chapter 1
"Sania, cepat bersiap, berdandanlah yang cantik dan dapatkan banyak tamu malam ini, karena esok kita waktunya membayar kontrakan," ucap Berta
"Iya mah," jawab Sania dengan pelan didalam kamarnya, dia berdandan cantik dan berpamitan pada ibunya
"Sania berangkat dulu mah," ucapnya
"Ya, dapatkan uang yang banyak," jawab Berta ketus.
Sania nur andrina, seorang p*****r yang setiap malam berdiri di samping jalan bersama wanita wanita lain. Namun jika dilihat, gadis itu tampak sangat berbeda dibandingkan yang lainnya, dia paling muda dan paling cantik, dan penampilannya pun berbeda, dia tampak memakai baju berlengan panjang dan juga celana panjang, sangat aneh jika p*****r memakai pakaian sopan seperti itu.
Setiap malam gadis usia 19 tahun itu berdiri di lorong tempat biasa lelaki mampir dan memuaskan hasratnya, tak ada laki laki yang meliriknya, sebab pakaiannya yang sopan dan dia yang selalu menghapus make up nya ketika keluar dari rumahnya.
Gadis desa yang terpaksa bekerja seperti itu karena permintaan mamanya yang juga p*****r, mamanya sudah melacurkan diri semenjak Sania ditinggal oleh ayahnya pergi entah kemana, ayah Sania pergi dengan wanita lain dan meninggalkan Sania dan Berta sendirian, sedangkan Berta adalah wanita yang sangat haus akan kekuasaan dan kemewahan, ambisi mamanya untuk mendapatkan uang dengan cara instan dan cepat membuat dia rela melakukan pekerjaan yang hina itu, namun saat Sania beranjak dewasa, bukannya menjadikan anaknya menjadi lebih baik, Berta malah dengan sengaja menjual anaknya sendiri, menyuruh Sania untuk berdiri di lorong hina itu untuk mendapatkan uang yang banyak.
Dari usia 17 tahun Sania melakukan ini, namun siapa sangka jika dia masih tetap perawan hingga saat ini, dia sengaja membawa baju ganti untuk dipakai ketika dia keluar dari rumahnya, meskipun ketika berangkat dari rumah dia memakai pakaian minim dan make up yang mencolok, tapi ketika sampai di lorong dia berganti pakaian dan menghapus make up nya.
"Berapa hargamu nona?" Seorang lelaki tampak mendatangi dia dan menawarnya, namun ia membisikan sesuatu di telinga lelaki itu sehingga membuat lelaki itu pergi
"Maaf tuan, aku terkena penyakit HIV, apa kau masih mau?"
Begitulah yang ia katakan jika ada seseorang yang menawarnya untuk bercinta, sehingga semua lelaki yang menawarnya pun pergi meninggalkan dia,dia benar benar mempertahankan kesuciannya.
Dia berjalan menyusuri lorong, dia merasa sangat hina berada disana. Malam larut dia pulang tanpa membawa uang sepeserpun.
"Assalamualaikum mah," ucap Sania sembari membuka pintu rumahnya, tak ada jawaban, dia mencoba mencari dimana keberadaan mamanya, dan ketika hendak membuka pintu kamar mamanya, dia mendengar suara desahan dari seorang wanita, tak salah lagi suara itulah yang dia dengar sehari hari, mamanya yang juga melacurkan diri, di rumahnya sendiri.
Sania masuk ke dalam kamarnya dan menangis, dia merenungi nasibnya yang entah sampai kapan akan begini, dia selalu berdoa dan sholat secara diam diam.
Tak lama kemudian tampak mamanya keluar dari kamar setelah selesai melayani tamu,ia segera menghapus air matanya.
"Mana uang malam ini Sania?" Tanya Berta
"Sania tak dapat tamu malam ini ma," jawab Sania dengan terbata bata
"Apa? Bagaimana kau ini? Tidak mungkin jika kau tak dapat tamu malam ini, sedangkan tamuku saja banyak yang menawarmu padaku," ucap Berta dengan marah kemudian menjambak anaknya
"Kau hidup jangan hanya menyusahkan ku Sania! Jangan jadi anak yang tak berguna," kata Berta dan menjambak anaknya lebih keras
"Aaahh ampun mah, ampunn, besok Sania akan cari uang untuk bayar kontrakan kita mah, sakittt," Sania mengerang kesakitan karena mamanya menjambak dia dengan keras.
"Kau jangan berharap akan menjadi selain p*****r Sania. Kau ini anak dari seorang p*****r, dan sampai kapanpun kau juga akan menjadi p*****r," ucap Berta kemudian meninggalkan Sania di kamarnya,
Sania menangis mengingat ucapan mamanya yang membuat dia tertampar.
Dia mengurung dirinya didalam kamar, menangis setiap malam, merasa tak mampu dengan keadaan ini.
"Saniaaa saniaa" panggil mamanya
"Iya maa?" Jawab Sania sembari tergopoh-gopoh berjalan menuju ke arah mamanya
"Besok akan ada lelaki yang kesini untuk menyewamu bersamanya, jangan sia siakan kesempatan ini, dia tamuku sejak kau masih kecil dulu. Dia akan membayarmu sangat tinggi, jadi puaskanlah dia," ucap Berta membuat Sania ketakutan
"I-iya ma," Sania menjawab singkat kemudian masuk lagi kedalam kamar, didalam kamarnya dia memikirkan bagaimana cara agar dia bisa lolos besok dari tamu itu.
Pagi pagi sekali, Sania keluar dari rumah, dia menuju ke tempat dia bekerja ketika siang hari, tak ada yang tau kalau dia bekerja disana, bahkan mamanya sendiri. Dia bekerja buruh cuci piring harian dan membersihkan sebuah restoran ketika pagi hingga sore hari, uang yang ia dapatkan akan dia berikan pada mamanya dan dia katakan kalau itu uang dari tamu yang menyewanya pada malam hari.
Ia melakukan itu demi mempertahankan kesuciannya. Dia rela bekerja setiap hari dari pagi hingga malam untuk mamanya yang berambisi untuk menjadi kaya raya.
Di tempat ia berkeja ia menceritakan semuanya pada Delia, temannya bekerja harian di restoran itu, hanya Delia lah yang mengerti bagaimana yang dirasakan oleh Sania, Delia menjadi satu satunya tempat Sania untuk jujur akan semua yang ia rasakan.
"Gue takut Del, gue harus gimana gue pengen keluar dari tempat itu," ucap Sania sambil mencuci piring bersama sahabatnya.
"Gue ga bisa bantu lo san, selama lo masih tinggal sama mama lo, Lo bakal terus terusan ada di lorong itu dan jadi p*****r sesuai keinginan mama lo," jawab Delia
Memang benar yang dikatakan Delia, Sania tak mampu berbuat apa apa.
"Hmm, nanti malam gue ke rumah lo ya Del," ucap Sania
"Kenapa? Ada tamu yang mau nyewa lo lagi?"
"Iya, biasa lah dari mama gue," jawab Sania
Seolah telah terbiasa, Sania hanya bisa pasrah akan semuanya.
"Iya san, lo dirumah gue aja, kenapa sih san lo ngga pergi aja dari tempat itu, dan hidup sendiri, lo kan udah bisa cari uang sendiri juga," ucap Delia
"Del, gue ga mungkin tinggalin mama gue sendirian, meskipun dia kayak gitu, tapi dia satu satunya orang yang gue punya Del," ucap Sania, dia seperti berada dijalan buntu, ingin rasanya dia pergi dari sana, namun bagaimana mamanya jika seorang diri.
///
Malam harinya, sebelum tamu mamanya datang untuk menyewanya, dia melarikan diri ke rumah Delia, dia pergi membawa buku buku dan juga mukena yang dimasukkan kedalam tas coklat miliknya. Dia berlari kabur dari rumah saat mamanya berada di dapur.
Sesampainya dirumah Delia, dia mengetuk pintu dan memanggil temannya itu
"Masuk san," ucap Delia. Malam ini dia bermalam di rumah Delia, dan dia harus bersiap karena besok ketika pulang pasti mamanya sangat marah dan bahkan tak segan segan akan memukulinya. Dia sudah menyiapkan uang yang dia dapatkan sebagai buruh cuci piring dan membersihkan restoran harian yang ia lakukan ketika siang hari bersama Delia. Ia akan memberikannya pada mamanya dan mengatakan kalau itu uang dari orang yang menyewanya.
"Gue sholat isya dulu ya Del," ucap Sania
"Iya san," jawab Delia
Delia menatap sahabatnya ketika sedang sholat, didalam hatinya merasa kasihan dengan nasib Sania, dia ingin sekali belajar agama, namun orang tuanya yang membawa dia ke lumpur yang terlihat begitu hina.
"Lo bawa buku apa sih ini san?" Tanya Delia sembari membuka buku milik Sania
"Buku tentang agama Islam. Gue dapet dari tukang loak waktu itu. Gue sembunyiin biar mama gue ga tau," jawab Sania.
"Hmm, sann sann. Semoga Tuhan bantu jalan lo ya," ucap Delia, Sania hanya tersenyum
"Udah Sekarang lo istirahat, jangan mikirin apapun terutama tamu mama lo, besok pagi aja lo balik. Dan kalau emang mama lo mukulin lo Sampek parah lagi, lo bakal gue bawa pergi dari sini," ucap Delia. Delia begitu tulus menemani Sania, dia tau betul bagaimana hidup gadis malang itu.
Sania membaringkan tubuhnya dan menutup matanya, dia mencoba menangkan fikirannya hingga tertidur pulas.
///
Ditengah malam Sania terbangun karena telefon dari mamanya yang sepertinya begitu marah karena tamu yang akan menyewanya secara mahal ternyata gagal karena dia melarikan diri. Sania membangunkan Delia
"Del, Del bangunn."
"Apa san?" Tanya Delia dengan mata yang sayu.
"Mama gue telefon gue. Gue takut, gue harus gimana Del?" Kata Sania
"Udahh matiin aja handphone Lo, Sekarang mending Lo istirahat aja deh. Urusan mama lo fikirin besok. Pokoknya gue janji sama lo san, gue ga bakal biarin lo disakitin lagi sama mama lo," kata Delia.
Delia kemudian kembali membaringkan tubuhnya dan memejamkan matanya. Sementara Sania menuruti perkataan Delia dan mematikan ponselnya, dia tak bisa tertidur tiba tiba saja dia sedih dan meneteskan air mata karena meratapi nasib yang saat ini dia alami, dia membuka buku tentang agama Islam, dan mulai membacanya. Dia belajar agama secara diam diam, karena jika mamanya tau, mamanya akan memukulinya. Sania membaca buku itu hingga fikirannya kembali tenang dan ia pun ketiduran.
Keesokan harinya ia benar benar mempersiapkan mentalnya untuk kembali ke rumah. Ia kembali ke rumah setelah pulang dari resto dimana dia bekerja sebagai buruh cuci piring dan membersihkan restoran dari pagi hingga sore hari. Sore harinya ia pulang dengan membawa uang hasil ia bekerja seharian.
Tentu saja mamanya akan marah dan akan memukulinya, namun ia harus siap dan menerima semuanya.
"Ma, Sania pulang," kata Sania membuka pintu rumahnya, ia berjalan menuju kamarnya, namun suara mamanya mengejutkan dirinya
"Dari mana aja lo?" Kata mama Sania membuat Sania kaget
"Lo g****k apa gimana? Gue udah bilang mau ada orang yang nyewa lo secara mahal. Malah Lo pergi dan ngga pulang, emang lo anak ga tau diri Sania. Gue udah capek capek besarin lo, Sekarang lo udah gede ga bisa bantu gue sedikitpun," kata Berta memarahi Sania dengan menjambak dan memukul Sania beberapa kali di kepalanya. Sania hanya menangis dan terdiam
"Mau lo taruh mana muka gue? Gue yang malu Sania," kata Berta kemudian mendorong Sania hingga terjatuh di lantai, ia kembali meraih rambut Sania dan menjambaknya, ia menarik Sania hingga mendekati dirinya
"Inget ya Sania, lo ini anak seorang p*****r, dan sampai kapanpun lo juga akan menjadi p*****r, lo ga bakal bisa pergi dari kenyataan ini Sania," Berta berteriak dan membuat Sania semakin menangis, dia menahan sakit sambil sesenggukan. Begitu malang nasib gadis itu, ia seolah pasrah dengan apa yang mamanya lakukan padanya. Ia hanya terdiam dan tak membantah sekata pun.
Ia masuk ke dalam kamarnya dan mengambil uang hasil ia bekerja harian sebagai buruh cuci piring dan membersihkan restoran.
"Mah, maafin Sania, ini Sania ada uang hasil dari semalem. Maaf kalau cuma dapet tamu sedikit," ucap Sania berbohong. Ia berkata seolah uang itu hasilnya melacur. Berta menyahut dan mengantongi uang dari Sania tanpa banyak bicara, ia kemudian berdiri dan kini menatap Sania lebih dekat
"Gue ga mau lagi kejadian ini terulang Sania. Kalau besok ada yang mau nyewa lo secara mahal gue ga mau kalau sampai lo ga ngelayanin dia," ucap Berta kemudian menyuruh Sania pergi dari kamarnya
"Sana lo pergi," ucap Berta.
Sania kembali masuk ke dalam kamarnya dan berdoa kepada Allah, ia mengadu akan semua rasa sakit dan malangnya nasibnya selama ini.
Ia tertidur sampai malam hari mamanya membangunkannya
"Sania bangun, sana mandi dan siap siap kerja. Cari duit jangan cuma bisa nyusahin gue lo," ucap Berta sambil menggoyang goyangkan tubuh Sania agar segera terbangun.
"Emm iya mah," ucap Sania yang kemudian duduk sambil mengumpulkan nyawanya.
"Dandan yang cantik jangan ke lorong tapi pakai pakaian yang tertutup dan ga menggoda sama sekali," ucap Berta dengan judes. Ia sendiri tampak bersiap untuk mencari tamu malam itu, Berta memakai pakaian yang sangat minim dan make up yang menor serta memakai parfum yang sangat wangi.
Sania bergegas mandi dan bersiap ke lorong.
"Gue berangkat dulu san, jangan lupa bawa duit yang banyak," ucap Berta. Perkataan Berta membuat jantung Sania berdetak seolah lebih cepat, setiap hari Sania harus memikirkan bagaimana cara agar dia bisa lari dari lorong itu tetapi tetap mendapatkan uang agar mamanya tak memukulinya. Tak jarang jika Sania pulang tak membawa uang sepeserpun dia dipukuli oleh mamanya.