Kita akan kemana?
Pesan singkat itu baru saja Sean baca, ia tidak berniat membalas pesan itu, lebih baik dikatakan secara langsung saja. Beberapa menit kemudian terlihat Miracle keluar dari hotel. Sean yang menatap dari dalam kaca mobil, dan seperti biasa ia telah dibuat kagum oleh sesosok wanita itu.
Derrick segera membuka pintu mobil untuk Miracle. Dan menyambutnya dengan senyum manis sebelum akhirnya ia masuk ke dalam mobil. Setelah mobil melaju, Sean baru menjawab pertanyaan Miracle.
"Hari ini kita akan keliling Paris."
Mata Miracle langsung melebar tak percaya memposisikan duduknya menghadap lelaki bastard ini. Andai dia bisa bicara pasti ia akan teriak kegirangan.
"Seperti yang sudah aku katakan. Karena kamu sudah membuat hatiku senang. Maka ku tepati ucapan ku itu." Raut wajah Miracle pun semakin cantik ketika ia sedang berseri-seri. Sementara Sean yang memperhatikan wanita di sampingnya, hanya menggaruk kecil kening saat dirinya dibuat terpesona lagi oleh sikap alami Miracle.
*
Waow, waow, waow. Hanya itu yang bisa Miracle ungkapkan saat dirinya menaiki sebuah Yacht yang sangat mewah. Benar-benar sangat berkelas.
"Kita akan menikmati kota Paris ini melewati Seine River. Karena lebih tenang." Ujar Sean yang baru saja masuk menyusul Miracle.
Hanya mereka berdua dan satu nahkoda saja. Sangat privasi. Pasti Sean sudah mengeluarkan kocek yang fantastis hanya untuk menyewa kendaraan ini. Sungguh, seperti mimpi Miracle berada disini.
Miracle benar-benar bahagia tak terkira. Apalagi menaiki kapal berkelas ini. Sungguh, tak pernah terbayangkan bisa disini. Sampai-sampai menikmati kota Paris dengan fasilitas nomor satu.
Sangat luar biasa, mata Miracle dimanjakan dengan pemandangan yang tak pernah ia pikirkan. Hembusan angin kencang ia abaikan demi mendapatkan pemandangan yang sempurna. Sementara Sean hanya menyesap segelas anggur duduk disebuah sofa empuk sembari menikmati pemandangan wanitanya yang terlihat begitu terperangah.
Setelah berjam-jam lamanya mereka keliling Paris. Miracle menunjukkan sebuah foto yang penuh gembok kepada Sean. Berharap ia akan dibawa ke tempat yang sesuai foto tersebut.
Alis Sean terangkat setelah melihat foto yang ditunjukkan Miracle. "Pont des Arts??? Really??" Miracle mengangguk dengan sangat antusias. Sedangkan Sean diam sesaat menatap wanita yang seperti anak kecil.
"Apa kamu akan memasang gembok disana juga?" Sean memastikan keinginan Miracle ini sangatlah kekanak-kanakan.
Jembatan gembok cinta. Yang benar saja. Gembok tetap saja gembok. Tidak perlu ada embel-embel 'cinta'. Itu hanya cara orang sekitar untuk menarik turis. Umpat Sean.
Tetapi melihat mata bayi dan senyum manja itu, Sean tidak bisa berbuat apa-apa kecuali menuruti kemauan Miracle. Sungguh, baru kali ini Miracle bersikap manja kepadanya, dan entah kenapa Sean tidak keberatan akan hal tersebut. Justru ia senang akhirnya Miracle bersikap seperti ini kepadanya.
Sean menarik nafas dalam-dalam sebelum menjelaskan sesuatu yang mungkin membuat Miracle kecewa. "Sweetie, gembok-gembok itu sudah di lelang sejak tahun 2015."
Seketika Miracle melongo mendengarnya. Benarkah itu? "Gembok-gembok itu sebenarnya tumpukan sampah yang memperburuk kondisi jembatan itu." Lanjut Sean begitu terang-terangan, tapi Miracle masih tidak bergeming. Mungkin karena dia kecewa.
"Ok, akan kubawa kamu kesana. Supaya kamu puas." Keputusan Sean sangat tepat, karena percuma jika dijelaskan. Lebih baik Miracle melihatnya sendiri. Sean pun hanya bisa menghela napas.
*
"Look." Sean benar-benar tidak berbohong. Jembatan 'love lock' itu memang sudah disulap menjadi karya seni yang lebih ramah lingkungan.
Miracle pun menghela napas setelah puas dengan apa yang ia lihat.
"Ayo, kita ke tempat yang lain." Ajak Sean kemudian dengan patuh Miracle mengekor.
Sean mengajaknya ke sebuah taman yang rindang. Menikmati pemandangan yang ada. Mereka duduk diatas rerumputan tanpa alas.
"Sudah lama aku tidak duduk seperti ini." Kaki Sean menjulang lurus dan kedua tangannya kebelakang untuk menopang tubuhnya. Miracle hanya tersenyum memperhatikan sisi lain Sean yang tidak pernah ia lihat.
"Sekarang kamu ingin kemana lagi?" Tatapan Sean sekarang seperti mampu menembus hati Miracle.
Sesaat Sean mampu membuat Miracle terpesona. Sungguh. Apa mungkin karena sikap Sean hari ini yang begitu lembut.
Melihat gelagat Miracle yang canggung, Sean kemudian merubah posisinya. Ia mendekati Miracle, lalu menyandarkan tubuh Miracle ke dada bidangnya itu. Tangan kanan Sean yang panjang merengkuh pundak Miracle. "Sepertinya begini lebih baik." Ujar Sean begitu lembut. Bahkan nafas Sean terasa di bibir Miracle.
Saat ini perasaan Miracle benar-benar tidak karuan. Seharusnya ia marah saat Sean menyentuhnya atau menolak sikap Sean sekarang.Tersadar ini semua tidak benar, Miracle pun mulai melakukan gerakan kecil berniat menjaga jarak dengan Sean.
Tapi ternyata Sean tidak membiarkan dirinya untuk menjauh.
"Tetaplah seperti ini." Gumamnya.
Entah kenapa Miracle menurut saja dengan ucapan Sean. Mungkin ini hanya sebagai tanda penghargaan saja setelah Sean menolongnya. Pikir Miracle yang mulai tidak mengerti perasaannya sendiri.
Terima kasih banyak buat hari ini dan kemarin
Tulis Miracle di buku kecilnya. Sean tersenyum lebar lalu meraih bolpoin yang Miracle pegang kemudian menulis sesuatu
Seharusnya kamu dihukum karena mencoba kabur darikulagi
Miracle mengigit bibir bawahnya. Dia merasa menyesal karena mudah percaya dengan orang yang baru ia kenal.
Pelukanmu cukup membuat kita impas
Tulis Sean lagi membuat pipi Miracle merona. Seharusnya ia tidak perlu melakukan hal tersebut. Dasar bodoh
Umpatnya dalam hati memejamkan mata lalu menulis sesuatu.
Maaf
Sean memicingkan bibirnya saat membaca permintaan maaf dari Miracle. Lalu ia membalas tulisan wanita ini.
Lupakan. Sekarang kamu baik-baik saja bersamaku
Membaca tulisan Sean itu membuat Miracle sejenak berpikir. Sampai kapan ia akan bersama Sean. Sampai lelaki itu tidak menginginkan Miracle lagi. Pikirannya melayang-layang mempertanyakan sampai kapan ini berakhir.
Apa kamu mau makan?
Miracle tersenyum lalu anggukan kepala. Lalu menulis sesuatu.
Bisa kah kita naik kereta saja?
Sean mengerutkan kening sambil berpikir sejenak.
Oke, aku akan pesankan keretanya
Segera Sean mengambil ponsel di dalam jasnya. Tapi Miracle justru menahannya. Tentu saja Sean menatap bingung Miracle.
Kereta umum saja
Sean mendengus kecil setelah membaca tulisan Miracle. Mana mungkin seorang Sean berada di tempat umum seperti itu. Ia pun harus berpikir lagi untuk mengambil keputusan.
Kamu tahu aku tidak suka keramaian. Jadi kamu harus membayar mahal ini
Miracle tidak mengerti maksud kalimat terakhir yang ditulis Sean. Belum sempat ia menulis untuk bertanya. Sean sudah menarik tangan Miracle supaya bangkit dari duduknya dan segera menuju stasiun.
*
Memang sudah pasti. Ribuan orang berlalu lalang di stasiun. Dan Sean sangat tidak suka itu.
Kini ia hanya berdiri kaku di tengah masyarakat umum. Oh sungguh mimpi buruk bagi Sean. Dan yang paling menjengkelkan adalah ketika ia sudah jalan dengan sangat hati-hati, masih ada orang yang tidak sengaja menumbur lengannya. Mata Sean terpejam sesaat untuk mengontrol emosinya.
Jika bukan karena wanita tunawicara ini, Sean tidak akan pernah mau berbaur dengan masyarakat ini.
Tiba-tiba Miracle yang begitu semangat menarik tangan Sean. Akhirnya, masuk juga mereka kedalam kereta. Dan kabar baiknya, mereka tidak mendapatkan tempat duduk. Prefect.
Rasanya Sean tidak bisa bernapas jika terus-terusan seperti ini. Berdiri seperti patung dengan berpegangan pada besi yang menjulang lurus diatasnya. Sangat menyebalkan. Berbeda dengan wanita tunawicara ini, Miracle justru terlihat sangat senang. Bahkan gigi ratanya terus saja di tunjukan dengan senyum sumringahnya.
"Sepertinya kamu tahu cara menghancurkan diriku."
Umpat Sean sangat sinis. Tapi bukannya marah, Miracle malah memberinya senyuman jail disana.
Sean mendengus tak percaya saat Miracle menertawai dirinya. Bisa-bisanya wanita ini memperlakukan Sean seperti orang-orang pada umumnya.
Kesabaran Sean pun sudah habis sekarang. Ia sudah tidak bisa lagi menahan diri apalagi di tempat umum seperti ini.
Tangan kanan Sean masih berpegangan pada besi diatas Miracle. Dan tangan kiri Sean langsung menarik pinggang Miracle agar mereka lebih dekat lagi. Tentu Miracle terkesiap dan langsung menengok kiri kanan karena banyak pasang mata yang memperhatikan dirinya dan Sean.
Terlihat mata Miracle memprotes sikap Sean sekarang. Namun lelaki bastard ini tidak peduli.
"Aku sudah muak disini. Kamu harus membayarnya sekarang."
Sean menarik lebih dekat pinggang Miracle hingga akhirnya Sean bisa mencium, melumat dan mencecap bibir ranum Miracle.
Kedua tangan Miracle masih tetap menggantung saat Sean menciumnya. Bukannya ia menolak atau menjauhkan diri dari ciuman panas Sean. Ia justru menikmati setiap sentuhan yang diberikan lelaki bastard ini.
Oh, sungguh sudah gila. Miracle benar-benar sudah dibuat melayang oleh Sean sampai-sampai ia tidak lagi memperdulikan penumpang lain yang mungkin melongo, atau ikut baper, atau menyumpahi mereka karena tidak tahu tempat. Miracle tidak peduli.
Ini baru pertama kalinya ia menikmati cumbuan yang diberikan oleh Sean. Oh, betapa mahirnya pria bastard ini mempengaruhi seluruh organ tubuhnya. Benar-benar membuat Miracle melayang.
*
Glek.
Suara pintu tertutup itu membuat Miracle terkesiap. Bagaimana tidak, sekarang ia sudah kembali ke hotel dan berada satu kamar dengan Sean.Sebenarnya Miracle sudah biasa berbagi kamar. Dengan terpaksa. Tapi setelah ciuman di kereta tadi. Miracle merasa canggung satu kamar dengan lelaki bastard ini. Mungkin malu. Malu karena Miracle sama sekali tidak menolak ciuman Sean. Justru ia membalas ciuman itu. Hmmph. Sadar atau tidak, Miracle masih mematung di tengah ruangan sembari memejamkan mata mencari cara untuk menghilangkan kecanggungannya.
Lebih baik mandi dulu. Pikir Miracle yang baru saja mendapat ide agar bisa menghindar dari sesosok lelaki yang harus ia jauhi. Baru saja ia membuka mata. Tubuh Miracle langsung mendapat serangan hebat yang mampu membuat jantungnya berdebar sangat kencang ketika menangkap lelaki bastard ini sudah berdiri tepat dihadapannya dengan sangat dekat, sampai-sampai hidung mereka hampir bersentuhan. Segara Miracle mengatur napas supaya dekupan jantungnya kembali normal. Berbeda dengannya, Sean malah tersenyum manis menatap Miracle begitu lembut.
Oh sungguh, tidak hanya dalam situasi yang menegangkan saja, situasi yang baik-baik juga, lelaki bastard ini masih bisa membuat jantung Miracle berdebar begitu tak karuan.
Setelah detak jantungnya merasa kembali normal. Sepasang mata Miracle menangkap gerakan lamban salah satu tangan Sean yang menuju pipinya. Tentu saja, sudah jelas apa yang akan terjadi jika Miracle tidak segera menepisnya. Cepat-cepat ia berpikir keras sebelum tangan Sean mendarat lembut ditempat yang diinginkan.
Tiba-tiba Miracle membuang wajah sembari mengibat-ngibatkan tangan kanannya di depan wajah alih-alih bisa mendapatkan hembusan angin dan sesekali mengeluarkan udara dari mulut sebelum Sean berhasil melanjutkan niatnya.
Dengan gerakan cepat, Miracle menunjuk kamar mandi. Tentu mata tajam itu mengikuti gerakan tangan Miracle. Lalu Sean memincingkan ujung bibir dengan tatapan penuh intens.
"Apa kamu ingin mandi bersama sekarang?" Sean berniat menyilakan rambut Miracle yang terurai di bahu.
Cepat-cepat Miracle memundurkan kaki sembari menggeleng-gelengkan kepala.
Terlihat Sean mendengus geli saat melihat gelengan kepala Miracle yang khas.
*
sudah berjam-jam lamanya Miracle merendamkan diri di bathub berharap ketika ia selesai, Sean sudah tertidur.
Namun semua pemikirannya salah. Justru Sean terlihat terjaga diatas tempat tidur dengan laptopnya. Entah apa yang ia kerjakan, sepertinya lelaki bastard itu tidak terlihat mengantuk.
Terpaksa, Miracle harus keluar dari kamar mandi mengenakan piyama merah berbahan sutra dengan tali yang melingkari pinggang dengan panjang diatas lutut. Yah, Sean memang suka sekali membelikan piyama seksi kepada wanita yang diinginkannya.
Miracle harus tetap tenang meski sekarang dirinya dilanda perasaan yang bercampur aduk. Ia bahkan merasa ada sesuatu yang aneh dengan hatinya.
Rasanya malam ini Miracle tidak sanggup tidur satu ranjang dengan lelaki bastard ini. Tapi, jika ia tidur di buthub atau sofa secara tiba-tiba pasti Sean akan melakukan sesuatu hal diluar pemikirannya.
Miracle mencoba melirik Sean yang masih sibuk dengan laptopnya. Ia berpikir sejenak. Sepertinya tidak akan terjadi apapun malam ini.
Miracle mengambil napas dalam-dalam lalu mulai melangkah menuju tempat tidur dengan berusaha tenang. Segera Miracle menyelimuti seluruh tubuhnya saat dirinya sudah berada di tempat tidur. Ia berusaha memejamkan mata dengan memunggungi Sean.
Miracle sepertinya sudah mulai terlelap setelah beberapa menit yang lalu ia terjaga meski mata sudah terpejam.
Namun ketenangan itu tak lama lagi sirna saat ia merasakan sesuatu yang membuat dirinya menggeliat dalam nikmat. Seketika Miracle terperanjat dari tidurnya dan mendapati Sean berada dekat disampingnya dengan tatapan intens. Entah apa yang baru saja Sean lakukan, yang pasti mampu membuat tubuh Miracle terangsang.
Mata mereka saling bertemu sesaat sebelum akhirnya Miracle menggeserkan tubuhnya supaya tidak terlalu dekat dengan lelaki bastard ini. Namun Sean justru lebih mendekat lagi. Dan Miracle menggeserkan tubuhnya lagi. Lalu Sean pun mendekat lagi. Dan itu terjadi beberapa kali hingga tubuh Miracle terjatuh dari tempat tidur.
Aduh. Pasti pantat Miracle cukup sakit di bawah sana. Jelas sekali Miracle meringis kesakitan sembari mengelus pantat.
Sementara Sean dengan kepala menopang pada sikunya terlihat santai menatap Miracle dibawah sana.
Sepertinya Sean tidak akan menyerah meski Miracle sudah terjatuh dari tempat tidur. Pasti lelaki bastard ini tetap akan menginginkan kehendaknya terpenuhi.
Tidak. Tidak. Hati Miracle sedang kacau balau sekarang. Ia tidak akan membiarkan Sean menyentuhnya.
Tangan kanan Miracle mengarah ke perut lalu mengelusnya sekali sembari menatap lapar kearah Sean.
Tentu saja untuk urusan perut, Sean tidak berlama-lama. Segera ia memesankan lewat saluran telepon hotel. Karena setiap Miracle meminta makan, memori Sean seakan kembali disaat Miracle pingsan setelah melayaninya tanpa makan sedikitpun. Dan Sean tidak mau itu terulang lagi. Sungguh memalukan.
Yummy!!!
setidaknya Miracle bisa mengulur waktu sampai Sean tertidur. Tapi mata tajam itu tidak kunjung terpejam. Malah terus menatap lurus kearah Miracle yang dengan lahap menyantap makanannya.
Yah, tunggu saja sampai Miracle menghabiskan makanan. Ia makan dengan sangat nikmat karena tidak perlu terburu-buru. Biarkan saja Sean menunggu sampai frustasi diatas tempat tidur disana.
*
Dan benar, Miracle berhasil menghindar dari Sean semalam. Setidaknya ia bisa melalui malam yang mampu membuat bulu roma menggidik. Ide yang sangat cemerlang. Pikirnya sembari menyantap sarapan.
Sekarang mereka berada dalam satu meja menikmati sarapan bersama. Sean kemudian memandang Miracle setelah melahap makanannya.
"Semalam kamu bersikap seperti perawan saja." Ujar Sean begitu ringan mengutarakan kalimat vulgar itu.
Tentu saja Miracle tersedak saat mendengarnya. Ia raih gelas yang berisi air di meja.
"Kenapa sweetie? Apa kamu masih perawan?"
Sindir Sean yang terlihat kesal karena sikap Miracle semalam. Ia bangkit dari duduknya lalu mendekati Miracle yang masih terduduk kaku disana. Sean memenjarakan Miracle dari belakang kemudian berbisik di samping telinga Miracle.
"Apa kamu lupa kalau aku adalah pria pertama mu, huh?" Desis Sean begitu sensual.
Miracle pun berniat bangkit dari duduknya dan menerobos penjara tangan Sean. Namun baru beberapa senti pantat Miracle terangkat, tangan kuat Sean sudah menahan kedua bahu Miracle yang terekspos bebas karena ia mengenakan atasan off shoulder. Sebenarnya Miracle tidak suka dengan pakaian ini, tetapi hanya baju ini yang ada di lemari. Mau tidak mau ia harus mengenakannya daripada tidak mengenakan apapun.
"Kamu tidak akan kemana-mana sebelum memenuhi keinginan ku..." Desisnya lagi sembari mengecup pundak Miracle.
Apa yang harus Miracle lakukan sekarang. Oh ya Tuhan, rasanya gelayar di tubuhnya sudah mulai bereaksi.
Pelan-pelan Sean menuntun tubuh Miracle untuk beralih posisi duduk yang awalnya menghadap ke meja kini menghadap kepadanya.
Miracle harus mengangkat kepala saat melihat mata dan senyum misterius Sean yang berdiri kokoh didepannya. Segera Miracle berusaha bangkit dan pergi menjauh dari lelaki bastard ini. Tapi Sean tidak membiarkan itu terjadi, ia malah membuka resleting celana dengan memincingkan bibir. Miracle seketika menelan saliva saat mengetahui gerakan Sean.
Tidak. Tidak. Tolaknya dalam hati dengan mata terbelalak.
"Kamu harus menebus sikap mu semalam." Desis Sean begitu sensual sembari mengeluarkan senjata pamungkas dibalik boxer miliknya.
Garis kerut di kening Miracle nampak begitu jelas di wajahnya. Rasanya Miracle malu sendiri melihat situasi sekarang.
Apa maksud lelaki bastard ini? Pikirnya berusaha positif thinking.
Namun mata Sean memberi tanda lain supaya Miracle segera mengulumnya.
Oh tidak. Membayangkan saja sudah membuat mual perut Miracle. Tidak akan pernah ia lakukan hal menjijikkan itu.
Cepat-cepat Miracle bangkit untuk melarikan diri. Tapi sekali lagi, Sean menggagalkan rencananya. Dengan kuat lelaki ini menahan pundak Miracle lalu satu tangannya mendorong tengkuk Miracle supaya memasukkan senjata pamungkas milik Sean kedalam mulut Miracle.
Oh sungguh gila lelaki bastard ini. Benar-benar gila. Tentu saja Miracle memberikan perlawanan ketika mulutnya dipaksa untuk terbuka. Dengan mata terpejam, Miracle mendorong-dorong paha Sean dan memukul-mukul disana namun perlawanannya tetap saja tidak mempengaruhi nafsu yang sudah menyelimuti lelaki bastard itu.
Dan akhirnya, berhasil lah Sean memasukkan senjata pamungkas miliknya kedalam mulut Miracle.
Sesekali Miracle harus tersedak saat dimasukan benda besar nan panjang kedalam mulutnya.
Sungguh, Sean merasakan sensasi luar biasa ketika kepala Miracle yang dituntun oleh tangan Sean maju mundur dengan ritme yang teratur sampai-sampai mengabaikan Miracle yang kewalahan dibawah sana.
Miracle sama sekali tidak berani membuka mata saat mulutnya yang mengenaskan harus mengulum benda yang seharusnya tidak berada didalam sana.
"Oouuh... sweethhh....tieeaahhh... yeeeaahh....eemmphh...." Desah Sean begitu nikmat.
Aktifitas ini berlangsung cukup lama hingga Miracle sudah tak bisa lagi melawan.
"Sekarang giliran mu, sweetie..." Desis Sean melepas senjata pamungkas dari mulut Miracle.
Rasanya lega sekali setelah benda itu keluar dari mulutnya karena oksigen sudah bisa mengisi ruang disana.
Belum sampai kelegaan Miracle pulih sempurna, tiba-tiba tubuh Miracle menggelinjang hebat ketika ada sesuatu yang menghisap pusat inti tubuh Miracle.
Entah sejak kapan Sean berada dibalik roknya dan bermain didalam sana hingga mampu membuat gelayar hebat dalam diri Miracle.
Sungguh, gila. Kedua tangan Miracle mencengkeram kuat pundak dan rambut Sean disana.
Rasanya begitu mengoyak jiwa dan raga Miracle. Hingga ia merasakan ingin segera dipuaskan.
Tidak. Tidak boleh terjadi. Miracle bukan wanita seperti itu. Tolak dari sisaan akal waras Miracle yang hampir tidak bisa dikendalikan.
Kemudian tanpa kompromi, Sean memasukkan satu jemari tengah kedalam inti Miracle.
"Aaaaahhhhsss!!!!"
Miracle meraung dalam hati-hati. Oh serangan ini begitu dahsyat hingga Miracle sudah tidak bisa lagi mengendalikan dirinya. Apa lagi jemari Sean keluar masuk dengan mempercepat ritmenya. Sungguh. Miracle dibuat melayang-layang ke langit saat ini.
Kepala Sean sedikit mendongak supaya bisa melihat kegairahan yang menggila dari seorang wanita tunawicara itu.
Tentu saja, ada senyum puas yang terukir di wajah tampan Sean. Apalagi terlihat wanita itu hampir mencapai klimaks karena tubuhnya mengejang hebat sembari meremas pundaknya dan hingga akhirnya keluar cairan didalam inti tubuh milik Miracle.
Sean yang sudah sangat berpengalaman tidak langsung mengeluarkan jemarinya di dalam sana. Ia biarkan jarinya tetap didalam sembari merasakan denyutan nikmat yang diberikan oleh Miracle didalam sana. Dan sesekali ia sapu lembut didalam inti itu sehingga Miracle menggelinjang beberapa kali.
Nafas berat Miracle sudah membuktikan bahwa dirinya menikmati setiap sentuhan yang diberikan oleh lelaki bastard itu meski ia terus mengumpat dan bersumpah serapah untuk Sean.
*