Part 13

1166 Words
  Tidak biasanya Joshua mengantar Jennie sampai di gedung perkuliahan yang biasanya dia hanya menurunkan Jennie di parkiran kampus saja, Jennie mulai turun dari motor sambil merangkul tasnya kemudian beralih memasuki gedung tanpa mengucapkan sepatah kata pun pada Joshua yang terlihat menunggunya.   " Hati-hati ya, kabari aku kalau kau sudah pulang. " Sahut Joshua yang entah mengapa membuat Jennie malu mendengarnya.   Sebelum Joshua kembali menancap gas ia melirik Jennie kembali dan tiba-tiba saja di kejutkan dengan seorang pria yang menghampiri Jennie ketika gadis itu hendak masuk ke dalam gedung, Joshua mengernyit heran tentang siapa pria itu, Ini pertama kalinya Joshua melihat pria yang bersama Jennie sekarang.   " Apa jangan-jangan, Dia pria yang waktu itu membuat Jennie senyum-senyum sendiri di kamarnya? Tapi mana mungkin, Apa yang harus ku lakukan? Apa aku harus menjauhkan mereka lagi.? " Benak Joshua mulai berpikir keras.   Saat Joshua kembali menoleh Jennie dan pria itu sudah tidak ada sehingga membuat Joshua mendengus kesal, Alhasil ia pun segera meninggalkan pelataran fakultas seni dengan perasaan dongkol.   Di tempat lain, saat ini Jennie sedang jalan beriringan bersama Jaden yang datang menemuinya untuk mengembalikan tote bag miliknya yang tertinggal semalam, Mengetahui Jaden yang dengan sengaja mengantarkan tote bag itu berhasil membuat jantung Jennie berdegup tak karuan.   " Oh iya, Maaf kalau aku lancang, Semalam aku melihat isi tas mu untuk mencari apakah nomor ponsel mu ada di salah satu buku itu tapi yang ku dapat hanyalah desain busana dan juga ponselmu ada di dalam, Aku sudah mengisi daya baterai nya sehingga kau tidak kesulitan untuk mengisinya pagi ini. " Ujar Jaden lagi-lagi membuat Jennie tersenyum malu-malu.   " Terima kasih, " Balas Jennie singkat karena ia bingung harus berkata apa lagi.   Jennie mengecek isi tote bag nya dan tak ada satupun yang kurang, bahkan ponselnya sudah terisi penuh membuatnya senang karena Jaden memikirkan hal itu sampai segitunya.   " Aku Jaden, Maaf karena sebelumnya tidak memperkenalkan diri." Ucapnya menunduk malu.   " Aku sudah tahu, " Jawab Jennie cepat.   " Benarkah? Kau tahu namaku dari mana.?"   " Gawat, kenapa kesannya aku seperti seorang psycho yang mengetahui namanya secara tiba-tiba " Benak Jennie mulai memberontak.   " Hy Jaden " Sahut seseorang berhasil menyelamatkan Jennie dari ketakutannya barusan.   " Kalian kok bisa datang berbarengan gini.? " Tanya Edith melirik Jennie dengan genit.   " Ceritanya panjang nanti aku ceritain di kelas, Yuk..,Makasih yah karena sudah repot-repot mengantarkan tote bag ku." Sahut Jennie dan di balas anggukan pelan dari Jaden.   Kedua gadis itu segera menghilang dari pandangan Jaden, Langkah yang di ambil Jennie pun cukup lebar sehingga membuat Edith mengeluh dengan sikap anehnya tersebut.                                                           " Apa? Jaden menolong mu dari pacarnya Sena dan rela meninggalkan pekerjaannya untuk mu???? " Seru Edith setelah mendengar cerita panjang Jennie semalam.   " Ssst... Jangan keras-keras nanti orang-orang bisa mendengarnya. " Bisik Jennie hati-hati.   " Wah.. Wah.. Ini berita yang sangat Bagus, Setahuku Jaden itu orangnya pendiam dan sulit berinteraksi dengan gadis, Leon juga pernah cerita kalau Jaden itu anak yatim piatu dan tinggal bersama tantenya untuk berkuliah di sini dia kerja tapi aku tidak tahu kalau ternyata pekerjaannya sebagai pelayan di bar. "   " Apa yang harus ku lakukan? Karena aku dia sampai kehilangan pekerjaan nya. " Gumam Jennie menyesal.   " Hmm.. Gimana yah? Apa sebaiknya kita cari lowongan kerja buat dia? " Usul Edith kemudian.   " Tapi kalau kita sudah menemukannya apa dia mau? "   " Kalau kau ingin tahu dia mau apa tidak, Kau harus mengajaknya bicara sekali lagi, dan satu lagi kau harus membuat dia menjadi model mu, Waktu terus berjalan dan kau belum mendapatkan model untuk desain mu itu. "   " Baiklah, Kali ini aku akan mencoba bicara langsung dengannya. " Ucap Jennie sungguh-sungguh                                                       Untuk dapat bertemu dengan Jaden, Jennie harus meminta bantuan Edith dengan mengajak gadis itu ke gedung Desain komunikasi dengan alasan untuk bertemu Leon dan membahas soal kerja sama antara dia dan Edith, Setibanya di sana secara kebetulan Jaden juga berada di ruangan itu membuat Jennie tiba-tiba di serang rasa kepanikan.   " Aku ke Leon kamu ke Jaden yah. " Bisik Edith sebelum mereka berpisah.   " Leon, Bisa minta waktunya sebentar.?" Sahut Edith dan di balas anggukan setuju oleh pria itu.   Tiba saatnya untuk Jennie menghampiri Jaden, Ia melemparkan senyum pada pria itu tapi Jaden hanya membalasnya dengan wajah yang datar, Namun Jennie tetap bersih keras mendekatinya.   " Aku lupa mau bilang sesuatu ke kamu." gumam Jennie gugup.   " Apa? " Tanya Jaden.   " Terima kasih dan Maaf karena telah merepotkan mu, Aku lupa mengucapkan terima kasih atas pertolongan mu semalam, Dan maaf soal pekerjaanmu, Karena aku kau jadi kehilangan pekerjaanmu. "   " Bukan salah mu, Justru aku ingin berterima kasih berkat mu aku bisa keluar dari tempat itu. "   " Kenapa? " Tanya Jennie penasaran.   " Sebenarnya aku sudah lama ingin keluar tapi menunggu waktu yang tepat saja, Selain gajinya sedikit manajer di sana selalu menyuruhku melakukan hal yang tidak-tidak, Kau mengerti maksud ku kan.?" Jennie mengangguk paham dengan maksud Jaden barusan, Ia tak menyangka kalau ternyata keluarnya Jaden mendatangkan kebebasan untuk pria itu.   " Apa yang kau lakukan di sini? " Tanya Jaden lirih.   " Aku menemani Edith menemui Leon untuk membahas kerja sama mereka, Kebetulan jurusan kami mengadakan proyek awal membuat pakaian pria dan harus mencari model yang sesuai dengan pakaian yang kita buat." Jawab Jennie kemudian.   " Aku sudah melihat desain milikmu, Semua terlihat keren, Aku suka. " lontar Jaden sukses membuat wajah Jennie merona.   " Apa kau mau menjadi model ku.?" Tanya Jennie dengan penuh percaya diri.   " Jadi kau belum punya model?"   Jennie mengangguk pelan dan menatap Jaden dengan penuh harap.   " Kalau begitu dengan senang hati. " Jawab Jaden seketika membuat Jennie kegirangan namun ia tak menampakkan kegembiraan itu di hadapan Jaden.                                                         Pria itu termenung di dalam sebuah laboratorium yang di mana hanya ada dia seorang diri di salam sana, Pikirannya melayang pada kejadian semalam saat Jennie pulang sendirian dan sejak saat itu dia merasakan sesuatu yang mengganggu pikirannya. Dering ponselnya berhasil membuat lamunan Joshua buyar dan segera mengecek isi pesan yang masuk ke ponselnya.   " Maafkan aku sepertinya kita tidak bisa makan siang bersama, Aku sibuk. " Tulis Sena pada pesan yang di kirimnya barusan.   Joshua bangkit dari kursinya dan segera meninggalkan ruangan itu ke suatu tempat, Setibanya di gedung kedokteran Joshua segera mencari Sena di kelas hingga di laboratorium tempatnya Sena biasanya berada, Namun setelah di cari kemana-mana rupanya gadis itu belum tiba di kampus berdasarkan dari informasi yang ia dapat dari salah satu teman Sena.   " Tunggu " Cegah gadis itu membuat Joshua berbalik ke arahnya.   " Aku ingin memberitahumu sesuatu, Ini soal Sena yang mungkin tidak kau ketahui." Lanjut nya berhasil membuat Joshua penasaran dan ingin mendengarkan nya.   " Sebenarnya Sena kembali padamu bukan karena dia masih menyukaimu, Tapi dia sengaja kembali padamu karena suatu alasan, Sebaiknya kau melanjutkan hubungan mu lagi dengannya karena dia sudah punya pria lain."   Joshua terdiam sejenak, Apa yang di katakan Jennie semalam sama persis dengan yang di katakan teman Sena barusan, Mengetahui hal ini alih-alih marah pada Sena, Joshua justru merasa bersalah pada Jennie karena tidak mempercayainya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD