bc

Hati yang Tersembunyi

book_age16+
74
FOLLOW
1K
READ
billionaire
love-triangle
family
manipulative
dare to love and hate
drama
sweet
bxg
city
royal
like
intro-logo
Blurb

Mendadak hidup Ayu berubah 180 derajat. Tiba-tiba saja seorang ayah yang ia cari selama ini muncul dan menjelaskan jika sebetulnya Ayu masih keturunan bangsawan. Kenyataan pertama yang tidak disangka-sangka.

Ayu menjadi Nona muda, hidup nyaman dan memiliki seorang pengawal pribadi bernama Adelio.

Kenyataan kedua yang kemudian diketahui, ternyata Ayu sudah dijodohkan dengan seorang pria bernama Rashad, pria tampan rupawan dan sangat baik.

Dari sejak pertama kali bertemu Ayu sudah jatuh cinta pada Rashad. Tidak ada penolakan dengan perjodohan itu. Ayu menerima Rashad dengan bahagia. Lalu mereka pun menikah.

Ayu pikir hidupnya sudah sempurna, menjadi seorang bangsawan, kaya raya dan memiliki suami yang baik hati, tampan dan mapan. Ternyata setelah menikah sifat Rashad yang asli mulai terlihat. Rashad sombong, arogan dan gemar bermain wanita.

Bahkan Rashad meninggalkan Ayu di malam pertama pernikahan mereka demi wanita lain.

Adelio yang selalu menemani Ayu karena dia adalah pengawalnya, menjadi simpati. Benih-benih asmara pun muncul di antara mereka.

Adelio dan Ayu mulai saling mencintai. Tapi Ayu tidak bisa terlepas dari belenggu Rashad yang tak mau menceraikannya.

Dapatkah Ayu keluar dari belenggu cinta Rashad yang egois dan kemudian hidup bersama Adelio? Atau Rashad akan berubah sikap, lalu berbalik mencintai Ayu? Yuk ikuti kisah Ayu Diska.

chap-preview
Free preview
Pergi ke luar negeri
“Wuih keren banget, akhirnya doa kamu terkabul juga ya,” ucap Viona yang turut berbahagia atas keberhasilan Ayu Diska, sahabatnya itu. Ayu Diska, gadis cantik, berkulit bersih, tinggi dengan rambut panjang bergelombang itu tidak hentinya tersenyum senang. Gadis yang selalu dikira blesteran karena kecantikan yang dimilikinya itu tak hentinya mengipas-ngipaskan tiket pesawat yang baru saja ia dapatkan dari calon Papa tirinya. Berbekal sedikit ‘menjilat’ pria tua berkepala pelontos itu, akhirnya Bondan mengabulkan keinginan Ayu untuk jalan-jalan ke luar negeri. Sebetulnya tidak seperti seratus persen yang diharapkan Ayu, melancong ke Eropa Tengah dengan bermodal membawa banyak uang. Beralasan liburan. Namun sebetulnya ia akan mencari kerja dan tinggal di sana. Good bye Mama. Good bye Papa Bondan .... Tiket yang ada di tangannya adalah tiket ke Austria. Sebetulnya Ayu ingin pergi ke Inggris atau Amerika. Tapi calon Papa tirinya itu malah membelikannya tiket ke Austria. Tapi bagi Ayu tidak masalah. Toh Negara Austria juga negara yang bagus dengan sejuta keindahan. Dan kepergiannya ini adalah satu-satunya solusi untuk masalahnya. Ayu Diska sudah muak dengan semua yang terjadi di dalam hidupnya. Terlebih lagi setelah Larasasti, ibunya itu memutuskan menikah lagi dengan Bondan, pria paruh baya berumur lima puluh tahun dengan kepala pelontos di tengah akibat kerontokan rambut dini. Semua itu membuat Ayu tertekan. Bagaimana bisa ibunya itu menikah lagi? Apa lagi dengan Om Bondan?, pikir Ayu berulang kali. Sedangkan setiap Ayu bertanya pada Larasasti siapa ayah kandung yang tak pernah dilihat Ayu sejak bayi, Larasasti selalu membisu. Terkadang Ayu berasumsi, ‘Jangan-jangan dia adalah anak haram atau dahulu ibunya adalah wanita nakal yang banyak mengencani pria?’ Hingga ibunya tidak bisa menyebutkan nama siapa ayah kandungnya? Memikirkan pertanyaan memalukan yang terkadang muncul di hatinya itu selalu membuat Ayu bergidik ngeri. “Ayu, kalo kamu sudah tiba di sana, jangan lupa selalu memberikanku kabar,” ujar Viona sambil membantu Ayu mengangkat barang dari atas kereta barang. Saat ini mereka sedang berada di Bandara Soekarno-Hatta. Viona mengantarkan keberangkatan Anggun untuk pertama kalinya ke luar negeri. Ayu tersenyum simpul. “Tentu saja. Mana mungkin aku melupakanmu. Kamu adalah sahabatku. Dan satu-satunya orang yang paling peduli padaku ...,” kata Ayu sambil menatap Viona dengan tatapan berkaca-kaca. Sejenak mereka saling pandang dan kemudian berpelukan. “Um ... sahabatku ... Hati-hati ya di sana. Dan kalau sudah sampai jangan lupa hubungi aku,” kata Viona sambil mengusap air mata yang sudah mulai menetes dari kedua matanya. “Oia, jika kamu ada waktu tolong jenguk ibuku. Mungkin aku akan pulang dua tahun lagi,” ujar Ayu sambil tersenyum pahit. “Ibumu pasti kesepian karena kepergianmu,” jawab Viona dengan suara parau. “Kata siapa?” Ayu tersenyum tipis penuh arti. “Lihat saja di sini. Di mana ibuku? Apa dia ke mari mengantarkan aku pergi? Dia terlalu sibuk dengan urusannya,” ucapnya lirih dan kecewa. Namun diselingi tawa. *** Ayu menatap lurus danau tenang yang ada di depannya. Hari ini tepat hari ke tujuh ia berada di Austria, salah satu negara bagian Eropa Tengah. Pohon rindang berdaun kering membuatnya nyaman duduk di tepian. Sambil menyesap kopi yang ia bawa di dalam gelas tumbler berwarna silver. Sudah tujuh hari pula Ayu belum juga mendapatkan pekerjaan di Negara ini. Otaknya yang kecil berpikir mudah untuk mendapatkan pekerjaan di Negara Asing dan kenyataannya berbanding terbalik. Hingga sampai saat ini tak satu pun toko, butik atau mini market yang mau menerimannya bekerja. Tapi ia masih sangat santai karena uang bekal yang diberikan oleh Bondan, calon Papa tirinya itu. “Aku belum juga mendapatkan pekerjaan ...,” desisnya lirih. “Sedangkan biaya montel akan terus dibayar.” Ayu menarik nafas dan menghembuskannya kasar. Pundaknya sedikit naik ke atas ketika ia menghirup kuat-kuat udara segar di sekitar danau ini. “Jika aku tidak mendapatkan pekerjaan hingga sepuluh hari lagi, sudahlah ... Aku pulang saja. Dari pada aku sengsara di sini. Yang penting aku tidak melihat upacara pernikahan ibu dan Papa baru itu ...,” katanya pada diri sendiri. Tiba-tiba tanpa ada sebab tengkuk Ayu meremang. Seperti ada yang mengawasinya dari belakang. Ia langsung menoleh cepat. Tiba-tiba rumput dan bunga-bunga yang tak jauh dari ia duduk bergerak. Seperti ada seseorang yang bersembunyi di belakang sana. “Who is there?!” hardik Ayu sambil beranjak dari tempatnya duduk di atas batu besar yang ada di bawah pohon. Dahi Ayu mengerenyit. Manatap rimbunnya tanaman bunga yang tinggi itu, kini tak lagi bergerak. Di setiap negara pasti ada saja orang jahat. Bagaimana jika ternyata ada seseorang yang telah mengincarnya? Merampoknya atau memperkosa? ‘Hi ....’ Ayu bergidik ngeri ketakutan. Ia hendak pergi, kembali pada montel murah yang ia sewa. Di danau ini, hanya ada dirinya sendiri. Tidak ada orang lain. Mungkin hanya Ayu saja yang kurang kerjaan menghabiskan waktu di tepi danau. Namun saat kakinya akan melangkah lebar, tiba-tiba dua orang pria bule tampan dengan setelan jas hitam rapi dan sepatu mengkilat, muncul dari balik rimbunan bunga dan pepohonan. “Hai ... Danisha ...,” sapa mereka. Ayu terkesiap. Seluruh tubuhnya gemetar ketakutan. “Who−who are you?!” Suaranya terbata saat bertanya. Entah siapa dua pria tak dikenal ini. Salah satu pria yang wajahnya lebih tampan berjalan mendekat. Dan Ayu langsung melangkah mundur menghindar. “Don’t come close!” teriak Ayu. Namun pria itu sama sekali tidak mengindahkan teriakan Ayu. Ayu kebingungan. Langkahnya sudah tidak bisa mundur lagi, karena tepat di belakangnya adalah danau. “Jangan takut Nona ...,” ucap pria itu. Membuat Ayu tertegun karena mengetahui pria itu bisa menggunakan bahasa Indonesia. Namun tentunya dengan nada bicara yang aneh. “Apa mau mu?!” teriak Ayu dengan kedua mata membulat. “Jangan mendekat!” “Jangan takut. Namaku Adelio Mario Raphael. Aku adalah ajudan ayahmu, Tuan Albert Simon Konstanti. Kami sudah mengawasimu sejak kedatanganmu ke Negara ini. Sekarang saatnya kamu pulang pada ayahmu,” kata Adelio menjelaskan. Ayu langsung menggelengkan kepalanya. Merasa apa yang diucapkan Adelio melantur. “Maaf. Kalian salah orang. Jangan ganggu aku!” ucapnya ketus dan kedua tangan mengibas-ngibas seraya mengusir Adelio menjauh. Tangan Ayu yang bergerak ke depan dan ke belakang itu tak membuat Adelio pergi begitu saja. Dengan muka datarnya ia langsung menarik tangan Ayu dengan cepat dan sigap. Ayu berteriak kencang. “Apa-apaan ini? Tolong!” teriaknya. Dan kemudian baru tersadar jika tidak ada yang mengerti bahasanya. “Help! Help me!” Tapi sayang, tidak ada orang di sekitar danau. Salah Ayu memang, berani-beraninya bersantai di sekitar danau yang sepi. “Diamlah Danisha! Jangan membuatku repot!” omel Adelio dengan muka dinginnnya. “Namaku bukan Danisha!” teriak Ayu sambil meronta. “Peter! Bungkam dia!” kata Adelio pada temannya yang ternyata juga bisa berbahasa Indonesia. Ayu semakin tidak mengerti apa yang terjadi. Kenapa dua orang bule ini bisa berbahasa ibu pertiwi? Dan kenapa dia ditarik paksa untuk ikut?! “Cepat bungkam dia. Mana obat biusnya?” tanya Adelio pada Peter. Ayu yang mendengarnya langsung mendelik. “Tidak! Tidak! Aku mau diapakan?!” teriaknya ketakutan. Dan seketika, satu semprotan dari botol kecil tepat di wajah Ayu, membuatnya melemah dan kemudian tidak sadar dalam hitungan detik. Pandangan Ayu berkabut. Suara yang didengarnya pun menjadi sayup-sayup dan semakin lama, semakin tidak terdengar lagi. Ayu tak sadarkan diri dan dibawa oleh dua pria asing berjas hitam.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
98.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.5K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook