bc

Sopir Kesayangan

book_age18+
186
FOLLOW
1K
READ
love-triangle
HE
stepfather
bxg
lighthearted
bold
campus
like
intro-logo
Blurb

Sulit jatuh cinta. Sekalinya jatuh cinta, Adelia malah melabuhkan cintanya kepada sosok Vino, pria yang berprofesi sebagai sopir pribadi sang kakak, Alvin.

Tidak ada yang salah dari pekerjaan Vino, meski tidak berasal dari keluarga yang berada. Hanya saja Vino sudah memiliki istri, Yasmin. Meskipun demikian, Adel masih ragu untuk menghapus cintanya untuk Vino. Karena Yasmin tidak pernah sudi menerima pernikahannya dengan Vino.

chap-preview
Free preview
Bab 1
Layaknya orang yang sedang dilanda masalah besar. Makan tidak enak, tidurpun tidak nyenyak. Itu yang sedang dialami Alvin. Kini ia tampak tak berdaya dengan wajah yang sangat lesu. Keadaan Alvin kini pun sudah jauh berbeda daripada biasanya. Tubuhnya sedikit kurus dengan kantung mata yang menghitam. Karena kehidupannya benar-benar jungkir balik semenjak Syakila mengalami hal aneh di kehamilannya saat ini. Bahkan hingga berminggu-minggu berlalu Alvin masih tidak bisa berdekatan dengan Syakila, meskipun sudah mengguyur tubuhnya dengan parfum. Tapi tetap saja Syakila menolak dan mengatakan dirinya bau. Makan Alvin pun seadanya saja, sesuai dengan menu yang diinginkan Syakila. Tidak ada makanan enak seperti biasanya, karena tidak diperbolehkan ada aroma yang menusuk hidung disana. Entah sampai kapan Syakila seperti itu. Alvin sampai frustasi dan kehilangan arah. Terlebih lagi semenjak kejadian sang ibu marah-marah tidak jelas, ia tidak lagi berani menghubungi meskipun hanya untuk sekedar menyapa saja. Selama ini ia bercerita hanya kepada sang ibu mertua. Menceritakan segala keluh kesah, apa yang selama ini dialami. Sialnya Selena tidak ingat menyampaikan kepada Alvin, bahwasanya Adara tidak pernah marah dan selama ini hanya salah paham semata. "Kamu nggak ada rencana untuk bikin acara syukuran atau apa gitu, Vin?" Alvin yang baru saja bergabung dengan Vino di teras belakang, membuka percakapan. Suntuk menonton televisi, ia memilih bergabung dengan Vino dan bertukar pikiran dengan pria itu. Berharap ada jalan keluar bagi masalahnya yang kini terasa semakin menyesakkan d**a. Meskipun tidak ada jalan keluar, karena Vino juga tampak kusut memikirkan pernikahan yang akan dilangsungkan lusa, sepertinya mereka bukan mencari solusi tapi malah mengadu nasib. Melihat siapa yang paling teraniaya dalam menjalani hidup. Sungguh kasihan. Melihat dua pria tampan duduk di teras memikirkan masalah yang amat berat, dengan solusi yang tidak bisa ditemukan, kecuali dijalani saja. Layaknya mengikuti arus sungai, dan berharap bermuara di tempat yang indah. "Tidak, Tuan. Saya belum memikirkan sampai ke arah sana. Karena untuk menikah ini saja rasanya sudah amat berat." Vino menarik kedua sudut bibirnya. Meskipun nyatanya ia dalam keadaan tidak baik-baik saja, terlebih lagi memiliki istri seperti Yasmin. Terbiasa hidup enak dan serba berkecukupan. Apapun yang ia minta tinggal disebut saja. Tidak perlu bersusah payah banting tulang agar apa yang diinginkannya terwujud. Seperti Vino yang mengabaikan pendidikannya sendiri, demi membantu sang ibu untuk menyekolahkan sang adik yang kini sedang menuntut ilmu di kota orang. Berharap salah satu diantara mereka bisa hidup layak dan menjadi tempat bagi sang ibu pulang, ketika tak lagi memiliki tenaga untuk bekerja. "Kenapa begitu?" Alvin memancing. Berharap Vino mau sedikit bercerita tentang keluh kesahnya sebelum menikah. Meskipun Alvin tidak bisa masuk terlalu jauh, tapi setidaknya Vino mau sedikit bercerita agar bebannya sedikit berkurang. Vino menoleh sekilas. Sebelum kembali menatap pepohonan yang berbaris di hadapannya. Ia menimbang sejenak apakah akan membagi beban itu atau tidak. "Maaf, Vin. Bukannya aku ingin ikut campur atau apa. Hanya saja aku ingin kamu berbagi. Siapa tahu aku memiliki jalan keluar dari masalah yang sedang kamu hadapi." Vino tersenyum tipis. Ingin bercerita tapi, takut malah menambah beban Alvin yang tidak kalah besar darinya. Karena Vino melihat sendiri bagaimana perubahan yang dialami Alvin Pria itu banyak diam dan termenung, semenjak Syakila memiliki banyak aturan. Tanpa terkecuali pula. "Tidak usah, Tuan. Saya bisa menjalani ini semua, Tuan. Lagipula Tuan sendiri sudah banyak beban yang yang akan ditanggung. Saya tidak ingin memperbanyak daftar tersebut." "Ah, sudahlah. Jangan terlalu sungkan seperti itu. Anggap saja aku ini sebuah patung dan agar kamu tidak perlu ragi untuk bercerita. Meskipun beban yang aku pikul tak kalah besarnya, setidaknya kita bisa sama-sama lega setelah melakukan adu nasib. Kamu dengan masalahmu pula, aku dengan masalahku juga. Sama-sama kita keluarkan, dan timbang mana yang paling berat." "Kalau sama?" "Ya, sudah itu artinya kita berdua adalah pria yang bermasalah." Alvin menjawab asal. Tapi bisa menghadirkan rasa tenang di hati Vino, sehingga ia mulai tertarik untuk bercerita. Cukup aneh memang, bertahun-tahun bekerja dengan Alvin dan sempat terjadi salah paham, kini mereka berdua duduk berdampingan dan mengadu nasib. "Namanya Yasmin. Cantik memang, tapi itu bukanlah poin utama untuk menjadi istri saya. Sebagai seorang pria yang berasal dari keluarga tak berada, rasanya sangat tidak tahu diri harus memiliki istri dengan syarat dan ketentuan pula." "Kalau begitu apa yang membuatmu merasa gamang untuk menikah dengannya?" Alvin yang sedang menyimak ternyata tidak bisa menahan rasa penasarannya. Sehingga ia bertanya padahal Vino baru mulai bercerita. "Kami tidak saling mencintai. Bahkan mengenal saja tidak." "Lah, bagaimana bisa kamu tidak mengenal calon istri sendiri?" Vino menaikan kedua pundaknya. “Dia tidak akan pernah melihat ke arah saya, meski kita sudah beberapa kali bertemu karena ayah kami bersahabat dekat. Tapi sayangnya dia adalah ratu, sehingga takkan pernah mungkin memandang sosok pembantu seperti saya.” "Jangan katakan kalian berdua dijodohkan karena ayah kalian bersahabat?" Vino mengangguk. "Sayangnya itu benar. Saya diminta untuk menikah dengan Yasmin agar bisa mengubah hidupnya. Agar dia bisa berpikir baik, tidak angkuh seperti sekarang." "Ah, pantas saja kamu murung begini. Kamu begini pasti memikirkan bagaimana caranya menghadapi Yasmin setelah menikah dan membuatnya terbiasa hidup dengan lingkungan kamu Dan … sepertinya tinggal disini merupakan jalan yang baik diambil ketika kalian sudah menikah. Dengan begitu, kalian tidak hanya tinggal berdua, yang akan membuat rasa canggung dan tidak nyaman bercampur aduk menjadi satu." "Tuan benar. Oleh karena itu saya amat senang menerima tawaran yang Tuan berikan. Sampai terbiasa dan sama-sama menerima, barulah saya akan membawanya hidup mandiri." "Kalau begitu ceritanya, itu berarti kamu tidak ada rencana berpisah setelah menikah?" “Tentu saja tidak ada, Tuan. Kalau pernikahan ini lancar, itu artinya dia memang jodoh saya. Tinggal bagaimana bertahan dan membuatnya nyaman dengan segala kekurangan. Dan saya juga bertekad akan bertahan sampai di mana kesabaran ini habis untuk menghadapi dia. Saya juga berjanji akan tetap tinggal, selama dia tidak pergi dan mencoba menjadi pendamping. Karena aku pribadi tidak suka dengan yang namanya perceraian.” "Sungguh kuat dan tegar hati kamu. Siap menerima segala resiko, tanpa mengambil jalan pintas demi sebuah kebebasan. Tapi kamu malah tetap bertahan, demi sebuah kesetiaan." “Ah, Tuan jangan berlebihan seperti ini. Saya hanya menjalankan tugas sebagai seorang pria sejati dan tidak ingin menyakiti wanita manapun, meskipun bayangan kehancuran ada di depan mata.” Vino menghela nafas panjang, serentak dengan Alvin yang juga melakukan hal tersebut. Sebagai tanda nasib mereka pun sama dalam keadaan tidak baik.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.7K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
93.7K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.6K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.8K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook