dengan Sara,” ujarnya pelan.  Matanya menatap sebuah amplop di atas meja makan. Dia mengernyit, tetapi lengannya terulur untuk meraih amplop putih tersebut. Dia pojok kiri atas ada nama keluarga Andre yang ditulis dengan tinta emas. Jason dengan cepat membuka isi amplop tersebut dan membaca isinya. Jason, I hope youwill  find what you’re looking for in this house. Call me if you need anything, and don’t ever dare to think about work! Andre Jason tidak mampu menahan tawanya membaca isi surat pendek tersebut. Andre memang sudah berpesan saat memberikan kunci rumah ini agar dia tidak memikirkan pekerjaan dan meminta Jason untuk bersantai serta memikirkan keputusan-keputusan yang harus dia lakukan selanjutnya. Jason membaca pesan itu sekali lagi sebelum melipatnya dan memasukkannya kembali ke dalam amplop. Andre sudah memberitahunya bahwa ada empat kamar di rumah ini dan Jason bebas memakai kamar yang mana saja. Namun saat ini, deburan ombak yang terpampang di matanya begitu menggoda hingga Jason lantas membuka pintu bagian belakang rumah yang terhubung langsung ke halaman belakang yang berbatasan dengan pantai. Dia bisa memikirkan kamar mana yang akan ditempatinya nanti. Meskipun matahari bersinar terik, tetapi udara yang berembus dari pantai masih cukup dingin hingga Jason harus merapatkan jaket yang dipakainya. Dengan langkah pelan, dia menuruni tangga kecil sebelum sepatunya menginjak rumput demi menuju pantai. Memicingkan mata, dia mendekati bibir pantai dan mengembuskan napas panjang. Dari cerita Andre, pantai di belakang rumah ini merupakan pantai pribadi untuk beberapa pemilik rumah yang menghuni area di sini. Jason bisa membayangkan betapa sibuknya tempat ini saat musim panas tiba. Dia merasa beruntung ada di sini sekarang karena memang suasana seperti ini yang dicarinya. Senyum Jason melebar saat merasakan sepatunya menginjak pasir dan berharap dia bisa melepaskan sepatu agar bisa membenamkan kaki telanjangnya ke dalam pasir pantai. Mendekati bibir pantai, Jason memasukkan kedua tangannya ke saku jaket dan memandang samudera lepas di hadapannya.  Jason lupa kapan terakhir kali bisa menikmati ketenangan yang dialaminya sekarang karena selama berhubungan dengan Sara, perempuan itu lebih suka menjadikan kota-kota di Amerika Serikat sebagai tujuan liburan dibandingkan ke kota kecil atau tempat yang berkaitan dengan alam bebas. Liburan bersama Sara pun selalu berkaitan dengan penginapan mewah dan belanja. Dia tertawa membayangkan Sara ada di tempat ini karena perempuan itu pasti sudah merengek untuk kembali ke New York City. Meskipun Sara bukan hubungan pertama yang dimiliki Jason, tetapi Sara adalah perempuan satu-satunya yang membuatnya berpikir untuk mengakhiri masa lajang. Jason begitu yakin bahwa Sara adalah perempuan terakhir dalam hidupnya. Berakhirnya hubungan mereka membuat Jason merunut sejarahnya bersama perempuan itu.  Menarik napas panjang, Jason berusaha mengingat pertengkaran yang terjadi di antara mereka. Dan Jason tidak bisa menemukan satu alasan pun yang membuat mereka berargumen. Satu hal ini dianggap Jason sebagai hal yang biasa dulu, tetapi sekarang dia sadar bahwa absennya pertengkaran di antara mereka karena dirinya yang selalu menuruti keinginan Sara. Dan itu adalah hal yang tidak sehat dalam sebuah hubungan. Jason seharusnya tahu bahwa hubungan apa pun yang melibatkan hati, perbedaan pendapat adalah hal yang wajar. Namun setelah menghabiskan hari di kantor yang menguras tenaga dan pikirannya, hal terakhir yang diinginkannya adalah bertengkar dengan Sara. Karena itu, dia lebih sering mengiyakan usul Sara dibandingkan menolaknya, termasuk jika dia sudah begitu lelah di kantor. Dia tidak pernah menolak apa pun yang diinginkan Sara.  Dan Jason baru menyadarinya sekarang. Tidak ada kebencian yang muncul dalam hati Jason sekalipun hatinya telah disakiti begitu dalam. Bagaimana mungkin dia membenci perempuan yang pernah membuatnya jadi pria paling bahagia? Jason yakin, Sara akan tetap tersimpan dalam hatinya. Sekarang, perempuan tersebut masih memiliki porsi yang besar, tetapi seiring berjalannya waktu, dia tidak ragu bahwa porsi hatinya untuk Sara akan berkurang, hingga akhirnya tinggal setitik. Namun, Sara tidak akan pernah sepenuhnya hilang dari hati dan hidupnya. Jika ada satu perasaan yang bisa mewakili Jason terhadap Sara adalah kecewa karena telah memberikan hatinya dengan utuh kepada Sara selama lima tahun dan ujung dari perbuatannya itu adalah sakit yang begitu perih. Bahkan jika saat ini Sara menghubunginya dan memohon maaf kepadanya, Jason akan memberinya dengan segera. Dia percaya bahwa memaafkan Sara akan membuatnya hidupnya menjadi lebih lapang untuk dijalani, tidak lagi ada beban yang menggelayutinya.  Satu ketakutan yang menghantui Jason adalah jika dirinya menjadi apati terhadap cinta akibat sakit hati yang dirasakannya. Dia tentu saja masih ingin memiliki keluarga, menjadi ayah dan suami, tetapi dia khawatir akan dikendalikan rasa takut jika ada perempuan yang memikat hatinya. Bayangan akan kembali ditinggalkan pasti muncul dan Jason tidak tahu apa yang harus dilakukannya jika itu terjadi.  Berdeham pelan, Jason merendahkan tubuh hingga dia bisa menyentuh riak air yang membasahi ujung sepatunya. Meskipun dingin, dia tetap membiarkan tangannya basah.  “You know what, Sara? There’ll come a time when you don’t matter anymore.” Seusai mengucapkan itu, Jason membalikkan badan dan ingin tidur siang. Dia lupa kapan terakhir kali melakukannya. Bahkan pada saat akhir pekan pun, Jason tidak pernah bisa tidur siang. Sekalipun ada banyak hal yang membebani pikirannya, selama beberapa jam Jason hanya ingin beristirahat. Dia masih punya beberapa hari sebelum mengambil keputusan yang mungkin akan mengubah hidupnya. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD