10

2430 Words
Sean yang duduk di meja makan tidak habis pikir karena telah terpesona dengan sesosok wanita yang baru saja datang untuk bergabung sarapan dengannya. Bagaimana bisa dirinya kecanduan dengan wanita yang notabene nya seorang tunawicara. Dibandingkan dengan wanita-wanita model berkelas, Miracle tidak ada apa-apanya. Tapi wanita ini mampu mengusik ketenangan seorang Sean. Sangking penasarannya, ia pernah mencoba berhubungan dengan seorang model terkenal berasal dari Itali dan ketika mereka bermain diatas ranjang hanya ada bayangan wanita tunawicara itu dibenaknya hingga saat klimaks ia menyebut nama 'Miracle'. Untung saja, wanita model itu tidak marah mendengar kata 'Miracle' mungkin ia pikir kata itu adalah kata biasa yang mengartikan 'keajaiban' sebagai pujian bukan sebuah nama seorang wanita. "Apa ada yang salah dengan penampilanku sampai-sampai lelaki bastard ini tersenyum nggak jelas menatapku?" Pikir Miracle mengangkat kedua alis ketika baru saja datang untuk bergabung di meja makan hingga menimbulkan garis-garis dikeningnya melihat Sean sembari berniat duduk diujung meja yang menghadap kearah lelaki bastard tersebut. Kemudian mereka menyantap hidangan yang telah disediakan di meja dengan penuh ketenangan. Setelah beberapa saat, Sean sudah menyelesaikan sarapannya, terlihat Derrick datang memberi hormat kemudian sedikit membungkukkan tubuhnya sebelum berbisik disamping telinga Sean. Sejenak lelaki bastard itu berpikir sembari memandang Miracle yang masih menikmati sarapan disana. "Siapkan semua. Aku akan datang bersamanya." Mata Sean mengarah kepada Miracle. Derrick mengikuti arah pandangan bos-nya, ia sejenak berpikir tapi kemudian  membantah ia mengangguk sopan. *   "Paris???" Kejut Miracle dalam hati setelah Sean memberi tahu tujuannya sesampai di bandara internasional. "Oh mine. Apa dia akan menjualku disana??!!" Seketika bulu roma Miracle berdiri. "Apa ini adalah salah satu cara memperdagangkan manusia seperti di tivi-tivi???!" Pikirannya mulai tidak karuan. "Tidak. Tidak. Aku tidak mau. Aku harus pergi dari sini." Cemasnya setengah mati mengedarkan pandangannya ke segala juru mencari jalan keluar. "Come on, sweetie." Ajak Sean memasuki bandara dengan berniat meraih lembut tangan Miracle yang justru malah mendapatkan penolakan. Mata tajam Sean mengarah pada wajah ketakutan Miracle. "Why?" Tanya Sean datar. Segera Miracle mengetik sesuatu dan langsung mengirimnya ke handphone Sean. Apa kamu akan menjualku di Paris???! Tatapan misterius Sean benar-benar tidak bisa terbaca setelah menerima pesan tersebut. Bip. Suara pesan itu terdengar lagi. Apa kamu juga terlibat dalam perdagangan manusia??!! Sekali lagi, Sean menatapnya dengan misterius. Lalu terlihat gerakan langkah dari lelaki bastard itu kearah Miracle. Mereka begitu dekat hingga rasanya Sean ingin sekali melumat habis bibir kenyal didepannya. "Kamu tahu..." Mendengar suara parau itu membuat mata Miracle mulai berkaca "rasanya aku ingin melumat habis bibirmu." Lanjut Sean membuat Miracle menelan saliva. "Daripada aku menjual dirimu lebih baik kuberikan kepada anak buahku." Tandasnya begitu terang-terangan. "Apa untungnya diriku menjual dirimu, huh?" Miracle tak percaya mendengar pernyataan Sean yang blak-blakan tersebut. Apa maksud lelaki bastard ini adalah menghina kekurangan Miracle. Kalau begitu kenapa kamu tidak melepaskan ku saja. Aku nggak ada untungnya bagimu. Sean terlihat berpikir sejenak setelah membaca ketikan Miracle. Kemudian menatap tajam wanita didepannya lalu berkata. "sepertinya aku sudah berubah pikiran." Miracle mengerutkan kening tidak mengerti sementara mata tajam Sean masih menatapnya "lebih baik aku menjual dirimu sebelum kamu melarikan diri dariku." Lanjutnya terdengar sangat sadis. Lagi, Miracle harus menelan saliva mendengar setiap ucapan sadis lelaki bastard ini. "Pilihan terbaikmu adalah tetap di sisiku. Karena aku tidak bisa menjamin dirimu lagi jika kamu melepaskan diri dariku." Miracle tertegun menatap mata tajam Sean yang mampu menembus tulang belulangnya. "Masih ingat pertama kamu mendatangiku?" Tentu saja Miracle masih mengingat awal pertemuan mereka yang mempertontonkan dua wanita diperkosa habis-habisan, sungguh pemandangan yang sangat ironis. "Pasti kamu ingat dengan dua wanita disana waktu itu. Dan aku pastikan kamu akan mengalami lebih mengenaskan lagi daripada mereka itu jika kamu tidak mendengarkanku. Mengerti." Jelas Sean seolah-olah memberikan petuah supaya Miracle tidak salah langkah. "Kamu adalah orang terlicik yang pernah ada di muka bumi ini. Dasar lelaki bastard." Umpat Miracle menahan amarahnya. * Sepertinya pesawat yang Miracle tumpangi adalah pesawat yang memang disewa oleh Sean. Karena hanya ada dirinya, Derrick, tiga orang bodyguard, dan Sean. Miracle lebih memilih duduk paling depan agar jauh dari orang-orang bermuka dingin itu dan menikmati musik dari headset yang tersambung langsung ke telinganya. Ia tatap keluar jendela sembari memikirkan apa yang akan terjadi dengan dirinya nanti disana. Rasanya pasrah saja menjalani hidup yang sudah hancur ini. Bahkan ia sudah lupa cara membuat dirinya bahagia. Klik Miracle baru sadar ketika ada satu tangan menelusup ke pojok kursinya untuk memasangkan seat belt sesuai suara instruksi seorang pramugari. Setelah memasangkan seat belt milik Miracle, Sean pun langsung duduk dengan nyamannya memejamkan mata. Miracle menyipitkan mata ketika melihat Sean duduk disampingnya. Ia guncang kecil lengan lelaki bastard ini. "Hmmm." Jawab Sean tanpa membuka mata. Mendapat respon yang tergolong acuh itu, Miracle semakin mengguncang kesal lengan Sean. Seharusnya ia bisa duduk sendiri tanpa melihat lelaki bastard ini disampingnya. "Jangan sekarang sweetie, kita akan bercinta setelah sampai di Paris." Ucap Sean sangat vulgar meski matanya tetap terpejam. Mata Miracle membulat tak percaya dengan ucapan tersebut, ia langsung memukul lengan berotot itu lalu berpaling dari sana dan memilih melihat keluar jendela dengan penuh sumpah serapah. "Dasar otak mesum. Percuma aku usir lelaki bastard ini. Aaarrggghh. Rasanya aku ingin mati saja." Umpatnya dalam hati. Sementara Sean tetap memejamkan mata hingga lelap tertidur. * Entah sudah berapa lama perjalanan mereka hingga tertidur begitu lelap. Pelan-pelan mata Sean terbuka, dengan kesadaran yang masih belum sepenuhnya kembali ia mendapati kepala Miracle bersandar di tepi dadanya dengan satu tangan masuk kedalam jas seperti mencari kedamaian dalam mimpi. Tentu saja terukir senyum manis di bibir Sean. Ia memilih membiarkan posisi ini dan menikmati sentuhan wanita tunawicara ini. Seperti ada sesuatu yang sangat damai di hatinya bahkan ia juga merasakan peredaran darah yang begitu lancar mengalir keseluruh jaringan tubuhnya. Sean benar-benar dibuat tergila-gila oleh Miracle. Rasanya ada sesuatu yang membuat hati Sean berbunga-bunga sekarang. Ting! Suara alarm singkat itu benar-benar membuat Sean mengumpat dalam hati karena telah merusak suasana romantis ini. Ia berharap agar Miracle tetap dalam posisinya namun sudah tidak mungkin lagi, sepertinya Miracle menggeliat kecil seraya terbangun dari mimpi indahnya. Melihat gelagat itu, Sean bergegas memejamkan mata pura-pura masih tertidur supaya Miracle menyangka seolah-olah ia tidak tahu apa yang sudah dilakukan Miracle padanya. Rasa nyaman tidur kali ini berbeda dari yang biasa meski dalam posisi duduk. Pikir Miracle yang masih memejamkan mata walaupun sudah terbangun. Ia menghirup aroma yang begitu maskulin memanjakan hidungnya hingga mampu membawanya kedalam mimpi yang indah. Bayangannya masih melayang-layang sampai saat telapak tangannya merasakan sesuatu. "Ap, apa ini?" Tanya nya sendiri dalam hati mulai membuka mata dan mendapati dirinya berada diatas tepi dada Sean dan tangannya telah ngeluyur masuk kedalam jas lelaki bastard ini. "Oh, ya ampun!!!?" Matanya melebar saat menyadari tangannya yang telah senonoh masuk kedalam jas lelaki bastard ini. Seketika Miracle menjauhkan diri dari sana saat melihat Sean masih tertidur. Jangan sampai lelaki bastard ini terbangun dan menangkap basah dirinya yang bersikap memalukan ini. Ia tarik napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya sendiri. Sesaat kemudian, Sean terbangun dari tidur pura-pura nya. Sedangkan Miracle yang terlihat salah tingkah mengintip keluar jendela untuk menutupi rasa malu yang belum juga menghilang. "Sssshhh." Sean meringis kesakitan memegangi tepi dada bekas Miracle tiduri. Tentu saja rintihan kesakitan tersebut menarik perhatian Miracle. Dan wanita itu menoleh kearah Sean. "Aow..sakit..." Desisnya meringis melihat Miracle yang langsung merasa bersalah "kenapa tiba-tiba disini rasanya sakit setelah bangun tidur..." Goda Sean yang masih berpura-pura "terus kenapa pipi kamu memerah begitu, huh?" Tebak Sean tambah membuat Miracle salah tingkah sendiri sembari mengibat-ngibatkan tangannya. "Bisa kamu pijat sebentar disini? Rasanya seperti kaku" Tanpa menolak Miracle langsung mengangguk dan memijat ditempat dimana kepala Miracle tadi bersandar. Dengan segenap hati Miracle memijat ditempat yang dimaksud Sean, gara-gara organ tubuhnya yang tak tahu diri membuat orang lain kesakitan. "Yah...sepertinya lebih baik..." Sean menikmati setiap pijatan dari tangan lembut Miracle. "Aku suka saat tanganmu berada diatas dadaku tadi..." Nada lembut itu mampu membuat Miracle menghentikan pijatannya. Sean hanya tersenyum geli melihat Miracle menatapnya dengan penuh tanda tanya. "Sepertinya kamu lebih suka tidur di bahuku..." Lanjut Sean terlihat begitu senang saat mendapati pipi rona Miracle seperti tomat. Sadar ternyata dirinya telah dijaili oleh Sean yang sebenarnya sudah tahu semuanya. Ia pun langsung memukul-mukul asal lengan lelaki bastard itu sembari mendorong-dorong lengan itu sampai tubuh Sean hampir terjatuh dari duduknya. Ia tidak peduli Sean akan melemparnya dari pesawat. Rasa malu dan rasa kesalnya lebih besar daripada rasa takutnya dengan lelaki bastard ini. Sean hanya terkekeh kegirangan saat melihat pipi tomat Miracle yang bercampur dengan rasa kesal disana. Ia bahkan tidak peduli tubuhnya akan jatuh ke lantai sekalipun. Derrick dan bodyguard lainnya hanya saling menatap melihat tingkah boss-nya yang sangat langka ini. Bahkan mereka hampir tidak pernah melihat tawa dari Sean. Kecuali hanya senyuman mematikan saja. *   Waow, memang benar ini Paris. Mata Miracle terkagum-kagum menyebarkan pandangannya ke luar jendela mobil dan mengabaikan Sean yang berada di sampingnya. Tak pernah terbesit dalam benak Miracle akan menginjak di kota yang terkenal romantis ini. Sungguh menakjubkan. Hanya saja kenapa dia harus disini bersama lelaki bastard. Mata Miracle melirik kearah Sean yang masih sibuk dengan tablet nya. Sungguh menyedihkan sekali. Umpatnya dalam hati. "Jangan menatapku seperti itu." Sahut Sean tanpa mengalihkan pandangannya. Seketika Miracle mengedip-edip kan mata mengalihkan tatapan kesalnya. Ternyata lelaki bastard ini memiliki sensor indra yang sangat sensitif hingga tanpa melihat pun ia tahu apa yang dilakukan Miracle. Entah mimpi indah atau mimpi buruk berada di kota Paris ini bersama dengan seorang lelaki bastard. Rasanya ingin meledak saja jika terus-terus an bersama Sean. Huft. Sampai kapan ia menjadi pemuas nafsu gila lelaki bastard disampingnya. Miracle pun hanya bisa menarik napas dalam-dalam sembari menatap keluar jendela mobil dengan putus asa. "Akan aku ajak kamu keliling kota ini jika kamu bisa menyenangkan hatiku." Suara lembut yang mampu menembus gendang telinga Miracle itu sungguh terdengar miris. Bagaimana tidak, nafas Sean seolah menempel di gendang telinganya. Dengan kesal wanita itu menoleh dan berniat mendorong kuat tubuh yang sudah menghimpitnya. Namun belum sempat ia mendorong tubuh itu, ia justru mendapati bibir lelaki bastard itu mendarat tepat ke bibirnya. Lalu melumat paksa disana. Walaupun susah menghindari ciuman panas itu tetap saja Miracle berusaha semaksimal mungkin. Belum lagi diam-diam Derrick yang sedang mengemudi mengintip mereka dari kaca spion tengah. Dan Miracle menyadari akan hal tersebut. Sungguh menjijikkan dan tak tau malu lelaki bastard ini. Bisa-bisanya ia mempertontonkan tindakan senonoh ini didepan anak buahnya. Sean sama sekali tidak memperdulikan apapun, ia masih terus menciumi Miracle sesuka hatinya hingga mereka sampai di hotel. "Kita sudah sampai, Mr. Sean." Sela Derrick menghentikan aktifitas boss-nya. Ia melihat kondisi Miracle terengah-engah dengan tatapan penuh ketidaksukaan lewat kaca spion tengah. Kemudian Derrick keluar dari mobil untuk membukakan pintu atasannya. Terlihat Sean memicingkan bibirnya saat keluar dari mobil sambil merapikan jas nya dengan tatapan yang terpuaskan. Sementara Miracle masih belum keluar dari mobil karena harus merapikan rambut dan pakaiannya yang hampir terbuka karena ulah lelaki bastard itu. "Oh ya Tuhan. Sampai kapan aku akan menerima perlakuan tidaksenonoh dari lelaki bastard itu!?" Kesalnya sendiri sembari keluar dari mobil. * Bibir Miracle terperangah melihat kamar yang sudah di pesan oleh Sean. Ia pikir kamar Sean di rumah sudah sangat mewah dan berkelas, ternyata ada yang lebih mewah lagi. Sungguh luar biasa selera lelaki bastard ini. Bahkan ketika Miracle masuk kedalam kamar mandi hotel ini, mulutnya ternganga lebar karena yang ia masuki seperti bukan kamar mandi, justru terlihat seperti kamar lengkap dengan bathub yang begitu mewah. Benar-benar mengagumkan. "What the f**k!!" Suara lantang Sean mampu membuat Miracle terkesiap meski ia sedang berada didalam kamar mandi. Plaak!!! Meski hanya sekedar tamparan tapi mampu membuat tubuh Derrick terpelanting. Lalu dengan kasar Sean menarik kerah Derrick penuh amarah. "Aku mau mayat William!" Bentaknya didepan muka Derrick. Miracle yang memperhatikan dari jauh ikut ngeri melihat mata tajam Sean. Mata itu seolah mampu membunuh siapa saja yang membuatnya marah. Sungguh, Miracle gemetar melihat situasi didepan matanya. Mengingatkan kembali memori dimana pertama kali ia bertemu dengan sesosok iblis yang menyerupai dewa Yunani ini, yaitu Sean. Jlep! Miracle seketika melemas, ambruk ke lantai menutup bibirnya dengan kedua telapak tangan saat Sean menusukkan belati kearah jantung orang yang berpakaian serba hitam itu. Entah siapa dia, yang pasti Sean telah menusuknya hingga mati. "Aku tidak butuh asistennya, aku mau William." Kecamnya menatap Derrick yang tidak berani menatap mata didepannya. Sementara mata Miracle yang membulat langsung meneteskan air mata melihat tragedi sadis didepannya. Begitu mudah tangan lelaki bastard itu menusuk tubuh orang tanpa rasa bersalah. Sangat tidak manusiawi dan tidak memiliki hati nurani. Setelah merasa hembusan napas Sean teratur barulah Derrick berani menaikkan dagu berniat menatap boss-nya. Mata Derrick cukup melebar saat melihat Miracle tersimpuh di lantai dengan tatapan kosong kearah mayat yang baru saja tergeletak. Sean penasaran dengan apa yang dilihat Derrick, ia pun membalikkan tubuhnya dan mendapati Miracle bersimpuh disana. Kemudian ia menoleh kearah Derrick dan berkata "bereskan semuanya." Menjatuhkan belatinya keatas tubuh mayat tersebut sebelum akhirnya membalikkan badan berniat menghampiri Miracle yang terlihat sangat shock. Menyadari Sean mendekatinya, ingin sekali Miracle bangkit dan menjauh dari lelaki bastard ini, namun kakinya seakan mati rasa sehingga ia harus menyeret mundur tubuhnya dengan kedua tangannya. Miracle merasa miris melihat tangan kanan Sean yang masih belumuran darah segar. Oh sungguh pemandangan yang sangat mengerikan. Lagi. Sean setengah berjongkok saat mencengkeram kasar lengan Miracle yang menopang tubuhnya. Tentu Miracle terhenti, tak sanggup menjauhkan diri dari lelaki bastard ini. Sean memicingkan bibir sebelum akhirnya jongkok menyejajarkan pandangan mereka. "Seharusnya kamu tidak melihat ini, sweetie." Mata Sean berubah lembut, tapi bagi Miracle masih tetap terlihat mengerikan. Miracle memejamkan mata rapat-rapat ketika tangan kanan Sean yang berlumuran darah itu mengusap pipi Miracle. Rasanya jantung Miracle ingin lepas dari peradaban nya saat merasakan darah lengket menempel di kulitnya. Tetesan air mata pun tak bisa tertahan lagi karena sangking takutnya. "Siapkan dirimu. Kita akan pergi malam ini." Ucap Sean begitu enteng lalu bangkit dan keluar dari ruangan meninggalkan Miracle seorang diri. Setelah mendengar suara pintu tertutup dan melihat Miracle bener-bener sendiri, ia berusaha bangkit dan berjalan menuju kamar mandi. Ia tutup rapat-rapat pintu kamar mandi, lalu menyandarkan tubuhnya disana dengan tangis yang terpecahkan, ia jatuhkan tubuhnya ke lantai sembari satu tangan menutup wajahnya.   Teringat jelas bagaimana lelaki bastard itu menusukkan benda tajam kedalam tubuh pria berpakaian hitam disana. Akankah Miracle bernasib sama ketika Sean sudah tidak lagi menginginkan tubuhnya. "Tuhan, lepaskan aku dari jeratan ini... Aku mohon... Aku mohon..." Doa Miracle yang sudah tak sanggup lagi melihat kekejaman Sean. Beberapa saat kemudian ada suara ketukan pintu. "Miss, apa anda baik-baik saja?" Tanya seorang wanita dibalik pintu. Segera Miracle menghapus air mata, bangkit dan menuju wastafel untuk membersihkan wajahnya yang terkena bercak darah dari tangan Sean. Dari cermin terlihat sungguh mengerikan wajah Miracle yang berlumuran darah ini. Ia basuh terus menerus wajahnya dengan kasar karena rasa emosi yang meledak-ledak. *
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD