Rindu
Sinar mentari menelusup melalui celah jendela mengusik tidurku yang lelap, tubuhku menggeliat dan aku tersenyum saat merasakan ada tangan kekar yang masih membelit tubuhku. Kubalikkan tubuhku yang hanya berbalut selimut tebal, hawa dingin menusuk kulit sisa hujan semalam. Wajah tampan bersih hanya di tumbuhi bulu di dagu, dan sedikit sisa jambang bekas habis di bersihkan. Aku kecup hidungnya dan kurapatkan tubuhku, sisa pertempuran sengit semalam masih menyisakan sedikit perih di area vitalku.
Sang pemilik tubuh di sebelahku ikut terusik dan menggeliat tanpa melepas pelukannya di tubuhku makin mempererat dekapannya. Tubuh kita saling berhadapan tanpa sehelai benang hanya selimut yang menutupi tubuh kita.
"Udah bangun sayang"suara paraunya lirih yang kemudian mengecup keningku, sambil menarik tubuhku lebih rapat dan astaga dia menggesekkan adek kecilnya yang mengeras di sela pahaku.
"Sayanggg..."rengekku saat merasakan adek kecilnya di mainkan di bawah" Aku masih lelah, masih sakit juga apa semalem gak cukup?"ucapku sambil mengigit bibir bawahku.
"Sayang, untuk waktu satu bulan, semalam sangatlah tidak cukup" bisiknya bibir kenyalnya menyambar bibirku yang membuatku kembali terbuai dalam permainan bibirnya.
Aku membalas menyesap bibirnya membelit lidahnya hingga berasa kehabisan oksigen baru kita saling melepaskannya.
"Aku suka sekali gaya sayang yang liar banget semalam" bisik suamiku menggoda
"Mas Jovan"teriakku malu Sambil mendorong tubuh kekarnya tapi tangannya lebih cepat meraih pinggangku yang membuatku jatuh menindihnya.
Adek kecilnya makin mengeras saat aku duduki, tubuhku di tarik dan di peluknya erat.
"Aku akan pelan-pelan sayang huh..." ucapnya sambil tangannya terus membelai apa saja yang di pegangnya dalam tubuhku, membuat gairahku cepat sekali terpancing. Kita berciuman cukup lama dan ya mas Jovan menunjukkan dia memang sangat menikmati pagi ini, mengeksplore tubuhku inci demi inci. Dan entah aku yang terlalu menikmati hingga tanpa aku sadari adek yang sudah mengeras sudah penuh sesak di dalam lubang intimku, aku mendesah manja di atas suamiku saat suamiku menyentakkan adek kecilnya lebih dalam.
"ughhhh...." kita saling melumat, menyesap, membelitkan lidah hingga pinggangku tanpa aku sadari trus mengikuti gerakan pinggang mas Jovan, meraih kedalaman yang kita inginkan,
mas Jovan telentang dengan kedua tangan di bawah kepala dan menggodaku yang masih asik menikmati tubuhnya.
"sayang truslah liar dan binal seperti ini aku suka sekali" ucapnya mengedipkan sebelah matanya
dan aku yakin wajahku langsung merah seperti kepiting rebus. aku ingin beranjak namun mas Jovan menahanku dan membenarkan posisi adek kecilnya yang hampir terlepas,
"kenapa mesti malu huh, pahalanya kan gede membuat suami bahagia" aku pukul dadanya yang membuatnya meringis, tanpa melepas pertautan organ intim kita mas Jovan mengambil posisi duduk, dan aku masih duduk menghadapnya, mas Jovan langsung melahap dua bukit kembar milikku yang membuatku menggelinjang hebat, menekan kepalanya lebih dalam di dadaku.
"ughhhhhhh" aku mengigit bibir bawahku menahan gelolak birahiku yang makin memuncak, aku tekan pinggangku untuk mendapatkan yang lebih dan aku yakin mas Jovan juga sangat menikmati.
Trus ku goyangkan pinggangku, dengan dua bukit kembarku yang bergoyang-goyang yang satu tentu saja dalam genggaman tangan mas Jovan, yang satunya dalam mulutnya. aku remas rambut kepalanya sebagai ekspresi bahwa aku sangat menikmati.
setelah puas memainkan bukit kembarku, mas Jovan mengambil alih posisi, aku di tidurkan di bawahnya di tindihnya tubuhku bibir kita kembali saling membelit.
"i want eat your p***y" bisiknya
"nooooo" teriakku
mas jovan hanya tersenyum, dan sudah mengambil posisi kepalanya sudah di dalam selangkanganku yang langsung membuatku menutupnya,
"come on,"ucap mas jovan memohon sambil bibirnya trus menjilati kedua pahaku dan tangannya membuka pahaku dan ini benar-benar sensasi banget dalam gaya bercintaku dan mungkin akan menjadi favorit ku saat bercinta.
hingga aku lupa kalo pagi ini ada temu janji dengan salah satu pasienku, ponselku berdering tapi mas jovan tak mengijinkan aku beranjak hingga hasratnya selesai. saat mencapai titik kepuasan bersama, aku langsung mengambil ponselku dari atasanku, aku panik dan beranjak ke kamar mandi. mas jovan dengan santai menyusulku ke kamar mandi dan memelukku dari belakang.
"mau kemana hmmm"
"sorry sayang aku udah ada janji sama pasien, ucapku buru-buru sambil melakukan aktivitasku.
"bukannya sayang udah resign, minggu lalu aku udah menyuruh sayang resign kan?" suamiku menghardik
aku terdiam dan berlalu
setelah semua persiapan selesai, aku pamitan tapi kecewa di wajah mas Jovan tidak bisa di sembunyikan, dia memukul meja yang membuatku kembali terkejut.
"why?"teriaknya
"iya, mas udah menyuruhku resign. tapi mas gak bilang kapan mau menjemputku, jadi aku juga gak tahu mesti ngapain sendirian dalam apartemen ini, iya kalo mas langsung menjemput kalo masih lama apa aku gak akan mati kebosanan." ucapku masih bersabar dan aku langsung pamitan dengan rasa hati yang sedikit shock.
Mas Jovan menarik tanganku dan memelukku,"Sorry, aku egois, emosi tanpa mendengarkan alasan sayang terlebih dahulu," dia mengecup kepalaku dan aku hanya mengangguk
"Aku anterin yach" mas Jovan mengambil alih kunci mobil yang aku pegang.
Di dalam mobil kita saling diam, ada rasa kecewa sedikit dalam hatiku, Mas Jovan menggenggam tanganku dengan sebelah tangannya dan mencium punggungnya
"Sorry tadi aku udah membentak sayang" ucapnya menyesal" aku hanya rindu dan pengen punya waktu yang lama." keluhnya
"it's okey, aku akan segera mengurus resignku hari ini" ucapku menoleh menatap suamiku dan tersenyum.
Mas Jovan trus menggenggam tanganku, seolah tak ingin melepaskannya. Ada rindu kehangatan menelusup di relung hatiku.
Hari ini aku menyelesaikan semuanya, karena pada Minggu lalu aku sudah memohon pada atasanku utk resign. Dan di lobby depan kantorku aku sedang menunggu suamiku menjemputku.
Aku memang ingin mengikuti suamiku kerja di kantor cabangnya yang berada jauh dari tempat tinggal kita sekarang. Mas Jovan sebagai salah satu petinggi untuk mengembangkan perusahaan cabang di daerah terpencil, tapi mas Jovan bilang kini daerah tersebut cukup maju karena adanya perusahaan raksasa yang di dirikan oleh keluarga mas Jovan yang bergerak dalam perindustrian.
Aku belum pernah ke daerah tersebut, dan ini akan menjadi petualangan baruku.
Sebuah mobil Audi A5 berhenti tepat di depanku, dan itu suamiku menjemputku dengan gaya yang membuatku menyipitkan mata, tapi aku abaikan dan langsung duduk di sampingnya. mas Jovan mengecupku dengan lembut "capek sayang?" aku hanya mengangguk
"makanya gak usah kerja, toh aku mampu memenuhi semua inginmu" lanjutnya sambil fokus mengemudikan mobilnya kembali.
aku mencubit pahanya, di balas dengan cengiran wajahnya yang berseri-seri.
"heiii sakit sayang, kenapa tidak kamu remas dengan lembut saja bagian dalemnya" godanya pura² menahan sakit
wah otak cabulnya kembali berulah " sayang nich, lagi kumat apa gimana?
"eh gimana, gimana apanya yang kumat" mas jovan mendelikkan wajahnya
aku hanya tertawa melihat tingkahnya. semenjak menikah dan melewati malam pertama, yang aku tau suamiku otaknya sangat c***l bila di dekatku, sempat kwatir juga saat jauh dariku apakah otaknya juga akan c***l saat dekat dengan perempuan lain. tap semua itu ternyata hanya kekuatiran ku saja, pasalnya suamiku hanya nyaman dengan sekretaris prianya, dan sikap dingin, arogan dan tatapan membunuhnya selalu terlihat saat tak bersamaku. aku pernah datang ke kantornya saat bel pindah ke cabang, tak ada yang berani membantahnya, saat dia berkata A semua bawahannya tidak ada yang berani protes.
Dan aku melihat suamiku sosok yang hangat dan sangat melindungi, dan menurut sekali dengan apa permintaanku., jadi buatku aneh saja klo di rumah melihatnya berbuat konyol terhadapku.
"ughhh sayangg.. " desahnya saat matanya fokus dan aku juga fokus kedepan memperhatikan jalanan.
"kenapa?" tanyaku mengernyitkan dahi
"kejepit nich rudalku" ucapnya sambil dengan cuek trus fokus kedepan, niatnya hanya menggodaku
sekilas kutatap celana ketatnya dan aku tertawa. yang benar saja dia menjemputku hanya dengan menggunakan celana manset baselayer, pantes dia gak mau turun membukakan pintu mobil untukku. aku tahu meski ketat celana itu gak akan menyiksa rudalnya karena dari bahan yang melar, akal-akalan dia aja mau menggodaku.
"sayang nich habis ngapain sampe gak sempat pake baju"
"bangun tidur, langsung jemput sayang takut sayang lama nungguin jadi gak sempat ganti baju apalagi mandi."ucapnya tanpa dosa
"dasar!" ucapku gemes dan dengan jailnya pula aku remes rudalnya
"heyyyy" mas Jovan langsung menarik tanganku dan aku hanya tertawa." awas saja sampai rumah" geramnya
"sayang mampir dulu ke minimarket yach aku mau beli bahan masakan." pintaku
"No, pulang dulu kita, seneng apa aku dengan baju begini muter-muter minimarket, gak takut para cewek nanti tergoda imannya."
"ya sayang gak usah turun tunggu aja di mobil."
"gak mau kita pulang dulu.!" titahnya dan benar saja mobil meluncur di basement apartemen.
Aku gak tau lagi sisi lain kegilaan suamiku, hanya memakai sempak dia menjemputku trus macam mana dia tadi turun dari lift dan oh may God tingkahnya gak ada yang percaya kalo dirinya CEO perusahaan ternama dari Pratama Hills.
kuperhatikan saja dia dan membuatku tertawa terbahak-bahak dia memakai sarung untuk menutupi area tubuhnya. dan dia hanya nyelonong saja masuk lift sambil menggandeng tanganku.
tawaku blom terhenti saat masuk lift untung saja tidak ada orang lain.
" Diem,!" ucapnya dingin sambil memeluk pinggangku posesif
"sayang nich, gak tau malu banget!" protesku
yang aku protes diam malah mendaratkan kecupan di leherku, yang membuatku bergidik."shhhh ini di lift sayang"
"emang kenapa, aku mampu membeli gedung ini dan menyingkirkan semua penghuninya kalo sayang gak pengen di ganggu saat kita bercinta di lift ini, saat ini juga"
aku mencubit perutnya saat pintu lift terbuka dan di depan pintu lift ada 2 orang yang mungkin akan turun, 2 orang tersebut menatap kaget dan heran dengan ulah kita berdua.