14

3331 Words
Menghirup udara Paris dari balkon hotel sangatlah menyenangkan apalagi ditambah pemandangan bangunan yang tertata kokoh dan kuat disana. Bahkan icon Paris yang terkenal di seluruh dunia terlihat jelas menjulang tinggi mencakar langit. Sesaat terbesit kalimat terakhir Sean tadi pagi sebelum meninggalkan Miracle yang mabuk kepayang dalam permainan jari lelaki bastard itu. "Aku akan selalu memuaskan dirimu, sweetie." Ucap Sean begitu lembut kemudian mencium bibir Miracle begitu intens sebelum akhirnya pergi. Miracle menghela napas panjang, lalu ia ambil sesuatu di kantong rok nya. Ia tatap batu biru yang sangat cantik itu dalam genggamannya. Sungguh, indah berlian biru ini. Jika bukan dari Sean, ia tidak akan pernah memegang benda mewah yang sangat cantik ini. "aku ingin kamu mengenakan kalung ini sendiri... Hanya kalung ini... Tanpa paksaan... Tanpa amarah... Tanpa kebencian... Dan tanpa sehelai apapun... Hanya kalung ini...seperti Rose..." Ucapan Sean teringat jelas dalam memori Miracle yang membuat menggidik. Bagaimana tidak, dalam adegan Rose mengenakan kalung ini. Rose yang datang sendiri dan menghampiri Jack tanpa busana apapun kecuali kalung yang melingkar di lehernya. Ketika itu Jack terperangah hingga menelan saliva melihat pemandangan yang begitu vulgar di hadapannya. Tidak. Tidak mungkin Miracle melakukan itu dengan Sean. Miracle menggeleng-geleng jijik saat membayangkan hal itu ia lakukan. Tak akan pernah. Jack dan Rose dua insan yang saling mencintai. Tentu Rose rela melakukan apapun untuk sang kekasihnya. Dan begitu pula dengan Jack yang telah mengajarkan bagaimana cara mencintai serta membahagiakan Rose meski ia bukan dari kalangan bangsawan. That's it. Sangat berbeda dengan Sean yang bisanya hanya memaksa dan menuruti semua kemauannya. Bahkan lelaki bastard itu tidak pernah tahu apa yang dinamakan cinta. Dia hanya tahu cara bagaimana membuat dirinya senang dan terpuaskan. Lebih baik Miracle simpan kembali kalung indah itu kedalam sakunya, karena memikirkan kalung ini saja rasanya membuat otak dan hati Miracle ingin meledak secara bersamaan. Beberapa saat setelah perang dengan pemikirannya sendiri, ada suara ketukan pintu di luar sana. Miracle menoleh lalu melangkah berniat membukakan pintu. Garis kerut di kening Miracle muncul saat melihat sesosok wanita yang sangat menawan berdiri jenjang dibalik pintu. Sepertinya Miracle pernah melihat wanita cantik ini. Ah, ya. Dia adalah wanita cantik yang berciuman dengan Sean di pesta tempo hari. Amely. Miracle tersenyum manis setelah teringat wanita cantik didepannya. Dengan dikawal dua bodyguard, Amely masuk begitu saja kedalam kamar hotel tanpa membalas senyuman Miracle. Tentu sudah bukan hal yang menyakitkan lagi bagi Miracle, karena ia sudah biasa menerima sikap dingin seperti itu. Sesudah semua masuk, Miracle menutup pintu lalu menuju bar kecil mengambilkan minuman untuk tamunya. Sementara Amely hanya mengedarkan pandangan dinginnya ke segala penjuru kamar. Kamar yang mana ditempati Sean dan wanita tunawicara itu. Rasanya Amely mendengus kesal, bisa-bisanya Sean mencampakkan dirinya demi wanita yang bicara aja tidak bisa. Tiba-tiba Amely menepis tangan Miracle saat berniat menyentuh lengan Amely. "Jangan pernah menyentuhku dengan tangan kotor mu itu." Ketus Amely dengan tatapan sedingin es. Meski Miracle cukup terkejut dengan sikap Amely tapi ia tetap berusaha ramah dan tersenyum sembari menganggukkan kepala. Kemudian Miracle melangkah menuju sofa untuk mempersilahkan Amely duduk. Tentu dengan gerakan tangan, ia mengarahkan Amely menuju sofa. Namun Amely hanya melipat kedua tangannya sembari tersenyum kecut disana dan berkata "Apa kamu kira aku mengerti apa yang kamu maksud, huh?" Nada suara Amely benar-benar seperti memamerkan kekurangan Miracle "bagaimana mungkin Sean menyukai wanita yang bicara saja tidak bisa." Celanya membuat Miracle tertegun menatap wanita cantik itu. "Katakan, aku harus membayar tubuh kamu berapa untuk bodyguard ku?" Oh sungguh, begitu tajam ucapan Amely sehingga mampu membuat Miracle mematung meneteskan air mata. Sedikitpun Miracle tidak menginginkan hidupnya seperti ini. Jika saja ia bisa memilih, ia milih supaya tidak pernah bertemu dengan lelaki bastard bernama Sean. Dan asal Amely tahu bahwa Miracle sudah berusaha melarikan diri dari Sean sejak awal perjumpaan mereka yang sangat mengerikan. "Apa di tempat tidur itu, kamu menghabiskan malam bersama Sean, huh?" Mata Amely mengarah ke tempat tidur mewah disana. Apa yang bisa Miracle lakukan, perkataan Amely sudah sangat menyakitkan sedangkan Miracle tidak bisa menjawab apapun karena ia tidak memiliki suara. "Ok, aku anggap kediaman mu ini adalah sebuah persetujuan untuk melayani kedua bodyguard ku." Amely menyeringai memberi isyarat kepada anak buahnya untuk membawa Miracle ke tempat tidur. Sontak Miracle terbelalak ketakutan mendengar ucapan gila Amely. Ia bergegas berlari kearah pintu, sayangnya bodyguard Amely lebih gesit ketimbang dirinya sehingga Miracle lebih mudah ditangkap kemudian diseret paksa menuju tempat tidur. Tentu saja Miracle meronta, melawan dan menendang-nendang walaupun semuanya sia-sia. "Kamu lebih pantas dengan mereka daripada dengan Sean. Setidaknya kamu tau diri. Dasar bisu." Ketusnya begitu merendahkan Miracle. Lalu ia duduk menikmati tontonan mengenaskan didepan matanya. Terukir senyum lancip yang sangat licik di wajah cantik Amely. Ia terlihat sangat senang melihat Miracle menangis histeris tanpa suara, rasanya tidak sabar melihat anak buahnya dipuaskan oleh tubuh wanita tunawicara itu. Ketika tubuh Miracle dilempar keatas tempat tidur, Amely melihat sesuatu terjatuh di lantai. Matanya menyipit memerhatikan benda itu. "Berhenti." Titahnya lugas sehingga mampu membuat anak buahnya mematung tanpa melepas Miracle. "Ambil benda di lantai itu." Lanjutnya, kemudian salah satu bodyguard nya mengambil kalung bermata biru itu untuk atasannya. Amely menggantungkan kalung itu pada jemarinya sambil memperhatikan setiap detail berlian biru yang begitu terkenal ini. Tentu, Amely mendengus kesal. Ini adalah berlian asli. Benar-benar asli. Ia tidak habis pikir, Sean memberikan kalung terkenal ini untuk wanita tunawicara itu. Rasanya hati Amely semakin panas saja. "Puaskan nafsu kalian, sepuas mungkin." Ucapnya begitu sadis. Tidak. Tidak. Tidak. Miracle rasanya ingin mati saja sekarang jika ia harus diperkosa. "Sean..." Hanya nama itu yang mampu ia ucapkan. Karena hanya lelaki bastard itu yang bisa melindunginya. Jika dia ada. Tapi Miracle tidak tahu kapan Sean kembali dan menolongnya. Sekuat apapun Miracle melawan, ia tidak bisa menghentikan setiap rabaan mereka. Derai air mata sudah tidak bisa terbendung lagi, hatinya terasa tercabik-cabik melihat kondisinya yang sangat mengenaskan. Sungguh tragis nasib Miracle. * Derrick mengerutkan keningnya saat masuk kedalam kamar hotel untuk menjemput Miracle tetapi malah melihat Amely duduk dengan sangat elegan sedang menikmati sebuah tontonanan yang mampu membuat Derrick terbelalak lebar-lebar dan terkejut setengah mati. "What the f**k??!!" Langsung Derrick cepat-cepat menuju ke dua pria yang telah memperkosa Miracle diatas tempat tidur dengan sangat tragis. Ia lempar kasar satu per satu pria kekar itu ke lantai lalu menghantam dan menendang mereka secara bergantian. Tentu saja Amely mengumpat ketika tontonan nya dibubarkan. Ia berdiri dengan geram tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Sementara kondisi Miracle yang sangat mengenaskan hanya bisa menutupi tubuhnya dengan selimut. Meratapi hidupnya yang benar-benar hancur. Sungguh sudah tidak ada gunanya lagi menjalani hidup. Pikirnya. Ia benar-benar sangat terguncang. Setelah kedua anak buah Amely benar-benar babak belur, barulah Derrick melemparkan setelan jas mereka dengan terengah-engah merah padam. "Go to hell!!!!" Tekannya tak kalah menakutkan dengan Sean. Lalu ia tatap tajam Amely penuh amarah. "Bawa mereka pergi sebelum aku tembak mati kalian semua disini." Kecamnya begitu mengerikan. Terpaksa dengan kesal Amely melenggang keluar dari kamar itu, sementara anak buah nya setelah memakai lengkap setelan jas baru mengikuti boss cantiknya. Mata Derrick tidak kunjung menatap mereka hingga menghilang di balik pintu. Lalu ia menata rapi selimut yang membalut tubuh telanjang Miracle sebelum akhirnya ia keluar menyusul Amely yang baru saja masuk kedalam lift. "Berikan benda itu." Ujarnya sangat tegas. Tapi Amely hanya diam menatap tajam orang kepercayaan Sean ini. "Kamu tahu apa yang akan terjadi jika tidak mengembalikan kalung itu." Jelas Derrick yang terdengar seperti ancaman. Tentu. Amely akan menerima imbas setelah apa yang dilakukan ini. Daripada memperburuk semuanya, wanita itu pun memberikan kalung tersebut ke anak buahnya supaya diberikan kepada Derrick. Tanpa rasa takut, Amely melipat kedua tangannya dengan mengangkat dagu sebelum akhirnya tertutup oleh pintu lift. Derrick menghela napas panjang setelah melihat mereka benar-benar pergi dan mendapatkan kalung itu. Kemudian ia mengeluarkan ponselnya dan mencari nama Sean. * "Aku sudah memberinya obat tidur dan meminta pelayan mengenakan pakaian untuknya." Ujar Derrick memperhatikan Sean yang baru datang langsung mengusap lembut rambut Miracle. Tatapan matanya yang dingin seolah menyimpan bara api yang begitu panas. Ia tidak akan mengampuni orang yang telah berani menyentuh Miracle. "Ini rekaman CCTV nya." Derrick memberikan sebuah tablet kepada Sean. Tanpa banyak bicara, Sean memutar rekaman CCTV yang selalu ia pasang di kamar pribadinya. Dimana pun itu. Tentu, ia melihat jelas apa yang dilakukan Amely dan celaan yang diberikannya untuk Miracle kemudian menyuruh anak buahnya memperkosa Miracle. Napas Sean lebih kembang kempis lagi saat melihat Miracle yang tak berdaya harus melawan dua pria sekaligus dan sampai akhirnya pakaian Miracle dilucuti kemudian dijamah. "Kuliti dua bajingan itu hidup-hidup lalu bawa kehadapanku." Titahnya begitu sadis "dan, putus semua mitra Amely. Siapapun yang kerjasama atau membantu wanita sialan itu. Bunuh mereka." Kecamnya berpikir matang-matang. Karena ia tahu bahwa Amely tidak bisa hidup tanpa bergelimang harta. Maka, jalan satu-satunya adalah menghancurkan semua mitra kerja Amely sehingga wanita itu jatuh miskin dan jadi gelandangan. Tentu, hal tersebut membuat Amely mati secara mengenaskan. "Pesan kamar lain. Aku mau sebelum Miracle bangun, dia sudah tidak ada di kamar yang sama." Derrick mengangguk patuh kemudian memberikan kalung yang memiliki bandul berlian biru itu kepada boss-nya. Sean menatap Derrick dengan penasaran. Bagaiman bisa kalung ini ada pada Derrick. "Amely mengambil ini darinya. Terekam juga di CCTV." Ujar Derrick kemudian Sean mengambilnya dari tangan Derrick. Kemudian barulah Derrick memberi hormat sebelum akhirnya keluar dan menjalankan semua perintah Sean. * Setelah berjam-jam lelap tidur, Miracle mulai membuka matanya berlahan. Terbesit ingatan bahwa dirinya baru saja diperkosa oleh dua pria sekaligus. Deg. Jantung Miracle seakan berhenti berdetak sesaat. Ia bergegas bangun dari tidurnya dan mendapati kamar yang berbeda dari sebelumnya. Kepala menengok ke kiri ke kanan mengedarkan pandangannya. Dengan penuh rasa takut dan trauma jika tiba-tiba datang orang asing untuk memperkosanya lagi, Miracle bergegas turun dari tempat tidur dan berlari menuju pintu keluar. Namun langkahnya terhenti saat baru saja melihat sesosok pria yang ia kenal muncul dibalik tembok. Sean. Seperti ada rasa kelegaan melihat wajah tampan itu berada di kamar bersamanya. Berarti semua akan baik-baik saja dan tidak ada orang asing yang berani mendekat. Beban hidup, guncangan dan trauma seakan sedikit menghilang saat Miracle melangkah pasti menuju ke lelaki bastard itu lalu memeluknya disana.  "Jangan pernah tinggalkan aku sendiri...jangan pernah..." Ucap Miracle dalam hati berharap Sean mendengar suara hatinya. Entah rasa darimana, Sean begitu menyukai sikap Miracle seperti ini. Seolah Miracle berharap agar Sean selalu ada di sisinya. Ia pun mengecup lembut kepala Miracle dengan memberinya belaian lembut di rambutnya.   Oh sungguh, rasanya ada sesuatu didalam hatinya jika Miracle bersikap seperti ini. Setelah cukup tenang tenggelam dalam pelukan Sean. Miracle baru tersadar bahwa dirinya lagi-lagi memeluk lelaki bastard ini atas kemauannya sendiri. Oh tidak, bagaimana bisa dirinya berbuat seperti ini. Ia pun berniat melepas pelukannya namun Sean menggagalkan niat Miracle.  "Jangan dilepas. Biarkan saja. Sampai kamu merasa lebih baik." Sean mempererat pelukannya. Air mata pun tidak bisa dibendung lagi. Meski tangis Miracle tidak bersuara tapi Sean tahu saat ini wanitanya sedang terguncang dan terpukul setelah apa yang baru saja dialami. Miracle bukanlah wanita yang mudah memberikan tubuhnya ke pria manapun termasuk Sean sekalipun. Karena Sean juga harus memaksa jika menginginkan Miracle. Pasti Miracle trauma setengah mati dengan pria asing sekarang. Sudah dua kali Miracle menerima pelecehan seksual. Dan yang kedua, Miracle berhasil diperkosa dua pria asing sekaligus. "Kita akan pulang besok pagi..." Ucap Sean berusaha menenangkan Miracle. "Aku berjanji. Kejadian itu tidak akan terulang lagi." Janji Sean adalah sesuatu yang pasti ditepati olehnya. * Dalam mimpi pun Miracle masih bisa merasakan sentuhan kedua pria yang telah memperkosanya. Sangat mengenaskan dan mengerikan hingga Miracle terbangun dengan rasa takut yang sangat amat. Ia kemudian menolehkan kepala dan melihat Sean tidur dengan tenang disampingnya. Kenapa Miracle merasa aman jika Sean berada didekatnya sekarang. Ia tatap wajah tampan lelaki bastard itu. Jika saja ia tidak bertemu dengan Sean, mungkin hidupnya tidak seperti ini. Mungkin. Miracle kemudian mengambil segelas air di nakas samping tempat tidur. Ia melihat ada botol kecil berwarna putih didekat gelasnya. Tanpa ragu ia ambil botol kecil itu dan membacanya. Obat tidur. Mungkin obat ini bisa membantu. Pikirnya. * Sean yang membawakan table tray berisi sarapan yang sangat menggoda aromanya ternyata tidak membuat Miracle terbangun juga. Sepertinya wanita ini tertidur sangat nyenyak. Sean meletakkan table tray itu diatas nakas. Kemudian ia harus membangunkan Miracle karena matahari sudah semakin naik ke ubun-ubun dan Miracle belum makan apapun dari semalam. Dengan lembut Sean mengusap pipi Miracle "Sweetie, hai..." Sedikitpun tak ada respon dari tubuh Miracle. Lalu Sean pun sedikit mengguncang kecil bahu Miracle tapi tetap saja tidak ada gerakan apapun. Sean terlihat mulai kawatir, ia duduk di tepi tempat tidur lalu mengangkat kepala Miracle keatas pahanya. "Miracle??? Sweetie??? Bangun?? Miracle???" Tetap saja Miracle masih menutup mata. Sean raih tangan kiri Miracle yang ternyata sudah tergurai lemas. Seketika mata Sean membulat dan jantungnya terhenti sesaat. Ia kemudian melihat di samping tangan kanan Miracle ada botol kecil disana. Segera ia ambil dan baca botol apa itu. Obat tidur. Sayangnya sudah tidak ada isinya sama sekali. Sean melempar pandangannya kearah Miracle yang masih tertidur. Jangan-jangan. Segera Sean menelpon Derrick dengan sangat cemas. Bagaimana tidak, Miracle mencoba bunuh diri dengan meminum semua obat tidur yang ada di botol. Mengkonsumsi obat tidur berlebihan dapat menghentikan aliran darah dari jantung ke otak. Jantung yang berhenti berfungsi menyebabkan kematian. Tidak. Miracle tidak bisa mati seperti ini. Cepat-cepat Sean membaringkan tubuh Miracle. Memastikan bahwa jalan napas tetap terbuka dengan memiringkan kepala ke belakang dan mengangkat dagu. Posisi ini juga dapat mencegah Miracle tersedak oleh muntahannya, jika ada. Sepengetahuan Sean, beberapa obat dapat mengakibatkan pemanasan tubuh serius. Dan jika ini ada, Sean melepaskam pakaian yang tidak perlu untuk memungkinkan udara mencapai permukaan kulit untuk menstabilkan temperatur tubuh Miracle. Sean berkali-kali memeriksa pernapasan dan memantau kondisi Miracle sampai bantuan tiba. "Tidak akan aku biarkan kamu mati. Tidak akan. Tidak akan. Kamu pasti baik-baik saja." Tekan Sean dalam hati terus tetap memeriksa napas Miracle. * Terlihat Sean begitu gusar menunggu di depan ruang gawat darurat. Jantungnya terasa ikut berdebar cemas, bahkan mata pembunuh yang biasa dingin, tajam dan mematikan kini berubah menjadi kalut. Tak pernah Derrick melihat mata lemah seperti itu dari seorang Sean. Apa Miracle telah mampu mengisi kekosongan di hati Sean. Pikir Derrick melangkah mendekati boss-nya. Ia tepuk beberapa kali pundak Sean untuk memberikan sedikit ketenangan disana. Sean menoleh menatap Derrick lalu berkata. "Sampai Miracle tidak terselamatkan, aku akan menghancurkan semua keluarga mereka dengan sangat mengenaskan hingga tak tersisa sedikitpun." Nada suara Sean menekan kuat sehingga cukup membuat Derrick tak bergeming karena tatapan mata Sean yang tadi begitu lemah sekarang berubah nanar merah berapi hingga Derrick menggidik didalam sana. Baru pertama kali ini Sean menyalahkan dirinya sendiri. Ia benar-benar merasa sangat bersalah dan menyesal. Tetapi ia tidak habis pikir Amely datang menemui Miracle lalu menyuruh anak buahnya untuk memperkosa Miracle di kamar hotel Sean sendiri. Seharusnya Sean tidak meninggalkan Miracle terlalu lama atau mungkin seharusnya ia tidak terlambat datang sebelum Miracle diperkosa. Sungguh rasanya hati Sean juga merasa tercabik-cabik sekarang. Seolah ia masih tidak percaya bahwa Miracle telah diperkosa dan mencoba mengakhiri hidup dengan meminum semua obat tidur itu.  Sean tidak akan membiarkan Amely mati dengan mudah. Amely harus merasakan apa yang dirasakan Miracle. Wanita itu juga harus menjadi santapan nikmat untuk semua anak buah Sean. Dia akan menjadi budak seks anak buah Sean selama sisa hidupnya hingga anak buah Sean bosan dan membuangnya kepada preman-preman jalanan diluar sana. Dan untuk dua pria yang telah berani-beraninya menyentuh dan memperkosa Miracle dengan sangat brutal. Sean menyuruh anak buahnya untuk memotong alat vital mereka hidup-hidup kemudian menguliti mereka karena Sean tidak mau bekas sentuhan kulit Miracle menempel pada kulit Mereka lagi. * Setelah berjam-jam lamanya, salah seorang dokter keluar menemui Sean yang terlihat kawatir. "Kondisi pasien sangat lemah. Serangan jantung bisa menyerangnya kapanpun." Seketika Sean naik pitam dan menarik kerah dokter ini dengan kasar. "Kamu harus menyelamatkan dia!!!" Tekannya begitu menakutkan sementara Derrick berusaha melepas cengkeraman Sean dari kerah putih itu. "Apapun yang kamu butuhkan!!! Kamu harus menyelamatkan Miracle!!!" Kecamnya membuat dokter itu ketakutan. "Mr. Sean biarkan dokter yang menangani semuanya." Derrick berusaha menenangkan boss-nya. "Aku akan membunuh keluargamu jika Miracle tidak bisa diselamatkan!!!" Ancamnya terlihat membabi buta. Tentu saja, dokter itu takut setengah mati. Ia mengangguk sampai tidak berani menatap mata tajam Sean disana. Bahkan ia berkata dengan nada terbata-bata karena sangking takutnya. "Pa-pa-pasti, pasti di-di-dia akan ba-baik-baik sa-s-saja." Ucap dokter lalu Sean melepas cengkeramannya dengan tatapan penuh ancaman. Setelah dokter itu pergi, Sean mengusap kasar wajahnya karena merasa sangat kesal dengan dirinya sendiri. Bagaimana bisa wanita yang ia tiduri diperkosa pria lain. Ini sungguh menjadi penghinaan terbesar dalam hidupnya. Ia seolah tidak bisa dan tidak berdaya menjaga harta karunnya sendiri. Aarrgghh!!!! Ia tinju tembok dengan sangat kuat. Sementara Derrick yang terlihat tenang sebenarnya sangat bingung dengan sikap Sean yang seperti sekarang. Bahkan ia tidak tahu cara menenangkan boss-nya. * "Sebaiknya anda makan malam dulu. Dari tadi anda belum makan apapun."  Cemas Derrick menatap Sean yang duduk frustasi didepan ruang gawat darurat. Kepalanya yang tertutup dengan telapak tangan bertumpu pada kedua siku yang berada diatas paha kini terangkat dan membalas dengan tatapan sayu. Sungguh baru pertama kali ini Derrick melihat pemandangan seperti sekarang. "Aku tidak lapar." Nadanya terdengar seperti bukan Sean biasanya. Matanya hanya tertuju pada pintu ruang darurat disana. "Saya akan menjaga disini. Sebaiknya,  kondisi anda juga harus diperhatikan." Bujuk Derrick. "I am fine, ok." Nada Sean berubah menekan menatap Derrick. "Lebih baik, kamu mengurus Amely dan anak buahnya." Tambah Sean kesal. "Mereka sudah ditangkap. Dan sekarang sudah di bandara." Jelas Derrick membuat Sean menghela napas tak sabar memberikan balasan untuk mereka. "Saya sudah pesankan restauran di dekat rumah sakit. Sopir akan mengantar anda." Lanjut Derrick memberi hormat supaya bos-nya mau mengikuti perkataannya. Sean menatap Derrick penuh arti. Tangan kanannya ini sangat keras kepala juga. Pikirnya. Ia pun menghela napas sembari menyandarkan kepala di sandaran kursi lalu bangkit mengikuti ucapan Derrick. "Happy now." Ucap Sean yang merapikan jas di hadapan Derrick. Sesaat mata mereka saling bertemu, sebelum akhirnya Derrick tersenyum tipis kemudian Sean melangkahkan kaki meninggalkan Derrick didepan ruang gawat darurat. Beberapa saat setelah Sean pergi dan Derrick yang baru saja duduk untuk menghilangkan rasa penat. Dokter keluar dari ruang gawat darurat, membuat Derrick harus berdiri dan meninggalkan rasa penat disana. "Bagaimana keadaannya, dok?" Tanya Derrick. "Detak jantungnya sudah mulai stabil. Semoga semuanya baik-baik saja. Obat tidur yang dia minum semoga tidak mempengaruhi jantungnya lagi. Karena seperti yang saya katakan tadi, selama pasien belum sadar. Sewaktu-waktu serangan jantung bisa menyerang kapan pun." Jelas dokter itu. "Pasien akan segera kami pindah." Derrick hanya mengangguk sebelum dokter itu melenggang pergi. * Derrick hanya mampu memandang Miracle yang sedang terbaring lemas disana. Dengan alat pendeteksi jantung, infus dan selang oksigen membuat kondisi Miracle terlihat semakin menyedihkan.   Andai saja hari itu Derrick tidak menangkap dan membawa wanita tunawicara itu kepada Sean. Mungkin Miracle tidak akan mengalami hal seburuk ini. Jika saja Derrick menyadari lebih awal kalau Miracle adalah seorang wanita tunawicara dan bekerja sebagai pengantar bunga yang tersesat setelah diminta meletakkan pesanan ke taman belakang. Pasti Derrick melepasnya. Sayangnya hari itu Derrick tidak bertanya atau memberikan kesempatan wanita itu untuk menjelaskan. Yang ada dalam otaknya hanya seorang mata-mata dan pengkhianat, sehingga tanpa berkompromi Derrick segera membawanya kehadapan Sean. Rasa bersalah pun semakin besar ketika melihat dengan mata kepalanya sendiri, Miracle diperkosa. Sungguh sangat jelas terpampang di bola matanya. Miracle yang tak berdaya karena kedua tangan di cekal oleh salah satu pria yang memasukkan kejantanannya kedalam mulut Miracle dengan gerakan keluar masuk, sampai-sampai Miracle tersedak berkali-kali. Bahkan Miracle tidak diberi kesempatan untuk bernapas. Sedangkan pria kedua membobol keluar masuk v****a  Miracle dengan sangat kasar.  Sedikitpun Miracle tidak bisa bergerak untuk memberontak. Mereka sungguh memperkosa Miracle dengan sangat brutal tanpa belas kasihan. Sekarang Derrick hanya bisa menghela napas panjang menatap kasihan wanita tunawicara ini. "Bagaimana keadaannya, Derrick??" Sean tiba-tiba masuk membubarkan pikiran bersalah Derrick. Derrick berdehem sebelum mengatakan sesuatu karena tiba-tiba tenggorokannya gatal saat mendengar suara dingin yang familiar di telinganya kemudian menoleh kearah Sean "Detak jantungnya sudah normal hanya saja, kita tidak tahu kapan serangan jantung akan menyerangnya." Jelas Derrick membuat tatapan Sean berubah tajam menatapnya. "Apa maksud kamu?"  Desis Sean menahan emosi. "Semoga saja dia segera sadar." Ungkap Derrick membalas tatapan tajam itu dengan tatapan iba. *
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD