CHAPTER 14

1573 Words
Lucas tersenyum saat melihat Jasper duduk di tepi pantai dengan Alice berada di pangkuannya. Ia bukan tersenyum bahagia karena melihat keduanya sangat romantis. Ia tersenyum karena melihat senyuman manis muncul di wajah Alice. Mungkin dia memang gila. Gila karena cinta. Meski harus melihat keduanya. Tapi, bagi Lucas sudah cukup ia dapat melihat Alice dan senyumannya. Apalagi manik hijau mata wanita itu. Ia sangat rindu bagaimana pancaran atau binar mata Alice saat menatapnya dulu. Entah itu tatapan ramah, dingin, ataupun tajam. Ia rindu semua yang ada pada diri Alice. "Awas! Mataya bisa loncat", tegur Mike sambil duduk di pasir putih di samping Lucas. Lucas menoleh kearah Mike sambil terkekeh kecil. "Menurutmu apa salah aku melihatnya?", Mike mendengus. Ia meneguk coke yang di genggamnya dalam botol. "Pertanyaanmu ambigu, Lucas. Jika kau bertanya apakah boleh melihat Alice. Tentu jawabannya boleh. Tak ada undang-undang atau larangan untuk melihat wanita cantik bukan? Tapi, ingatlah selalu bahwa Alice kini milik Jasper. Jangan menatapnya terlalu lama", ujarnya sambil melirik kearah Jasper dan Alice yang berada tak jauh dari mereka duduk. "Tapi, sangat sulit memalingkan wajahku darinya meski garis cakrawala tak kalah indah", sahut Lucas lagi masih melihat keduanya sedang tertawa. "Dasar bodoh dan i***t. Kau sekarang sudah seperti remaja yang hendak menikung kekasih orang", ujarnya. Lalu Mike berdecak lidah. "Bagaimana kabarmu? Sudah lama kita tak mengobrol. Mungkin semenjak aku tahu bahwa kau meniduri Alice dulu", timpalnya sarkas mencoba mengalihkan perhatian Lucas. Dan benar saja, Lucas menoleh kearah kanannya pada Mike. Ia mengerutkan keningnya. Ia tahu bahwa Mike bersikap ketus atau sarkas padanya itu tak benar-benar dari dalan hatinya.  Mike adalah orang yang sangat setia pada sahabat. Tak berpihak pada Jasper atau dirinya. Apa yang dia pikir benar akan dibela, dan sebaliknya. Ia akan marah atau tak segan-segan melakukan hal gila jika itu salah dan merugikan orang lain. Seperti dirinya yang membawa Alice masuk ke dalam dunianya yang licik dan kejam. Wanita yang pernah ia hancurkan hidupnya dalam sekejap. Mike bahkan sangat marah besar saat tahu yang sebenarnya. Bahkan memukuli Lucas tak kalah brutal dengan Jasper setelah itu. Lucas juga tahu bahwa maksud Mike baik agar dirinya tak terlewat batas. Tapi, Lucas tak bisa berjanji untuk tak melewati batasannya. Ini hidupnya dan ia berhak memilih dan menerima resikonya. "Baik dan sampai sekarang bisa bernapas. Bagaimana denganmu?", "Masih cukup kuat untuk memukulimu kedua kalinya bila kau macam-macam dengan mereka", katanya setengah mengancam. Lucas tersenyum simpul. "Tenanglah. Aku memang berusaha mendekatinya untuk meminta maaf. Aku menyesal dan aku tahu salah. Apa itu salah?", "Aku tak yakin itu benar, Lucas. Kau pasti merencanakan hal lain. Mungkin kau berniat merebut Alice dari Jasper", sahut Mike dan meneguk coke nya lagi. "Memang sempat terpikir olehku untuk merebutnya. Tapi aku sadar, mereka sudah tidak bisa terpisah saat Alice mengandung bayi mereka. Anak Jasper. Tapi, kau jangan berusaha menghalangiku untuk memberikan perhatian atau kasih sayangku padanya sebagai teman. Aku tak bisa kehilangannya lagi", Mike menghela napasnya. Ia menepuk bahu Lucas yang kini menatap garis pantai dengan pandangan menerawang. Dan hal itu membuat hati Mike juga menjadi dilema.  "Kau tahu bahwa aku tidak bisa membencimu. Begitupun juga Alice. Kau sudah ku anggap sebagai kakak laki-laki bagiku, Lucas. Kau membantuku dulu. Ingat saat pertama kalinya kau menemukanku tergeletak di pinggir jalan karena dipukuli orang suruhan ayahku?", Lucas mengangguk, "Aku sampai harus menggendongmu hingga ke rumah sakit", sindirnya. "Begitupun denganku. Aku juga ingin membantumu. Aku ingin kau melakukan hal yang benar, Lucas. Kau lebih dewasa dariku. Seharusnya kau tahu apa yang harusnya kau lakukan atau tidak. Dan yang kedua, aku tahu kehidupan ini bukan seperti yang kau inginkan. Orang tuamu tak jauh beda dengan orang tuaku yang selalu sibuk mengurusi bisnis dan mementingkan harta. Tapi, kita jangan sampai seperti mereka yanh egois. Aku juga tak bisa melarangmu bertindak sesuatu. Aku hanya bisa memperingatkanmu. Aku juga tidak membela Jasper ataupun dirimu. Jika menurutmu itu adalah kebahagianmu. Maka kejarlah kebahagiaanmu. Tapi aku ingatkan sekali lagi. Jangan menyakiti Alice. Dia sudah seperti adik yang sangat aku sayangi. Sama sepertimu yang ku anggap kakak", Lucas bergeming mendengarkan perkataan Mike. Salahkah ia bersikap seperti itu? Memberikan kasih sayang pada Alice sebagai teman atau saudara yang baik. Tapi, jika ia menjauh. Hatinya masih belum bisa menerima kenyataan bahwa Alice sudah benar-benar milik orang lain. Dan apa jika ia menjauh akan membuat dirinya sendiri bahagia? Apa dirinya egois? ••• "Kenapa kau suka sekali membahayakan dirimu?", Alice menoleh cepat kearah Lucas yang tiba-tiba saja sudah berada di sisi kanannya. "Maksudmu?", tanya Alice bingung. Lucas berdecak. Bukannya menjawab perkataan Alice. Ia malah berjongkok di kaki wanita itu membuat Alice melebarkan matanya. "Lucas! Kau mau apa?", sergahnya sambil menarik Lucas untuk bangkit. Lucas masih berjongkok. Ia mendongak dan menatap Alice. "Kau sedang hamil tapi memakai sepatu berhak tinggi", ujarnya. "Angkatlah kakimu", pintanya. Alice terdiam sambil menggigit bibir bawahnya. Sungguh bukan ini maksudnya meminta pertemanan pada Lucas. Ia hanya ingin tak ada permusuhan. Lucas malah bersikap seolah ia adalah orang yang spesial dan memperlakujannya tak jauh beda seperti Jasper. Tapi, bila ia marah dan mengusir Lucas. Sama saja ia menjilat ludahnya sendiri. Dengan terpaksa, Alice mengangkat salah satu kakinya sedikit. Dan benar saja, Lucas membantunya melepaskan stilettos yang dipakainya. Setelah keduanya terlepas. Lucas menuntunnya perlahan untuk duduk di salah satu sofa yang berada di lobby hotel. "Lain kali pakailah sepatu flat", Alice memutar matanya, "Tapi akan ada pertemuan, Luke", balasnya. "Masa aku harus pakai sepatu flat", gerutunya. Lucas menggeleng, "Kau bisa membahayakan dirimu dan juga janin di kandunganmu. Apa rekasi Jasper saat tahu dirimu dalam keadaan bahaya?", Benar kata Lucas. Jasper juga pernah mengingatkannya. Ia juga tak mau membuat Jasper cemas. "Tunggulah disini. Dan simpan sepatumu", pinta Lucas. "Kau mau kemana?", tanya Alice. "Tunggu saja", ujarnya sambil melangkah menjauh. Alice mengerutkan keningnya. Apa Lucas akan mengadu pada Jasper? Tapi itu tidak mungkin. Alice mencoba mengikuti kemana punggung Lucas pergi. Ia tampak mencari sesuatu sambil memandang sekeliling. Lalu tak lama, pria itu berhenti tepat di depan pintu utama lobby menghampiri beberapa gadis remaja yang sedang menunggu petugas valet. Untuk apa Lucas kesana? Apa dia ingin tebar pesona pada gadis remaja? Batinnya. Apalagi mengingat Lucas memiliki wajah tampan dan tubuh atletis membuat Alice semakin penasaran. Damn! Kenapa dirinya? Tanyanya lagi pada diri sendiri. Jasper juga tak kalah tampan dan hot sepertk Lucas, elaknya. Alice mengedipkan matanya beberapa kali dan buru-buru memalingkan wajahnya saat ia sadar kini Lucas menoleh kearahnya. Tapi, Alice masih penasaran. Dan ia mulai curiga saat Lucas mengeluarkan dompetnya dan mengambil beberapa lembar uang yang ia tahu bahwa itu berjumlah 300$. Untuk apa Lucas memberi salah satu gadis-gadis itu 300$? Pikiran Alice semakin kacau. Tapi, ia melebarkan matanya saat melihat gadis yang baru diberinya uang melepaskan flat shoes hitam yang dipakai kearah Lucas. Setelah itu, Lucas dengan cepat berlari kearahnya dan bersujut dihadapannya. "Pakailah flat shoes ini", ujarnya sambil memakaikan sepatu itu pada kaki Alice. Alice menggeleng, "Kau membuang uang 300$, Luke!", serunya. Lucas mengangkat bahunya. "Daripada kau membahayakan dirimu. Lagipula 300$ itu tak ada apa-apanya bagiku", ujarnya setengah sombong membuat Alice ingin memukul Lucas. Sifat sombong Lucas mulai timbul. "Lalu jika kau membeli sepatu gadis itu. Dia memakai apa?", "Tentu sepatu lain", Alice memutar matanya lagi mendengar jawaban polos Lucas. "Aku tahu. Tapi, aku melihatnya tak membawa sepatu lain", Lucas terkekeh geli, "Biarkan saja. Gadis itu awalnya tak mau berjalan tanpa alas kaki. Tapi, saat aku berikan kartu namaku dan uang itu. Dia langsung melepasnya", "Are you always ordering people around?", Lucas menggedikan bahunya. "Aku hanya bertindak sesuai yang aku inginkan", "Ya, dengan cara memerintah", gerutu Alice. "Aku yakin kau tadi memaksa gadis itu", "Mau bagaimana lagi. Inilah aku", jawabnya acuh membuat Alice memutar matanya. "Ngomong-ngomong. Kemana Jasper dan Mike? Kenapa lama sekali?", tanya Alice mencoba mengalihkan perhatian dan topik agar tak terjebak bersama Lucas Graves lebih lama. Lucas menggeleng. "Aku tidak tahu. Mereka ada urusan", Alice berdecak lidah. "Sebenarnya kita berada di Hawaii untuk apa?", Ia sendiri bingung. Tapi, Jasper berkata bahwa ini liburan. "Urusan bisnis?", jawab Lucas seolah tak yakin. "Jawabanmu sendiri tak yakin. Jika memang urusan bisnis. Kenapa pertemuannya hanya hari ini sedangkan jadwal perjalanan hingga minggu depan", sahutnya. "Tapi memang itulah yang terjadi. Jasper menghubungiku tiga jam sebelum kalian berangkat. Ia memaksaku untuk ikut", Alice mengerutkan keningnya. Jasper? He did what? Mustahil bila Jasper mengajak Lucas untuk gabung dalam liburan mereka. Ia sangat mengenal Jasper. Dia tidak akan pernah membiarkan Lucas mendekatinya. Tapi, kenapa sekarang menjadi seperti ini? Jasper bertingkah seperti tak memiliki masalah dengan Lucas. Ataupun sebaliknya. Dan jika saja, Mike. Alice masih bisa menerima karena ia tahu Mike sudah seperri adik Jasper. But, this is Lucas Graves. As know as her ex? Mungkin bukan mantan karena mereka tak pernah menjalin hubungan sebelumnya. "Dan kenapa kau mau saja ikut?", tanya Alice membuat Lucas terdiam. Lucas menggaruk tengkuknya. "Bukankah kita teman? Anggap saja ini liburan bersama", Jawaban Lucas memang masuk akal. Alice tak bisa menolah hal itu. Lagi pula, sudah terlanjur mereka berada disini. Dan sekarang, bagaimana caranya agar ia tak terjebak bersama Lucas di lobby ini? Pikir Alice. Ia mencoba mengedarkan pandangan keseluruh ruangan dan berharap Jasper muncul ataupun Mike. Dan beruntungnya Alice, ia melihat Jasper keluar dari dalam lift. "Jasper datang. Terima kasih sudah membantuku", ujar Alice sambil tersenyum. Lucas mengangguk. Ia menoleh kebelakang ke arah pandangan Alice menuju. "Sama-sama", "Okay. I'll be right back", Lucas tersenyum, "Alice!", panggilnya saat wanita itu baru melewatinya. Alice berhenti melangkah dan membalikan tubuhnya. "Ya, Luke?", "By the way. Aku senang kau memanggilku Luke lagi", Alice tersenyum dan mengangguk tanpa menjawab. Ia kembali membalikan tubuhnya dan berlari kecil kearah Jasper.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD