"Nyanyi nya penuh penghayatan banget sih Kak? Pasti buat Kak Riza ya?" tanya Firda dengan mata menggoda. Ia menebak dengan iseng lagu yang baru saja dinyanyikan oleh Thella, yang seolah menggambarkan suasana hatinya tentang mencinta seseorang dalam diam. Sedikit banyak Firda sering kali melihat bahwa kakaknya itu memang memiliki perasaan pada teman mainnya itu, teman Thella sejak SMP, yaitu Riza.
"Apaan sih kamu anak kecil mau tau ajadeh." Thella mengibaskan tangannya, pertanda agar Firda tidak membahasnya lebih lanjut. Cewek itu pun berbalik untuk berjalan ke tempat tidurnya, lalu terduduk di ranjang kamarnya yang sudah agak rapuh.
"Udahlah Kak gak usah bohong, ketauan kali dari mata Kakak kalo Kakak tuh suka sama Kak Riza. Coba deh ngaca pasti di mata Kakak ada tulisan THELLA CINTA RIZA," kata Firda mulai meledek lagi. Gadis itu tersenyum menggoda pada sang kakak, yang juga mengikuti langkah Thella untuk terduduk di ranjang tempat tidur mereka. Mata Firda menggerling, untuk menatap sang kakak yang hanya tersenyum simpul.
Thella begitu tenang, ia tahu pasti sikap kakaknya itu. Bahkan Thella nyaris jarang menunjukan perasaannya karena ketenangannya itu. Thella selalu berhasil menyembunyikan perasaannya, baik senang, sedih, atau sedang hancur sekali pun. Hal tersebut membuat orang orang di sekitarnya kerap kali mengira bahwa cewek itu baik baik saja, meski dalam keadaan suasana hatinya yang genting sekali pun.
Firda mengagumi sosok kakaknya lebih dari apa pun. Baginya, Thella itu seperti malaikat yang memang tercipta untuk melindunginya. Mengucap syukur sebanyak apa pun, karena terlahir sebagai adik dari seorang Thella seolah tidak akan cukup untuk menggambarkan betapa Firda yang merasa beruntung di tengah kemalangan yang terus melandanya.Thella adalah sosok panutannya, yang tenang dan mudah bergaul, bertanggung jawab, mandiri, cerdas, serta kuat dalam menghadapi segala cobaan. Contohnya saja Firda, yang menjadi cobaan terberat bagi Thella, sebab masa remaja kakaknya jadi tidak mampu untuk dinikmati sebagaimana mestinya karena harus mengurus Firda.
Namun, sang kakak tak pernah menganggap bahwa Firda adalah beban. Senyum manis selalu terpancar dari bibirnya, raut wajah khawatir selalu menyeratinya setiap kali Firda dalam keadaan kritis. Thella dan kebaikan hatinya membuat Firda tak henti hetinya untuk mendoakan segala yang terbaik bagi Thella, semoga hal hal baik terus menyertai kakaknya, dari mulai memiliki sahabat yang baik, hingga pasangan yang kelak akan mewarnai hari hari Thella.
"Kamu ini yah bisa ajadeh.. Kakak sama Kak Riza cuma temenan doang dari SMP. Gak lebih." Kata Thella yang masih mencoba untuk mengelak ucapan Firda, dengan menyebutkan sebuah fakta yang memang benar adanya, bahwa dirinya dan Riza memang hanya sekadar teman SMP yang masih berteman hingga saat ini.
Mata Firda kembali menatap sosok kakaknya itu, meski ketenangan Thella yang luar biasa, tapi Firda jelas mengenal Thellla. Cewek itu bisa membohongi semua orang, tapi tidak bisa membohongi Firda yang sudah mengenal Thella sejak kecil dan bertumbuh bersama. Firda dapat melihatnya, bagaimana cara Thella menatap Riza, yang berbeda dengan cara cewek itu menatap teman cowok lainnya. Meski terkadang Thella sering kali meledek Riza, hal tersebut hanya sekadar untuk menyamarkan perasaannya dengan dalih pertemanan yang selama ini mereka pertahankan.
"Karna Kak Riza gak pernah cerita sama siapapun kan tentang perasaannya, dan gak pernah nembak Kakak?" Firda kembali melontarkan pertanyaan yang memancing kakaknya, yang mulai menyeret keaktifan Riza yang hanya sebatas sahabat itu.
Firda juga dapat melihatnya, betapa Riza juga menyukai Thella, namun, mereka berdua seolah terjebak dalam zona nyaman pertemanan, yang takut akan berpisah jika hubungan mereka melangkah ke jenjang lainnya. Keduanya terlalu takut jika nantinya mereka malah akan berpisah karena perasaan tersebut, sebab sewajarnya setiap hubungan pasti aka nada pasang surutnya. Mereka terlalu tidak siap jika suatu hari, harus menjadi dua orang asing yang tidak saling mengenal karena perasaan itu.
"Udahlah sana kamu tidur, anak kecil dilarang tahu." Thella yang enggan membahas lebih lanjut segera menyuruh Firda untuk tidur dan tidak lagi membahas tentang Riza.
Sebab, mau dibahas sampai mana pun, tidak aka nada yang berubah juga kan? Thella sudah mengikhlaskan perasaannya jika memang hanya sampai sebatas ini. Lagi pula, jika memang mereka ditakdirkan bersama dalam sebuah hubungan, pasti aka nada jalannya kan? Tidak perlu dipaksakan buru buru, asal lambat yang penting tepat. Thella terkekeh memikirkan hal tersebut sendirian.
= = = = = T B C = = = = =