Suzy atau yang saat ini menjadi Liu An. Ia sedang berada di atas ranjang, dengan posisi setengah duduk. Ia menatap ada sebuah bayangan di depan pintu kamarnya. Seseorang tengah berdiri di sana, dan Liu An tidak tahu siapa orang itu.
“Kau!” ucap Liu An.
Bayangan itu bergerak dengan tubuh bagian depan menatap ke arah kamar Liu An. Ia membungkukkan tubuhnya sekilas, lalu menjawab,”Saya Tuan Putri.”
“Masuklah! Aku ingin berbicara denganmu!” ujar Liu An.
Pintu kamar itu terbuka perlahan, ternyata ia adalah pria yang dilihat saat baru saja sadar beberapa waktu lalu.
“Tuan Putri, ada apa memanggil hamba?” tanya pria berambut hitam panjang.
“Kau … siapa namamu?” tanya Liu An.
“Tuan Putri melupakan hamba?”
“Tidak … maaf, aku tidak ingat siapa kau. Sepertinya sesuatu terjadi pada ingatanku.”
“Hamba adalah Yan Jie, pengawal setia anda, Tuan Putri.”
Mendengar pria itu memperkenalkan diri, hati Liu An seperti tersengat sesuatu. Ia merasa jika Liu An merasakan hal lain pada pria di hadapannya.
“Baiklah, aku akan mengingat namamu mulai sekarang. Kau … apa kau bisa aku percaya?” tanya Liu An.
“Tentu saja, Tuan Putri.”
“Temani aku berkeliling kerajaan. Aku harus mengingat tempat ini, dan … jangan sampai Raja tahu tentang hilangnya ingatanku.”
“Baiklah, Tuan Putri.”
Akhirnya Liu An beranjak dari ranjang, ia berjalan bersama Yan Jie untuk berkeliling dan membuat ingatan Liu An yang samar bisa muncul lagi.
“Yan Jie, kau bisa menjelaskan padaku tentang kerajaan ini, di mana letak kamar raja, dan di mana letak ruang penting.”
“Baiklah, kita saat ini berada di depan ruang keluarga kerajaan, di sini … biasanya raja akan menyuruh seluruh keluarga berkumpul untuk makan bersama atau memberikan pengumuman penting,” jelas Yan Jie.
“Kau tidak perlu menjelaskan kegunaan dari ruangan itu, Yan Jie. Aku bisa tahu dengan kau memberitahu nama ruangannya,” ujar Liu An dengan tersenyum kecil.
“Maaf, Tuan Putri. Aku akan melanjutkannya.”
“Silakan.”
Mereka kembali melangkah dan berhenti di depan sebuah ruangan yang tertutup dengan ada enam penjaga di depannya.
“Ini adalah kamar Raja, lalu di samping itu kamar Ratu. Dan di ujung sana … kamar selir Raja.”
“Apa Ayahanda ada di dalam saat ini? Apa aku bisa bertemu dengannya?” tanya Liu An.
“Maaf, Tuan Putri. Raja sedang sibuk saat ini, ia tidak mengizinkan siapapun mengganggunya.”
“Baiklah, sebaiknya kita melanjutkan perjalanan ini.”
Yan Jie kembali tersenyum, dan mereka melanjutkan langkah kakinya untuk berkeliling. Saat sedang berjalan bersama, mereka bertemu dengan seseorang.
Liu An berbisik pada Yan Jie, ia bertanya tentang siapa yang sedang berjalan mendekati mereka. Dan saat itu juga pria yang sedang bersama para pengawalnya, tersenyum dan mencoba menyapa Liu An dengan ramah.
“Tuan Putri, senang bisa melihatmu kembali sehat,” ujar pria itu.
“Terima kasih, senang bisa melihatmu lagi, Pangeran.”
“Sepertinya Tuan Putri sedang ingin mencari angin, apa perlu aku menemanimu?”
“Tidak perlu, pengawalku cukup untuk melindungi dan menemani aku berkeliling.”
“Baiklah jika begitu, aku mohon undur diri, Tuan Putri.”
“Silakan, Pangeran.”
Setelah kepergian pangeran itu, Liu An kembali bertanya pada Yan Jie.
“Kau hanya mengatakan jika ia adalah pangeran, sekarang jelaskan padaku, siapa nama dan siapa ibunya?” tanya Liu An ingin tahu.
“Tuan Putri, nama Pangeran adalah Fang Lin, anak dari selir Raja yang bernama Xiou Ru,” jelas Yan Jie.
“Aku tidak suka dengan tatapan matanya, sebisa mungkin hindarkan aku untuk bertemu dengan Pangeran.”
“Baik, Tuan Putri.”
“Kita kembali saja ke kamar, aku sudah cukup lelah hari ini.”
Yan Jie menundukkan kepalanya sekilas, lalu mereka berjalan kembali ke dalam kamar Liu An.
***
Hari berikutnya, Liu An nampak lebih segar dari sebelumnya. Kini ia sedikit mengingat kenangan tentang masalalu Liu An. Dan tubuh yang tidak jauh beda dengan sebelumnya, membuat roh Suzy nyaman menggunakan tubuh itu.
Saat ini … Liu An yang sudah berpakaian rapi akan menuju ke kamar sang kakak. Ia ingin menagih pada Cheng Yue perihal pertanyaan yang ada di dalam kepala Liu An. Namun, saat Liu An sampai di depan kamar Cheng Yue, ia melihat ada dua penjaga yang melarang Liu An masuk.
“Maaf Tuan Putri, Putra Mahkota sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun,” ujar seorang penjaga.
“Apa? Kalian berani menghalangi aku?”
“Ti-tidak Tuan Putri, tapi … Putra Mahkota bisa menghukum kami jika membiarkan anda masuk.”
“Minggir! Aku ingin bertemu Kakak!”
Liu An mendorong penjaga di depan kamar itu, tetapi sayang … justru tubuh Liu An sendiri yang terpental dan hampir saja terjatuh jika Yan Jie tidak menangkapnya.
“Akh!” pekik Liu An.
“Tuan Putri, Anda baik-baik saja?” tanya Yan Jie.
Ceklek …
Tiba-tiba saja pintu kamar Cheng Yue terbuka, pria yang masih mengenakan pakaian tidur itu melihat apa yang terjadi di depan kamarnya.
“Kenapa kalian sangat berisik?” tanya Cheng Yue.
“Maaf Putra Mahkota, Tuan Putri ingin masuk tetapi … .”
Cheng Yue melihat posisi Liu An yang hampir terjatuh, ia menghela napasnya dengan kasar lalu menarik tangan adiknya untuk masuk ke dalam kamar.
“Ada apa?” tanya Cheng Yue.
“Aku ingin menagih janji.”
“Janji?” ucap Cheng Yue membeo.
“Kau berjanji akan menjawab semua pertanyaan ku, Kakak!”
“Ah … baiklah … sepertinya aku melupakan yang satu itu. Waktumu sepuluh detik untuk mengucapkan pertanyaan dan aku akan menjawabnya, satu!”
“Kakak!”
“Dua.”
“Siapa Fang Lin? Siapa –“
“Tiga.”
“Siapa saja yang harus aku hindari?”
“Empat.”
“Hentikan!”
“Lima.”
“Kenapa sangat sulit untuk bertemu Ayahanda?”
“Enam.”
“Di mana Ibunda Ratu?”
“Tujuh.”
“Apa yang terjadi padaku saat aku hampir mati kemarin?”
“Delapan.”
“Astaga, kau membuatku gila!”
“Sembilan.”
“Apa aku memiliki teman?”
“Sepuluh. Waktumu habis, aku akan mulai menjawab.”
“Terserah!”
Liu An berjalan menuju ke sebuah tempat duduk yang ada di dalam kamar itu. ia terlihat lelah setelah mengucapkan pertanyaan itu pada Cheng Yue.
“Fang Lin adalah Pangeran, anak dari selir yang bernama Xiou Ru. Kau harus berhati-hati pada pria itu, karena ia sangat berbahaya.”
“Lalu?”
“Orang yang harus kau hindari adalah … tidak ada!”
“Apa? Kau bilang padaku jika aku tidak boleh percaya pada siapapun di kerajaan ini.”
“Raja memang terlalu sibuk beberapa hari ini. Aku sendiri tidak bisa menemuinya, apalagi kau.”
“Kakak, kau sungguh menyebalkan.”
“Ibunda Ratu sedang berlibur di kerajaan yang ada di pesisir pantai. Ia sepertinya ingin menenangkan diri karena masalah yang sedang dihadapi bersama sang Raja.”
“Kakak … selesaikan jawaban itu, agar aku bisa memukulmu.”
“Kau terkena racun dari makanan yang dibawa oleh pelayan istana, penjaga bodohmu itu lupa, seharusnya ia yang terlebih dahulu memastikan bahwa makanan itu tidak beracun. Dan yang terakhir, kau tidak memiliki teman, selain aku. Itu karena Raja membatasi ruang lingkup kita,” jelas Cheng Yue.
“Baiklah, aku pergi dulu!”
Liu An segera berjalan keluar dari dalam kamar Cheng Yue. Ia tidak peduli dengan makian yang keluar dari mulut kakaknya itu. sampai akhirnya Liu An melihat seorang wanita yang anggun sedang berjalan melewatinya.
“Siapa wanita cantik itu?” gumam Liu An.