Teror

1511 Words
Dering di ponsel yang sengaja disimpan di atas nakas itu terus menggema, sang pemilik ponsel itu meraihnya. Lagi-lagi nomor yang sama, isi yang sama, dan di jam yang sama setiap harinya. Aldi menghela napas jengah, ia kembali merutuki Candra karena menempatkannya pada situasi yang tidak nyaman ini. Kelanjutan kisah tentang Hari Minggu lalu, hari dimana ia, Jovan, Dimas dan Ega menghadiri sebuah tempat yang menjadi taruhan antara mereka berempat dengan si songong anak pengusaha kaya raya bernama Candra Adigunadi. Kala itu, setelah sang ketua menjelaskan tentang perkumpulan yang mereka hadiri. Aldi langsung melongo seketika, ia dan ketiga temannya sontak berusaha melarikan diri. Namun, Candra dan teman-temannya selalu menahan mereka. Nama sekte gila itu adalah Perkumpulan Pemuja Langit, Aldi tidak tahu dan tidak mengerti dengan jelas tentang konsep sekte itu. Karena berulang kali dijelaskan, logikanya menolak untuk menerima. Biar pun begini, Aldi sangat taat pada agama yang ia yakini, ia tidak mau menanamkan ideologi sesat ke dalam kehidupan bahagianya. Sekalinya sudah terjerumus, Aldi hanya akan semakin tenggelam tanpa ada pertolongan. Sudah sebulan sejak hari itu, dan Aldi tak sudi lagi menghadiri perkumpulan gila mereka, begitu pula dengan Jovan, Dimas dan Ega. Keempat pemuda itu sepakat untuk tidak lagi menginjakkan kaki di tempat terkutuk itu, mereka sebisa mungkin menghindari Candra dan kawan-kawannya. Tapi, ada satu yang tidak bisa dihindari, yaitu pesan-pesan yang masuk silih berganti yang mengatasnamakan sekte sesat itu. Isi pesannya kurang lebih hampir sama, yaitu mengundang Aldi untuk mengikuti perkumpulan dan melakukan hal-hal aneh seperti yang anggota perkumpulan itu lakukan. Setiap sabtunya, sebuah kotak dengan logo perkumpulan itu datang ke rumahnya, isi dari kotak itu adalah undangan, simbol, patung kecil, dan logo-logo aneh yang terlihat menyesatkan. Putra Darsono itu sebisa mungkin menyembunyikan kehadiran kotak itu dari keluarganya, bisa-bisa ia dimasukkan panti rehabilitasi oleh sang ibu. Aldi membanting tubuhnya ke kasur, jam sudah menunjuk pukul tujuh, masih terlalu awal untuk berangkat tidur. Lagi pula, pemuda itu membutuhkan angin segar untuk malam ini saja. Kehadiran ribuan pesan dan kotak-kotak itu seakan menjadi teror yang mengganggu ketenangannya. Awalnya ia coba untuk mengabaikan itu, tapi hanya berjalan seminggu dua minggu, setelahnya semua itu terasa sangat mengganggu baginya. "Ada yang lagi nganggur nih." ujar seorang gadis mudah di ambang pintu, dilirik dari ekor mata, Shena tengah bersandar di daun pintu sembari bersedekap. Aldi memejamkan matanya, berpura-pura tidur. "Ga mempan, ga usah sok-sokan akting deh." Shena terkekeh pelan, sebuah ide muncul di kepalanya yang dipenuhi roll rambut. Gadis itu melangkahkan kakinya ke kamar sang adik. Shena tampak mengamati sekeliling, mencari alat yang bisa ia gunakan untuk menjahili Aldi. Adik tersayangnya itu masih berpura-pura tidur. padahal kedua kakinya menggantung di ranjang. Aha! Shena menjentikkan jarinya, gadis itu mendekat lalu duduk di ranjang Aldi. Ia memencet hidung mancung pemuda itu. "Hah... Ha... Hah...." Aldi sontak membuka mata dan mulutnya untuk mengambil napas, ia melepas paksa tangan sang kakak yang dengan tega sampai meninggalkan bekas merah di hidungnya. Aldi mendelik tajam, "Lagi enak-enak tidur juga, ganggu aja!" "Prettttt!" ledek Shena. "Ga usah pura-pura, gak akan tertipu." "Ishh... dasar!" "Apa?!" tanya Shena galak. Aldi menggeleng, "Gapapa." "Lagi nganggur, kan?" "Eh! Sibuk ini, mau belajar, Aldi mau jadi anak yang pintar. Biar bisa membanggakan mama dan papa, biar bisa berguna bagi nusa dan bangsa, biar masuk surga." Aldi bangkit dengan bersemangat, ia melakukan peregangan otot sebelum berjalan menuju meja belajarnya. Shena hanya menggelengkan kepalanya, tidak ada dalam sejarah Aldi itu belajar. Semua buku pemuda itu ditinggal di dalam loker sekolah. Jadi, bagaimana ia akan belajar jika buku saja tidak membawa. "Jangan ngadi-ngadi! Mending kamu bantuin mbak copot roll rambut ini." Shena menarik tangan Aldi yang ogah-ogahan, tujuan gadis itu pergi ke kamar sang adik adalah untuk membantunya melepas roll rambut. Shena sebenarnya punya rambut lurus yang panjang dan indah, tapi saat ini rambut keriting dan bergelombang tengah menjadi trend yang bagus. Pipi tembam gadis itu akan sedikit tertutupi dengan model rambut bergelombang atau keriting di ujungnya. Malam ini ia harus tampil cantik untuk sebuah kesempatan yang tidak ada duanya. Siang tadi ia sengaja mengunjungi Dahlia Ardiwangsa, calon ibu mertuanya, untuk merayu wanita itu agar menyuruh sang putra berkencan dengannya. Sudah lebih dari dua minggu cincin ruby itu tersemat di jari manisnya, dan mereka tidak pernah bertemu sejak malam pertunangan itu. Menyadari penampilan sang kakak yang sangat cantik, Aldi mengeryit heran. "Mau kemana sih cantik bener?" tanyanya sambil melepas satu persatu roll rambut sang kakak. "Lho, kan setiap hari juga cantik." "Pretttt!" ledek Aldi. "Tapi, iya sih." aku pemuda itu. "Mau kencan." jawab Shena seadanya, ia mendapat pesan dari Dahlia jika sang putra sudah menuju ke rumahnya, "Cepetan dikit, Di!" pintanya. "Serius?" "Iyalah." "Tapi, ini kan bukan malam minggu." Shena memutar bola matanya malas, "Emang kencan harus selalu malam minggu?" "Ya gak juga sih, tapi biasanya kan malam minggu gitu biar enak." jawab Aldi sambil melepas roll terakhir di rambut sang kakak perempuan. "Emang ga ganggu Bang Erlang apa? Dia mau ujian loh." "Cuma sebentar ga akan ganggu, paling juga makan nasi goreng di persimpangan depan." "Mustahil." "Hahahaha." Shena tertawa sambil berjalan meninggalkan kamar Aldi. Melihat penampilan sang kakak yang mengenakan dress lengan panjang di bawah lutut berwarna abu dan sepatu heels, sudah dipastikan bahwa itu bukanlah outfit untuk makan nasi goreng di warung persimpangan depan. Terlebih gadis itu akan pergi bersama Erlangga, pasti tujuan mereka restoran bintang lima dengan pemandangan kota yang indah. Aldi hendak merebahkan kembali tubuhnya, sebelum Shena datang dan memberikan sebuah kotak. "Di, ada paket nih." "Paket?" tanya Aldi. "Iya." Shena memberikan kotak kardus kecil kepada sang adik. "Kamu belanja online ya?" "Belanja online? Enggak tuh." Aldi membaca nama pengirim yang tertera kotak itu, "Tapi, nama penerimanya aku." Aldi membuka kotak itu setelah sang kakak perempuan pergi. Ia mengambil gunting yang tersimpan di laci dan membukanya dengan hati-hati. Kotak kecil tampak seperti sebuah paket normal dari toko online, tapi sial, itu adalah paket dari perkumpulan sekte aneh Candra yang dikirimkan untuknya. Kali ini teror datang dalam bentu paket yang berkedok belanja online, bagus! Selanjutnya apa lagi. Pemuda itu mengerutkan keningnya, isi di dalamnya masih sama yaitu undangan, patung kecil, simbol dan logo-logo aneh. Tapi yang membuatnya bingung adalah beberapa foto yang tersimpan di dalamnya. Foto itu adalah foto KTP dan alamat rumahnya, ada lembaran kecil terselip diantaranya. 'Perkumpulan telah mengundangmu untuk datang memuja langit, maka datanglah menjawab panggilan langit. Jika kamu tidak datang, kami bisa sebarkan informasi pribadi, foto, dan alamat rumahmu. Kami tidak main-main dengan ini, jadi pastikan kamu konsisten dan bertanggung jawab dengan niat tulus untuk memuja langit. Jangan lupa, ada Iphone 12 pro max menanti di akhir pemujaan Hari Minggu nanti.' Aldi meremas lembaran kertas itu sampai jadi bulatan kecil yang lusuh, lagi-lagi omong kosong gila yang mencoba untuk menggoyahkan iman di dadanya. Memuja Langit? Yang benar saja, tidak ada apapun di atas langit selain langit lagi. Ingin menyebarkan informasi pribadinya? Mungkin Aldi patut waspada dengan ini. Iphone? Hahaha, Aldi sudah punya seri terbarunya dari sang mama. Pemuda itu melempar kotak beserta isinya ke dalam tempat sampah, bersama dengan kotak-kotak lain yang masih menumpuk disana. Nanti Aldi akan membakar sampah-sampah itu sendiri, takutnya malah jadi merembet kemana-mana jika orang tuanya sampai tahu. "Halo, Van?" Aldi menempelkan ponselnya saat panggilan teleponnya dengan Jovan terhubung, "Dimana lo?" "Di rumah lah, kenapa?" "Dapat kotak lagi gak lo?" "Kotak? Kotak apa?" tanya Jovan dari jawabannya, sepertinya Jovan belum menerima paket apapun. "Apa dari perkumpulan sialan itu lagi?" "Hmm." "Wahh, gila sih. Gue ga dapat apapun, Di. Nanti kalo gue dapat kabari lo deh, coba lo tanya Dimas sama Ega, siapa tahu mereka udah dapat." Aldi mengangguk mengiyakan, meskipun Jovan tentu tidak dapat melihatnya. "Iya deh, nanti gue tanya Dimas Ega." "Menurut lo, kita harus lapor polisi ga sih?" "Dasarnya apa? Bikin laporan juga harus ada dasarnya, ga main asal, nanti ga diterima malam kita yang repot." jawab Aldi, masalah lapor polisi itu bukan hal yang sulit. Paman dan sepupunya polisi, dan kedua orang tuanya punya banyak koneksi dengan kepolisian. "Apa ga ribet kalo kita lapor polisi, ntar masalahnya meleber kemana-mana." "Itu dipikir nanti aja, masalahnya ini udah bikin ga nyaman banget, Di. Gue jadi takut kalo mereka nekat, kayak di FYP sosmed gue sekarang semuanya tentang sekte ga jelas, gue takut goyah, Di. Iman gue tipis banget kayak kulit bawang." Jika dipikir lagi, ucapan Jovan pun ada benarnya, sekalipun ia masih berpegang teguh pada imannya, tapi bagaiman ketiga temannya. Apakah mereka bisa tetap bertahan? "Gimana kalo kita berempat diskusi dulu buat cari jalan keluarnya?" tawar Aldi. "Setuju sih. Kalo perlu kita bikin grub chat di w******p buat kelarin masalah ini." "Kayak apa deh pake bikin grub segala, ga usah lah, alay ntar jatuhnya." "Gapapa, biar kayak cewek-cewek, punya cirle chat juga." "Terserah lo aja deh." jawab Aldi, "Gue matiin!" Aldi langsung menekan tombol merah di panggilan teleponnya, ia melempar ponselnya tak jauh dari tubuhnya berbaring sekarang. Pemuda itu menatap langit-langit kamarnya, yang perlu ia lakukan saat ini adalah tetap tenang meskipun ia juga merasa takut. Semua masalah pasti ada jalan keluarnya, termasuk teror yang merusak ketenangan hidupnya. Semoga saja sekte itu segera jera untuk mengganggunya dan mencari mangsa lain, asalkan mereka tidak mengusik keluarganya itu tidak menjadi masalah yang besar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD