"Walau hanya sebagai pelarian dari rasa sakit, tak apa, setidaknya aku bisa merasakan hangatnya pelukan penghantar lukamu." •••••• "Gugup?" "Enggak, b aja." April terkekeh kecil lalu kembali menatap lurus ke arah depan, tepat pada sebuah kamera yang terduduk rapih di tempatnya dengan lensa yang mengarah ke posisi mereka berdua. Tangan remaja wanita itu terulur untuk merapihkan rambut miliknya yang kiranya tak berada di posisi, merenggangkan otot lengan sembari tersenyum manis. Jantungnya berdegup kencang, tatapan beberapa pasang mata yang sedang menanti pertunjukan yang akan ia dan Abim suguhkan itu terasa lebih mendebarkan dari hari-hari sebelumnya. Abim pun demikian, remaja itu terdengar berulang kali mengambil napas lalu melakukan pemanasan seadanya, membuat beberapa anggota yang

