Kekasih Erlangga

1871 Words
Kehadiran Wulandari dan Dahlia sukses membuat heboh keisi butik pada minggu pagi yang berseri ini. Tepat pukul sembilan, kedua wanita yang tampak berkelas itu tiba di sebuah butik mewah tiga lantai bernama Shen's collection, butik dan toko pakaian milik Shena.  "Selamat pagi, bu. Ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang pramuniaga toko itu. Wulandari pun tersenyum ramah, ia membuka kacamata hitam yang sejak tadi ia kenakan. Mungkin pramuniaga toko itu tidak mengenalinya. "Saya ibunya Shena, Shena ada?" "Kak Shena?" tanya pramuniaga itu lagi, ia tampak kebingungan dan menoleh kepada temannya yang sedang melayani pelanggan. Memang suasana di toko itu sedang ramai karena ada diskon besar-besaran dalam rangka hari ulang tahun Shena tentunya. Dari depan hingga barisan baju paling belakang pun penuh dengan pembeli yang ingin memilih pakaian, kebanyakan dari mereka adalah gadis remaja yang memang menjadi target utama Shena. "Iya mbak, saya mau ketemu Shena." "Kak Shena......" "Bisa tidak?" "I..iya bu, mari." ujar pramuniaga itu mempersilahkan Wulandari mengikutinya. "Ayo, jeng." ajak Wulandari pada calon besannya. Dahlia pun mengangguk, sejak tadi ia sibuk melihat-lihat toko pakaian yang ramai ini. "Iya." Dahlia cukup terkesan dengan kerja keras yang Shena lakukan untuk tokonya, cukup membanggakan karena kabarnya Shen's Collection punya tiga cabang. Dengan privilage yang Shena punya dari kedua orang tuanya, sangat wajar jika ia bisa membangun jaringan bisnisnya dengan mudah. Meskipun bagi Dahlia, Shena seharusnya bisa lebih dari ini karena terlahir dari sendok emas. Tapi di satu sisi wanita itu juga memaklumi Shena yang bahkan belum lulus sekolah. Siapa tahu lima atau sepuluh tahun ke depan, putri kesayangan Darsono itu akan lebih sukses dari ini. Dahlia merasa tidak salah menerima Shena sebagai calon tunangan putra tunggalnya, ia amat menyayangi Erlangga dan selalu menginginkan yang terbaik untuknya. Dahlia Ardiwangsa paling anti dengan wanita yang tidak mau bekerja keras dan bisanya meminta-minta. Erlangga dibesarkan bak pangeran di sebuah kerajaan adidaya, jadi sang ibu pun menginginkan seorang putri raja yang menjadi pendamping putranya. Dahlia tidak mau jika Erlangga membawa seorang Cinderella yang notabene gadis biasa untuk ia persunting, Erlangga harus membawa Aurora sang putri kerajaan yang tak hanya cantik jelita. Kedua wanita itu menaiki tangga menuju lantai dua gedung itu, di lantai itu pakaian yang dijual jauh lebih terkesan mahal dan elegan. Saat Dahlia membalik daftar harganya pun cukup mempresentasikan produk yang dijual, sepertinya lantai dua merupakan koleksi pribadi yang hanya diproduksi terbatas. Langkah keduanya akhirnya sampai di lantai tiga, disana ada Shena dan beberapa designer sedang bekerja keras untuk sebuah gaun indah berwarna hijau saga. "Mama? Tante Lia?" Shena membulatkan mata melihat dua orang yang ia kenali itu.Shena sendiri cukup terkejut mengetahui ibu dan calon ibu mertuanya berkunjung, karena bertemu dengan mereka tidak ada di dalam list nya hari ini. Dari kemarin sore, gadis itu begitu sibuk di tempat itu, ada beberapa gaun pesanan pelanggan yang harus segera diselesaikan.  Shena tersenyum bingung, "Kok bisa disini?" "Lho, emangnya ga boleh?" tanya Wulandari. "Boleh mama." Shena mengajak kedua wanita itu untuk menuju ke salah satu sudut ruangan, itu adalah ruang pribadi milik Shena. Di dalamnya ada meja dan kursi kerja, manekin, dan satu sofa later-L yang nyaman. Ada rak berisi banyak dokumen dan sebuah papan tulis dengan banyak sekali design gaun yang Shena gambar. Wulandari menghampiri sang putri, "Mama sama Tante Lia kesini, mau pilih gaun untuk minggu depan." ujatnya. "Iya Na, gaun-gaun disini bagus banget." tambah Dahlia antusias. Shena mengerutkan keningnya, "Minggu depan?" "Dua minggu lagi, kan kamu mau tunangan Na. Masa lupa?" Gadis muda itu pun menepuk keningnya, ia melihat kalender di ponselnya. Benar saja, ini sudah tanggal satu dan itu artinya pesta ulang tahunnya akan dilaksanakan sembilan hari lagi. Shena terlalu sibuk mengurus gaun sampai lupa jika bulan sudah berganti. Hasil dari kesepakatan saat makan malam bersama tanpa Erlangga dulu adalah pertunangan mereka jatuh pada tanggal lima belas bulan ini. Shena hanya bisa tersenyum kikuk, "Aku udah siapin beberapa gaun sih tante, siapa tau mama sama tante suka salah satunya." ujar Shena, ia memang menyimpan beberapa model gaun yang khusus ia buat dengan tangannya sendiri. "Oh ya?" "Mana?" tanya Dahlia penuh antusias. Shena membuka sebuah pintu yang terhubung ke ruangan khusus, ruangan bercat dasar putih dan abu-abu. Dipenuhi dengan gulungan kain yang tertata rapi di lemari, manik-manik beraneka warna, mesin jahit, kertas sketsa, dan beberapa manekin. Ada lima pasang model jas dan gaun yang berpajang di ruangan itu, kebanyakan berwarna gelap, karena calon tunangannya menyukai warna itu. Ya, Shena sudah mengagumi Erlangga sejak lama dan ia mempersiapkan segalanya, termasuk rencana besar ini. Wulandari berkeliling dan sesekali menyentuh lembut helaian gaun dihadapannya, masih terkesima dengan hasil karya sang putri yang tidak diketahuinya. "Ini kamu sendiri yang bikin, Na?" "Iyalah, mah." jawab Shena.  "Masa sih, kok bisa bagus gini?" wanita itu masih tak dapat mempercayai bahwa gaun indah dihadapannya itu adalah karya Shena. Sibuk mengurus bisnis miliknya sendiri, hingga wanita itu tak tahu menahu soal putrinya yang kini sudah tumbuh menjadi designer hebat. Semua gaun di ruangan itu full manik-manik dan mutiara yang dibuat dengan tangan, terbukti dari kerapian dan tampilan menawan dari setiap sudutnya. Shena merotasikan bola matanya, ia membuka tirai jendela besar di dekatnya agar cahaya matahari bisa masuk dengan sempurna. Sesaat setelahnya, gaun itu benar-benar tampak berkilauan. "Mama ih, masa bohongan! Ini aku yang buat lah." kesal gadis itu.  "Ya habisnya, mama ga tahu kalau kamu bisa bikin ini." tunjuknya pada salah satu gaun.  "Mama sering-sering deh main kesini biar tahu." Dahlia mengikuti Shena yang duduk di sofa later-L bermotif bunga, ia pun ikut terkesima dengan keindahan gaun di hadapannya. Ia tak jadi meragukan Shena kali ini, gadis itu benar-benar di luar dugaannya karena pada awalnya ia berpikir Shena hanya gadis manja yang pandai merengek. "Jadi, yang mana yang kamu pilih, Na?" Shena terdiam, benar juga, gadis itu bahkan belum menghubungi calon tunangannya perihal itu. "Emm, belum tahu Tante, biar kakak aja yang pilih." jawabnya. "Lho! Jadi kamu belum kasih tahu Angga?" Gadis itu menggelengkan kepala pelan, "Belum tante." "Kok belum sih, apa mau tante aja yang hubungin Angga?" tawar Dahlia, ia pun mengeluarkan ponsel dari tas mahalnya. Menggulir layar ponselnya mencari nomotr telepon sang putra. Belum sempat ketemu, Shena sudah menginterupsinya. "Nanti aja tante, Kak Angga pasti lagi sibuk, kasihan kalau diganggu." "Tapi Na..." "Iya, gapapa jeng. Lagipula kita masih punya cukup waktu, kan, tinggal pilih saja." ujar Wulandari. Dahlia pun mengangguk dua kali, "Yaudah kalo gitu, tapi kamu hubungin Angga secepatnya ya. Anak itu selalu seenaknya sendiri." "Iya tante, tenang aja." Shena pun memilih menepi, meninggalkan kedua wanita paruh baya yang sibuk menilai gaun buatannya. Ia menatap gamang jalanan padat di bawah gedung itu lalu beralih pada ponselnya. Pesan yang ia kirimkan tiga hari lalu saja belum dibaca oleh Erlangga, apalagi pesan terbaru yang ia kirim hari ini. Pemuda itu membuktikan ucapannya untuk mengabaikan Shena dan pertunangan ini. Shena menghela napas pelan, apa mau dikata jika cintanya sejak awal hanya bertepuk sebelah tangan. Gadis itu menggulir layar ponselnya, ia membuka roomchat dengan Vanya. Sebuah pesan yang panjang berisi data diri Putriana Margaretha, siswi kelas dua belas SMA Nasional yang kini menjabat sebagai kekasih Erlangga. Vanya memberikan semua data yang Shena minta dengan akurat, biang gossip sekolah itu sangat bisa diandalkan. Semuanya lengkap, mulai dari data pribadi, alamat rumah, hingga asal-usul gadis itu. Rekam jejak dan foto semua ada. Vanya pasti meminta imbalan yang pantas untuk semua itu. Sebuah mobil dengan plat B yang khas melintas di tokonya, dari mobil itu keluar seorang wanita muda dan seorang pemuda tampan yang ia kenali. Shena menyimpan kembali ponselnya, di jalanan yang padat itu, ia yakin ia tidak salah mengenali orang. "Oh, jadi dia orangnya." guman Shena. Gadis itu tersenyum miring dan segera berbalik. Padahal jalanan sedang sangat padat, tapi Erlangga terpaksa menghentikan laju mobilnya karena Putri merengek minta turun di sebuah toko pakaian. Yang sialnya adalah Shen's Collection, toko milik Shena. Pemuda itu pun terpaksa berhenti untuk menuruti keinginan sang kekasih, memang tujuan awal gadis itu adalah untuk berbelanja kesana. "Pergi sendiri." ujar Erlangga. "Lho, sayang, kamu harus temenin aku lah." "Pergi sendiri aja, disana ga ada cowoknya." Erlangga memberikan sebuah kartu kredit untuk Putri dan dengan senang hati gadis itu terima. "Ada kok, tuh, kamu lihat aja, ada kan?" Putri menunjuk beberapa pemuda yang sibuk memilih topi dan jersey disana, rupanya toko itu tiak hanya menjual produk pakaian untuk wanita saja. Erlangga pun mendengus kesal, sangat berbahaya bagi Erlangga untuk menginjakkan kaki di tempat itu. "Pergi sendiri aja." "Ayolah sayang, kamu tega biarin aku sendirian?" "Aku marah nih." "Erlang, ayolah, cuma satu kali ini aja ya, kamu harus temenin aku pilih baju yang cocok buat aku." "Ayo dong sayang." "Yaaaa.... please." Tak mau telinganya berdengung lebih lama lagi, Erlangga pun beranjak dengan ogah-ogahan. Ia memakai topi hitam guna menutupi wajahnya agar tidak dikenali banyak orang. "Oke, tapi jangan lama-lama." Sayangnya, toko pakaian itu sangat ramai oleh pengunjung, tak hanya Putri yang antusias untuk berbelanja disana. Semua design pakaian mulai dari baju, celana, topi, tas dan aksesoris lainnya sangat banyak dan beragam. Model yang ditampilkan juga sangat cantik dan sesuai dengan trend yang sedang berjalan tahun ini. Banyak baju didominasi warna pastel atau corak bunga yang lembut. Putri menarik tangan Erlangga untuk ikut memilih. "Geser dong, mbak." ketus Putri kepada barisan remaja yang memenuhi stand dress. "Ihh, apaan deh." "Kenapa sih, cuma geser dikit aja ga mau." kesal Putri. "Udah!" desis Erlangga, pemuda itu bersedekap sambil sesekali mengalihkan wajahnya dari orang-orang. Ia hanya berharap Putri segera menyelesaikan belanjanya dan pulang, tapi gadis itu malah terus hilir-mudik kesana-kemari memilih baju. Mengambil sepotong baju lalu mencocokkannya dengan tubuhnya di kaca. Dirasa tidak cocok, ia kembalikan lagi dan memilih yang lain. begitu terus hingga lima belas menit berlalu. Erlangga ingin segera pergi dari tempat itu, tapi Putri terus menariknya untuk masuk lebih dalam. Di bagian belakang, pakaian yang dijual jauh lebih beragam dan murah meriah. "Sayang, aku cocok pake yang mana?" tanya Putri, ia menunjuk dua crop top berbeda warna kepada Erlangga. "Jelek semua, baju kurang bahan gitu." "Ishhh, kamu mah." kesal Putri. "Kalo ini? Cocok ga?" Putri menunjukkan sebuah blouse berwarna jingga. Erlangga hanya mengangguk sekenanya. "Yang warna putih?" "Iya." "Atau warna hitam, ya?" "Beli aja semuanya." ujar Erlangga. "Beneran?" mata Putri berbinar mendengar penuturan dari sang kekasih, ia sangat menunggu kalimat itu keluar dari Erlangga. Mendapat anggukan dari pemuda itu, Putri bagai mendapat keberuntungan, gadis itu tak mau menyia-nyiakannya dan segera mengambil semua baju yang ia inginkan. Di anak tangga terakhir, Dahlia mengerutkan keningnya saat tak sengaja mengenali seseorang dengan topi berwarna hitam. Dahlia pun menajamkan penglihatannya, "Angga?" gumannya. "Ada apa, jeng?" tanya Wulandari menyadari langkah Dahlia yang berangsur berhenti, nyonya Ardiwangsa itu menunjuk ke salah satu sudut. "Itu...... mirip Erlangga." "Tante salah lihat kali." ujar Shena. "Ga mungkin lah." "Mana sih?" pancing Shena, gadis itu menggiring kedua wanita berkelas itu untuk menghampiri Erlangga sesuai dengan rencanaya. "Ga ada tuh, tante." Dahlia berjalan cepat menghampiri seorang pemuda dengan topi hitam di sudut ruangan, Shena dan sang ibu mengikuti dari belakang. Tidak salah lagi, ia tidak mungkin salah mengenali anaknya sendiri. Wanita itu menepuk punggung pemuda di hadapannya itu. "Angga?" "Kamu ngapain disini?" tanya Dahlia sesaat setelah pemuda itu berbalik. "Mama?" "Kamu ngapain disini?" tanya Dahlia lagi. "Kamu mau ketemu Shena ya? Kenapa ga langsung ke atas aja, ini Shena repot-repot harus jemput kamu disini." ujar wanita itu. "Emmmm.........." "Kamu mau pilih jas untuk pertunang----" "Sayang?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD