Bab 4

1000 Words
"Saya tidak punya kekasih apalagi gadis yang cinta mati kepada saya, Tuan," keluh Vino. Kepalanya terasa cenat-cenut karena ide gila yang dikatakan Alvin padanya. Mana mungkin Yasmin bisa percaya begitu saja tanpa ada bukti sama sekali. Terlebih lagi ini menyangkut rumah tangganya yang baru saja berlangsung beberapa jam lamanya. Sangat miris jika tiba-tiba saja ia bercerai dari Yasmin. "Aku tahu itu. Kamu tidak perlu pusing memikirkan ini. Karena aku yang memiliki kesepakatan, aku pula yang akan bertanggung jawab." Alvin menjawab dengan tegas segala kekhawatiran Vino dan Misbah. Meskipun ia sendiri tidak memiliki jalan keluar untuk masalah baru yang telah diciptakan. "Yasmin sudah di jalan. Jadi apa yang harus kita lakukan, Tuan?" Kegelisahan kian menjadi-jadi ketika mereka mulai dekat dengan rumah. Dan itu artinya Yasmin juga semakin dekat dengan mereka semua. Salahnya Alvin tidak meminta gadis itu menyusul beberapa jam lagi. Tapi ia memilih satu jam sebagai tenggat waktu untuk menyusul kepulangan mereka. Semakin pusing saja Alvin dalam memikirkan apa yang akan dilakukan untuk menyambut kedatangan Yasmin nantinya. "Semuanya tenang. Aku yakin Alvin memiliki cara untuk menyelesaikan ini semua. Karena seorang Alvin tidak akan pernah melangkah jauh sebelum ada rencana yang telah tersusun dengan rapi. Dia tidak akan pernah menyelesaikan masalah dengan masalah baru. Tapi dengan penyelesaian." Dengan keyakinan yang amat besar Syakila menenangkan kegelisahan Vino dan Misbah. Meskipun ia sendiri tidak yakin dengan ucapannya sendiri. Terlebih lagi saat melihat air wajah Alvin yang tampak gelisah dan penuh dengan kecemasan. "Aku tahu apa yang harus dilakukan. Dan siapa yang akan melakukannya." Alvin bergumam senang dalam hati. Saat melihat seorang gadis di pos security, yang ada di depan pekarangan rumahnya. Gadis yang terlihat semakin cantik saja, setelah satu tahun tidak berjumpa dengannya. Gadis cantik berkulit putih. Dengan tubuh tinggi ramping dan rambut coklat mirip sang ibu. Rambut panjang bergelombang dan tebalnya di ikat tinggi, semakin menambah kecantikan yang gadis itu miliki. Seakan menemukan restu dari takdir, Alvin membuat sebuah kesepakatan yang sangat berbahaya bagi rumah tangga Vino. Tapi, langsung terjawab oleh kedatangan sang adik, yang tidak pernah sekalipun ia duga. Itu artinya takdir merestui perikanan antara Vino dan Yasmin. "Astaga … aku pikir mama mengatakan kamu seperti orang yang tidak memiliki semangat hidup itu hanyalah sebuah bualan semata, Kak. Tapi ternyata benar Kamu benar-benar tak tampak seperti Alvin yang dulu." Dengan suara lengkingannya yang khas, gadis yang sedari tadi duduk bersama security tersebut mendekati Alvin yang keluar dari mobil. Tidak jauh berbeda dengan Alvin, gadis bernama Adelia itu sama jahilnya dengannya. "Jangan banyak basa-basi dulu. Ayo ke rumah! Ada tugas yang menanti untukmu! Dan jangan masuk ke dalam. Mobil ini sudah penuh silahkan kamu berjalan kaki." Baru saja gadis yang kerap disapa sapa Adel itu masuk ke mobil, Alvin sudah lebih dahulu masuk dan membawa mobilnya menjauh. Meninggalkan Adel dengan mata yang membulat sempurna. Tidak terima dikerjai sang kakak kesan pertama pertemuan mereka. Lalu, tugas. Tugas apa yang sudah disiapkan Alvin sedangkan kepulangannya dirahasiakan dari kakaknya itu. Tidak mungkin kedua orang tuanya yang membocorkan sedangkan mereka yang meminta untuk dirahasiakan. Agar Alvin terkejut melihat kedatangannya. "Vin, itu kok Adel ditinggal? Mobil padahal masih kosong. Untuk dia sendiri pasti masih muat. Apalagi dia cuma membawa tas kecil." Syakila protes. Melihat Alvin yang meninggalkan Adel di gerbang. Padahal mobil mereka masih ada ruang untuknya. "Biarkan saja. Aku ingin dia memiliki kesan tersendiri saat berkunjung kesini." "Kesan tersendiri apaan? Yang ada dia kapok dan minta pulang." "Tidak akan. Dia akan tetap disini dan membantu kita." "Membantu?" Syakila mengejar. "Ya. Dia akan tinggal disini sampai masa liburannya selesai." "Tunggu, Vin. Jangan katakan dia yang akan menjadi kekasih Vino?" "Sayangnya itu benar, Sya."Jawab Alvin seraya keluar dari mobil. Sepertinya pria itu akan mengajak Adel masuk untuk membicarakan tentang rencananya membantu Vino. Tidak butuh waktu lama, hanya sampai Yasmin yakin mereka berdua sama-sama mengorbankan orang yang dicintai sehingga sama-sama pula dalam belajar mencintai. Semoga saja eksekusinya semudah teori yang kini berada di dalam pikiran Alvin. "Adikku tersayang. Kemarilah. Kakakmu yang tampan ini ingin mengajak berbicara amat serius." Alvin mengembangkan kedua tangannya untuk menyambut kedatangan Adel. Ia juga langsung merangkul Adel dan mengajaknya untuk masuk ke rumah. Langsung saja membawa gadis itu ke kamar agar tidak ada yang tahu kalau ada peperangan yang terjadi dengan mereka berdua di salah sana. "Jangan meminta aku untuk melakukan hal yang tidak-tidak." Adel memperingatkan sang kakak sebelum mereka benar-benar masuk ke dalam rumah. "Saya tidak mungkin mengakui adiknya tuan sebagai kekasih." Vino akhirnya membuka suara saat Alvin dan Adel telah hilang ditelan pintu utama. Ia menyampaikan isi hatinya sendiri sebelum Alvin melangkah lebih jauh lagi. "Jangan seperti itu. Adel memang anaknya cuek, tapi dia sangat baik dan hangat. Percayalah. Dia juga tidak akan pernah mengaturmu ini dan itu. Dan aku mengenal baik siapa keluarga mereka. Alvin itu lima orang bersaudara. Tapi tidak ada satupun yang memiliki sifat buruk. Mereka semua baik, sesuai dengan didikan kedua orang tua mereka.." "Saya tahu, Non. Saya juga sudah mengenal cukup dekat siapa tuan Alvin. Tapi, tetap saja saya tidak enak jika harus meminta bantuan kepada adik ipar Nona. Rasanya tidak sopan dan sangat berlebihan." Bayangkan. Berpura-pura menjalin hubungan dengan adik kandung majikan sendiri? Vino tidak akan pernah sanggup menjalaninya. Iya kalau gadis bernama Adel itu mau terima dengan lapang d**a, kalau tidak? Tentu saja bakal terjadi kesalahpahaman nantinya. Seandainya pun Adel mau dan menerima dengan senang hati, tetap saja Vino tidak enak hati. Kenapa? Ia takut malah jatuh cinta kepada Adel, bukan kepada Yasmin seperti rencana awal. "Tidak usah dipikirkan. Kamu jalani saja seperti yang diminta Alvin. Aku yakin dia sudah tahu apa resikonya jika ini diteruskan. Jadi tidak perlu ragu atau tidak enak hati seperti saat ini. Percayalah, meskipun nanti endingnya kamu dan Adel malah saling jatuh cinta, aku yakin Alvin tidak akan pernah melarang itu terjadi. Tapi tetap, kamu harus melepaskan Yasmin sebelum mendapatkan Adel." Syakila menarik kedua sudut bibirnya. Setelah memberikan penjelasan yang mewakili keraguan Vino saat ini. Lega? Belum. Vino tidak akan pernah lega sebelum masalah ini selesai dengan baik. Sebelum jelas hitam di atas putih, akan dibawa kemana rumah tangganya dengan Yasmin.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD