4. Tersesat

1212 Words
“Tuan Putri … kemana kau akan pergi?” tanya Yan Jie yang sejak awal terus mengikuti langkah Liu An untuk berkeliling istana. “Ehm … aku lupa, ini di mana?” Liu An nampak seperti orang yang tersesat saat ini. “Kita sedang berada di belakang istana.” “Ada apa di sini?” tanya Liu An. “Tidak ada hal yang menarik selain jalan menuju bukit dan lembah.” Liu An terlihat masih bingung, ia sendiri tidak terlalu suka dengan pakaiannya saat ini, sehingga terkadang langkahnya seperti tertahan. Yan Jie tidak menunjukkan ekspresi apapun selama berada di dekat Liu An, bahkan ia tidak memperhatikan keanehan wanita itu. “Aku ingin … uhm, ke dapur istana!” ujar Liu An tiba-tiba. “Tuan Putri, kenapa kau ingin ke sana? Apakah ada hidangan yang ingin kau nikmati? hamba bisa memesannya pada pelayan di istana,” ujar Yan Jie. “Tidak-tidak! Aku ingin ke sana! Antar aku ke sana, atau aku akan menyuruh orang lain mengantar?” “Baiklah, mari hamba antar,” jawab Yan Jie sembari menunjukkan kemana arah dapur istana berada. Mereka berjalan menuju dapur istana, dan saat itu selir raja tidak sengaja juga melewati jalan yang sama dengan Liu An. Mereka saling berhadapan, dan saling menatap. Karena Liu An tidak mengetahui siapa wanita di hadapannya, ia bahkan tidak menyapa dan langsung melewati selir raja begitu saja. Berbeda dengan Liu An, Yan Jie memberikan hormat, lalu kembali mengekor pada Liu An. “Tuan Putri,” panggil selir raja. Liu An menghentikan langkahnya, lalu ia berbalik badan dan menatap wanita itu lagi. “Kau memanggil aku?” tanya Liu An dengan polos. “Tentu saja, siapa lagi Tuan Putri di sini jika bukan kau, Putri Liu An.” “Ah, kau benar. Ada apa?” tanya Liu An. “Dimana sopan santunmu sebagai anak raja?” “Hmm? Apa maksudmu? Aku tidak mengerti, lagipula … kau ini siapa?” Liu An lagi-lagi membuat selir itu naik pitam. ‘Bagaimana ia tidak mengenali selir raja, dasar anak raja tidak tahu diri.’ Liu An mencari asal suara itu, lalu ia kembali fokus pada wanita di hadapannya. ‘Lihatlah wajah polos itu, terlihat sedang berpura-pura bodoh!’ Liu An mengeryitkan dahinya. Ia kembali mencari asal suara itu lagi. Lalu … tiba-tiba saja tangan selir hendak memberikan tamparan pada Liu An, akan tetapi Yan Jie dengan cepat menahannya. “Akh!” pekik Liu An. “Tuan Putri, kau baik-baik saja?” “Yan Jie … siapa wanita ini?” tanya Liu An. “Beliau adalah selir Raja.” “Ah … pantas saja aku merasa aneh sejak awal. Apa dia tidak tahu jika aku kehilangan ingatan?” tanya Liu An dengan memberikan tatapan tajam pada selir raja. Liu An tidak menggubris sang selir dan memilih untuk pergi dari sana. Yan Jie juga kembali mengekor dan tidak peduli dengan makian yang keluar dari mulut selir itu. “Yan Jie … apa sikap selir memang seperti itu? Tidak adakah kelas kepribadian untuk dia?” tanya Liu An sembari menggelengkan kepalanya. Yan Jie tersenyum tipis melihat tingkah sang Tuan Putri, ia bahkan tidak pernah melihat Liu An seperti saat ini sebelumnya. Sampai akhirnya mereka tiba di dapur istana, para pelayan dan beberapa pengurus dapur menghentikan kegiatan mereka untuk menyambut kedatangan Liu An. “Tuan Putri, apakah ada yang bisa kami bantu?” tanya seorang pelayan yang biasa mengantar makanan ke kamar Liu An. “Tidak ada. Aku hanya ingin melihat apakah di sini ada bahan makanan yang biasa aku temui –“ Ucapan Liu An terhenti, hampir saja ia mengatakan apa yang tidak seharusnya dikatakan. “Maaf, Tuan Putri ingin mengatakan apa?” “Tidak, aku akan menyebutkan bahan makanan, jika ada … kalian siapkan di atas meja ini!” “Baik!” jawab mereka serempak. “Kentang, tepung, daging, lobak, daun bawang, hum … tunggu, aku lupa.” Pelayan itu segera bergerak dan meletakkan bahan makanan itu di atas meja seperti yang diinginkan Liu An. “Ah! Air, garam, merica yang sudah di tumbuk secara halus, gula, jika ada bumbu tambahan yang bisa digunakan untuk membuat makanan menjadi lezat, letakkan di sini!” ujar Liu An. Semua bahan makanan yang dibutuhkan telah tersedia di atas meja, dan Liu An pun akhirnya membuat makanannya sendiri. Akan tetapi, ada seorang pelayan selir yang tidak menyukai kehadiran Liu An di sana, sehingga mengadukannya ke selir dan raja. “Tuan Putri, sebaiknya kau memberitahu kami bagaimana cara memasaknya, dan kami yang akan membuat makanan itu, jika seperti ini … kami bisa dihukum oleh Raja,” ujar seorang juru masak di dapur. “Tenanglah, aku sudah ahli dalam menggunakan semua ini. Minggir! Sebaiknya kalian melanjutkan apa yang sedang kalian kerjakan,” ujar Liu An dengan tangan yang mulai memotong semua bahan di sana. Liu An tidak sendiri, ia dibantu pelayan pribadinya untuk mengupas kulit kentang dan yang lain. Pelayan itu juga membantu Liu An agar bisa membuat hidangan itu lebih cepat dari perkiraan. “Apakah ada alat penggorengan yang berbentuk seperti lempengan?” tanya Liu An. “Ini Tuan Putri,” ujar pelayan sembari memberikan alat itu pada pelayan lainnya. Sementara itu, di pintu masuk dapur, Yan Jie merasa ada yang terjadi dalam beberapa waktu ke depan. Pria itu akhirnya menghilang dari sana. Liu An terlihat begitu senang karena bisa membuat makanan yang sangat diinginkannya beberapa waktu ini. Tidak hanya itu, Liu An memakan makanan itu bersama para pelayan dan mengajarkan cara memasak makanan itu pada juru masak istana. “Jika aku meminta kalian membuat ini, kalian sudah bisa menghidangkannya.” “Tentu saja, Tuan Putri.” “Tuan Putri, apa nama makanan ini?” tanya seorang pelayan. “Apa seenak itu?” “Ya.” “Namanya … risoles.” “Apa?” “Ri-so-les.” “Aaa … kami mengerti.” Liu An tersenyum, lalu pandangan matanya kini mencari keberadaan Yan Jie. Liu An tidak bisa menemukan di mana pengawalnya berada, hingga akhirnya ia kembali ke kamar seorang diri. Liu An nampak kesal karena tidak bisa menemukan Yan Jie, dan beberapa kali ia tersesat saat akan kembali ke kamar. Hingga akhirnya ia meminta bantuan seorang pelayan untuk mengantarkannya kembali. Tok Tok Tok Saat Liu An sedang menikmati hangatnya air di dalam kamar mandi, seseorang mengetuk pintu kamar beberapa kali. Hanya saja, wanita itu tidak mendengar suara ketukan itu. Sampai di mana Liu An melihat ada bayangan seseorang dari balik pembatas kamar mandi. “Siapa itu?” “Hamba, Tuan Putri,” jawab Yan Jie. “Yan Jie? Kemana saja kau?” “Maafkan hamba, ada beberapa kejadian yang harus segera diselesaikan, Tuan Putri.” Liu An berdiri dari tempatnya, ia meraih kain berbentuk kimono untuk menutup tubuhnya. Lalu langkahnya ke luar dari sana dan melihat Yan Jie sedang membelakangi dirinya. “Kenapa kau membelakangi aku?” tanya Liu An. “Maaf, Tuan Putri.” Liu An menyentuh bahu pria itu, lalu membalikkan tubuh Yan Jie untuk menghadap pada dirinya. Liu An memiringkan kepala, dan menatap Yan jie dengan sedikit mendongak karena tubuh pria itu lebih tinggi dari Liu An. “Yan Jie … katakan sesuatu di dalam pikiranmu!” titah Liu An. Yan jie tersenyum, lalu menjawab ucapan Liu An. “Tuan Putri, kau tidak akan bisa membaca pikiranku.” “Apa? Kenapa?” “Karena kita saling terhubung.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD