Part 14

1347 Words
  Joshua berlari secepat mungkin setelah mendengar cerita dari teman sekelas Sena, ia benar-benar tersadar sepenuhnya atas pikiran bodohnya yang terus terjebak oleh rayuan Sena hingga membuat hubungan persaudaraan nya dengan Jennie sempat berantakan.   " Aku harus segera menemui Jennie untuk meminta maaf, Bodohnya aku yang tidak mempercayai ucapan saudara ku sendiri. " Joshua berlari menelusuri koridor menuju kelas Jennie yang berada di lantai dua.   Sepuluh langkah lagi Joshua tiba di ruang kelas Jennie, Ketika pria itu sudah berada di depan pintu ia mendengar suara tawa dari dalam kelas, Joshua membuka sedikit pintu itu dan langsung melihat sosok yang di kenalnya tengah memeluk seorang pria, Bukannya masuk ke dalam dan menegur mereka Joshua malah menutup pintu itu kembali.   Mimik wajahnya tiba-tiba berubah seiring berjalannya waktu ia pun mengurungkan niatnya untuk bertemu dengan Jennie dan berlari meninggalkan ruangan itu. Sementara itu di dalam ruang kelas sana Jennie baru saja selesai mengukur pinggang Jaden dan hari ini Jennie berhasil menjadikan Jaden sebagai modelnya. Mereka melakukan pengukuran di kelas karena saat di ruangan anak Desain komunikasi Jennie tidak membawa alat ukurnya sehingga mereka harus ke kelas untuk dapat mengukur.   " Terima kasih kamu sudah mau menjadi model ku." Ucap Jennie setelah ia selesai menulis semua ukuran yang di ambilnya barusan.   " Kau sudah mengucapkan terima kasih sebanyak enam kali padaku apa kau tidak bosan? " Seloroh Jaden membuat Jennie tersipu malu.   " Kalau begitu untuk yang terakhir bagaimana kalau aku mentraktir mu makan malam. " Sahut Jennie penuh harap.   " Maksud mu kencan? " Ucap Jaden sontak membuat Jennie terkejut dan memasang wajah malu.   " Aku bercanda..., Aku mau pergi makan malam bersama mu." Jawabnya kemudian seketika membuat senyuman manis mengembang di wajah Jennie.   " Sepulang kuliah kita ketemu di depan gedung yah. " Lontar Jennie dan di balas anggukan mantap oleh Jaden.   Begitu Jaden meninggalkan ruang kelasnya, Jennie meraih buku catatannya dan menatap ukuran badan Jaden yang akan di buatnya menjadi sebuah jas, Seketika Jennie tersadar dengan apa yang di lakukan nya.   " Kenapa aku sangat senang? Sebenarnya apa yang terjadi padaku sehingga membuatku seperti ini.?" Batin Jennie mulai berpikir keras.                                                   ♡   Joshua menjatuhkan tubuhnya di sebelah Joaquin yang sibuk menganalisa sesuatu, melihat ekspresi Joshua yang kesal membuat Joaquin penasaran dan langsung menghentikan aktivitasnya kemudian melirik sahabatnya itu.   " What's up bro.? " Tanyanya dengan nada yang bersahabat.   " Aku kesal kenapa Jennie bisa dekat dengan pria lain secepat ini, padahal dulu dia adalah anak yang pemalu bahkan untuk sekedar akrab dengan laki-laki pun tidak pernah. " Keluh Joshua.   " Hey.. Bukannya kau sendiri yang mengadakan taruhan padanya waktu itu, lalu kenapa kau merasa kesal setelah melihat Jennie dekat dengan seorang pria? Kau tidak sedang cemburu pada saudara mu sendiri kan.? "   " Maksudmu apa? " tanya Joshua tak paham.   " Dari sikap mu melihat Jennie dekat dengan pria lain seperti seorang pria yang melarang wanitanya untuk dekat dengan pria lain, ya bisa di bilang kau ini menyukai Jennie karena, "   " Omong kosong, Jennie itu saudariku, mana mungkin aku menyukainya. " potong Joshua cepat.   " Bagaimana kalau suatu saat nanti sebuah kenyataan yang mengejutkan muncul yang mengatakan kalau kau dan Jennie ternyata tidak sedarah, apa kau akan tetap menganggapnya sebagai saudari mu.? " Lanjut Joaquin semakin mengada-ada.   " Diam kau, aku sedang tidak mood jangan menggangguku. " Lontar Joshua yang beranjak dari tempatnya duduk menuju satu ruangan yang di jadikannya sebagi tempat untuk merilekskan pikirannya.                                                   ♛     Kelas berakhir tepat pada pukul 16:00 sore, Seorang pria dengan rambut blonde dan tatapan mata yang tajam baru saja keluar dari kelas, Ia sendirian tak seperti biasanya di temani oleh sahabatnya yang bernama Leon. Ketika dirinya sudah keluar dari gedung tak sengaja ia melihat sosok seorang gadis yang menunggunya di depan gedung perkuliahan sambil mengamati ponselnya.   Sebuah mobil berwarna hitam muncul di hadapan Jennie dan memunculkan seorang pria dari dalam sana.   " Kau sudah menunggu lama ya? " Sahut Jaden seketika membuat Jennie melongo heran.   " Tidak juga, Aku baru saja sampai. " Jawabnya berbohong padahal sudah setengah jam yang lalu dirinya berada di sana yang membuat nya juga heran dengan sikap antusiasnya ini.   Jaden turun dari mobilnya dan menyambut Jennie dengan membuka kan pintu layaknya pria gentle.   " Ayo berangkat." Ajak Jaden di balas anggukan mantap dari Jennie.   Setelah Jennie berada di dalam, Jaden pun ikut masuk dan bergegas menancap gas meninggalkan pelataran kampus, meskipun mobil Jaden bukan terbilang mobil yang mewah setidaknya Jennie senang karena bisa berada di sebelah pria itu.                                                 ♚     Di sebuah restauran sederhana Jennie mengajak Jaden makan malam di sana, Sebenarnya itu bukanlah pilihan Jennie melainkan Jaden yang tak ingin memberatkan Jennie dalam membayar tagihan makanannya nanti. Pilihan Jaden sangatlah bagus sebab dari dalam resto mereka dapat melihat air mancur buatan yang berada di sebelah mereka dengan kolam ikan hias yang lucu-lucu,  Kesannya seperti resto Jepang namun menyajikan makanan khas Amerika.   " Kamu asli sini.? " Tanya Jaden memecah kebisuan yang sejak tadi tercipta.   " Bukan, Aku asli Brazil tapi memutuskan untuk kuliah di sini. " Jawab Jennie.   " Kau sendiri asli sini.? " Tanya Jennie balik dan ia berharap Jaden dapat terbuka padanya   " Bukan juga, Aku lahir di Australia dan setelah kedua orang tuaku meninggal aku di pindah kesini bersama tanteku saudara ibuku. "   " Soal itu, Maaf kalau aku lancang… Setelah kehilangan pekerjaanmu kemarin apa kau sudah mendapatkan pekerjaan baru.? " Tanya Jennie hati-hati ia takut kalau Jaden sampai tersinggung dengan omongannya.   Jaden tersenyum melihat Jennie yang menunduk seperti orang yang sedang ketakutan.   " Aku belum menemukan pekerjaan yang cocok dengan ku, Tapi saat ini aku ingin kerja di tempat iklan digital, Sebagai mahasiswa jurusan desain komunikasi aku lebih cocok di bidang seperti itu. " Jawab Jaden kemudian.   " Aku akan membantumu mencarinya.!" Seru Jennie sangat antusias.   " Benarkah.? "   " Tentu saja, Aku akan membantu mu sebagai balasan dari pertolonganmu juga sudah mau menjadi model ku."   " Bukannya makan malam ini sudah cukup.?"   " Please.. " Pinta Jennie dengan keimutan yang membuat Jaden jadi salah tingkah.   " Terima kasih kalau kau ingin membantuku. " Balas Jaden tersenyum simpul   " Ternyata dia manis juga kalau sedang tersenyum. " Batin Jennie yang pertama kali melihat Jaden tersenyum                                                  ♚     Setelah selesai makan bersama, Sayang rasanya jika langsung pulang sehingga Jennie meminta Jaden untuk menemaninya ke toko kain untuk membeli kain yang akan di gunakan dalam membuat proyek kuliahnya. Jaden menyetujui nya dan langsung ke toko kain bersama Jennie.   Saat di jalan menuju toko kain mereka tidak sengaja berpapasan dengan seseorang yang membuat Jennie dan Jaden tertahan sejenak. Pria yang bertemu dengan Jennie adalah Arnold yang dulu memberikan kedekatan yang membuatnya hampir berharap, Dan setelah sekian lama akhirnya Jennie bertemu dengan pria.   " Hai Jennie..lama tidak bertemu. " Ucap Arnold dengan ekspresi yang kikuk.   " Dia siapa? " Tanya Jaden melirik Jennie dengan tatapan penasaran.   " Senior, Dia mahasiswa Arsitektur di kampus kita. " Jawab Jennie pelan.   " Jadi ini pacar kamu." tunjuk Arnold pada Jaden.   " Bu-bukan, Kami hanya berteman." jawab Jennie cepat.   " Tapi yang waktu itu menjawab teleponku bukannya dia.?" Ucap Arnold membuat Jennie menatapnya heran.   " Kapan kau meneleponku? " Tanya Jennie penasaran.   " Hari di mana kita tidak bertemu saat aku mengajakmu,  Saat itu aku menelepon mu untuk mengajakmu bertemu lebih awal tapi seseorang menjawabnya dan mengatakan bahwa dia adalah pacarmu."   Jennie baru sadar dengan semua yang terjadi kemarin dulu, Saat dia taruhan dengan Joshua untuk mendapatkan pacar, Dan alasan kenapa semua pria yang dekat dengannya tiba-tiba menjauh seperti enggan untuk bertemu, Joshua telah melakukan hal licik yang tidak di ketahui nya saat ini.   " Jadi dia pacarmu atau tidak ? Jujur setelah mengetahuinya aku merasa harus mundur, Tapi kalau dia bukan pacarmu apa kau mau jadian dengan ku. ?" Lontar Arnold membuat Jennie dan Jaden terkejut mendengarnya.   Mau marah pun rasanya percuma, Sehingga Jennie hanya dapat membenarkan kalau pria yang di sebelahnya adalah pacar nya dan Jennie pun tak tanggung-tanggung untuk menggandeng tangan Jaden, Sejak saat Arnold berusaha menghindari nya Jennie mulai merasa tidak menyukai pria itu sehingga ia terpaksa harus berpura-pura pacaran dengan Jaden agar pria itu tidak mendekatinya lagi.   " Dia pacarku. " ucap Jaden seketika merangkul Jennie dan menatap Arnold dengan berani.                      
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD