bc

The Bartender and I

book_age18+
647
FOLLOW
4.4K
READ
HE
drama
tragedy
single daddy
suger daddy
secrets
tricky
husband
nanny
naive
like
intro-logo
Blurb

TAMAT >> GRATIS

Cerita kedua dari series [44].

Siapa yang tahu, kalau seorang Adam Sevian, yang merupakan bartender di sebuah klub malam bernama Night House memiliki seorang anak berusia lima tahun? Tidak ada yang mengetahui jelas kehidupan pribadi seorang bartender tampan itu, dan Adam memutuskan untuk mengubur dalam-dalam segala kenangan serta kesalahan-kesalahannya di masa lalu. Tujuannya adalah fokus membesarkan gadis kecilnya, Binar, dan tidak memiliki waktu untuk kehidupan percintaannya.

Hingga pada akhirnya, laki-laki itu sadar betul bahwa Binar butuh seseorang untuk menjaganya selagi dirinya bekerja di Night House. Ia sengaja memasang iklan di koran, serta media sosial twitternya untuk mencari seorang babysitter.

Pilihannya jatuh kepada seorang gadis bernama Tara Anindya. Seorang mahasiswa veteran yang tidak kunjung selesai dengan skripsinya, dan sibuk mengurusi bias-biasnya di boygroup Kpop favoritnya. Adam cukup menyesal telah merekrut Tara, namun semakin hari ia menyadari suatu hal, bahwa Binar sangat menyukai Tara, dan gadis kecil itu memanggilnya dengan sebutan, ‘mama’.

chap-preview
Free preview
Prolog
“Apartemen D’Avenue, lantai sepuluh nomor lima puluh dua,” gumam Tara yang kini sudah berdiri di depan sebuah pintu unit apartemen yang menjadi tujuannya. Gadis itu kembali mengecek handphonenya, memastikan alamat yang ia tuju benar, terutama nomor unit dan lantai apartemen. Ketika sudah yakin, gadis itu memberanikan diri memencet bel sambil berdoa dalam hati agar yang ditemui olehnya bukanlah orang yang jahat. Tidak lama, pintu di hadapannya terbuka. Seorang laki-laki yang jauh lebih tinggi dari dirinya keluar, lalu menunduk menatapnya. Tara hampir berteriak ketika laki-laki yang ada di hadapannya ini mirip sekali dengan oppa oppa Korea yang tampan itu. “Tara?” tanya laki-laki itu, sambil menatap Tara bingung. Tara mengangguk pelan, “I-ini benar rumah pak Adam yang buka lowongan pekerjaan untuk jadi babysitter?” tanyanya, sekali lagi memastikan. Padahal sudah jelas laki-laki itu mengetahui namanya, untuk apa bertanya lagi? Laki-laki itu mengangguk, “Silahkan masuk,” ujarnya, mempersilahkan Tara masuk ke dalam apartemennya. Ketika Tara masuk, yang nampak pertama kali di matanya adalah sebuah tumpukan cucian pakaian, cucian piring serta remahan biskuit yang berserakan. Jelas, apartemen tersebut terlihat sangat-sangat berantakan, dan hal tersebut membuat Tara kesal dibuatnya. “Silahkan duduk,” kata laki-laki itu, “CV nya, bawa?” tanyanya, menagih CV milik Tara. Tara mengangguk, kemudian memberikan CV miliknya kepada laki-laki itu. Ia terlihat memeriksa selama kurang lebih, dua menit, lalu mengembalikannya kepada gadis itu. “Udah selesai, pak?” tanya Tara bingung. “Kamu diterima,” ujar Adam, setelah memeriksa CV milik Tara. “Kita cuma beda satu tahun, nggak usah panggil saya pak,” pinta laki-laki itu kepadanya. “Hah? Setahun?!” tanya Tara bingung, karena yang ia tahu ia akan menjadi seorang babysitter untuk anak berumur lima tahun. “M-maksud saya-“ “Papa!” Seorang anak berumur lima tahun berlari keluar dari sebuah kamar, gadis kecil itu kemudian bersembunyi di balik tubuh laki-laki itu sambil menatap Tara penasaran. “Ini Binar, anak saya,” ujar Adam menjelaskan. “Tugas kamu di sini, menjaga Binar dari jam empat sore sampai jam tiga pagi.” Tara melebarkan matanya, “Jam tiga pagi?!” tanyanya terkejut, “kenapa sampai jam tiga pagi?!” Adam menghembuskan napasnya, sudah pasti gadis itu terkejut dengan jam kerjanya yang bisa dibilang, tidak normal. “Saya bekerja di klub malam,” jelas Adam. “K-klub malam?!” Enggan memperjelas apa pekerjaannya, Adam langsung menjelaskan soal sistem gaji yang akan ia berikan kepada Tara selama sebulan. “Untuk gaji, memang tidak terlalu besar. Hanya dua juta perbulan. Tapi, selama kerja di sini, kamu bebas makan apa pun yang ada di kulkas saya. Di sini juga ada wifi, kamu bisa pakai internet sepuasnya.” Dua juta rupiah perbulan itu adalah nominal yang besar, dan tentu saja Tara tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini! “Jadi, gimana, kamu bersedia sama jam kerjanya?” tanya Adam. Tara mengangguk, “Saya bersedia, pak. Eh maksud saya, mas. T-tapi, boleh nggak kalau saya minta gaji dibayar di muka?” Adam mengerutkan dahinya, “Gaji dibayar di muka? Dari mana saya tahu kalau kamu nggak akan kabur bawa uang gaji itu dan nggak bertanggung jawab sama pekerjaan kamu?” Tara menggeleng, “Nggak akan, mas. Saya janji, saya juga kan masih mahasiswi. Saya cari pekerjaan karena orang tua saya kena musibah dan saya nggak bisa bayar kosan mas. Jadi, saya minta gaji di muka untuk lunasin kosan saya selama dua bulan ini.” Adam terlihat berpikir. Jika ia menolak, ia tidak mungkin akan menemukan pelamar lain dalam waktu dekat. Ia juga tidak mungkin menemukan pelamar lain yang masih ingin lanjut jika mengetahui jam kerjanya, jadi, laki-laki itu memutuskan untuk memberikan gaji di muka, namun hanya setengahnya. “Saya kasih setengahnya, untuk jaga-jaga biar kamu nggak kabur.” Tara tersenyum lebar, ia merasa senang sampai-sampai menepuk tangannya kegirangan. “Makasih mas, makasih!” Adam kemudian menggendong Binar, dan meletakkan gadis kecil itu di pangkuannya. “Binar, kenalin, ini tante Tara. Tante Tara akan jagain kamu kalau papa kerja ya,” jelasnya kepada gadis kecil itu. Binar mengangguk, “Owgey, pa! Hai, kak Tara.” Tara mengerjapkan matanya, ia sama sekali tidak berpengalaman mengurus seorang anak lima tahun, namun ia harap semuanya akan berjalan lancar dan baik-baik saja. “Halo, Binar.”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
190.5K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.4K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
98.4K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.0K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook