7

2499 Words
Deru ombak sore ini menemani isak tangis Miracle yang duduk diatas bebatuan di tepi pantai. Ia tidak menyangka hidupnya seperti terjerat oleh duri yang tak bisa dilepaskan oleh apapun. Kenapa Tuhan mempermainkan hidupnya. Miracle tak pernah menyesal dirinya hidup tanpa suara, yang dia inginkan hanya kedamaian. Tidak lebih. "Sudah waktunya pulang." Suara serak itu seketika membuat menggidik. Miracle bangkit, berdiri tepat dihadapan lelaki bastard itu. Matanya yang basah menatap penuh kebencian. Tidak. Miracle tidak akan mengikuti perintah Sean. Dengan beraninya, Miracle mengunci pandangan ke mata lelaki bastard itu sembari melipat kedua tangan. Sean yang memperhatikan gerakan Miracle hanya tersenyum simpul. "Apa kamu tidak mau pergi?" Pandangan Miracle yang tetap menajam itu sudah memberikan jawaban bahwa Miracle tidak akan pergi kemana-mana. "Sudah kubilang, jangan menguji kesabaran ku." Sean masih terlihat tenang. Miracle benar-benar menentang Sean, bahkan dia berani mendorong dada bidang lelaki bastard itu sembari menunjuk ke jalanan bermaksud mengusir lelaki dihadapannya ini. "Pergi lelaki bastard!!! Aku tidak mau melihatmu!!! Pergi dari sini!!! Pergi!!!" Sembari terus mendorong-dorong dada bidang Sean. Sebenarnya dorongan itu tidak membuat Sean bergeming sedikitpun. Ia masih tetap kokoh berdiri tegap dihadapan Miracle. "Lakukan, sekarang." Desisnya seperti berbicara dengan orang lain meski matanya terus memandang Miracle yang terlihat sangat frustasi. * Brruuuggghhh!!! Suara runtuhan itu mampu mengejutkan semua penghuni pantai. Apalagi Miracle yang melihatnya langsung menganga tak percaya, menutup bibir dengan kedua tangannya. Jantungnya seperti ikut runtuh saat melihat kedainya hancur melebur rata dengan pasir. Derai air mata pun sudah tak terbendung lagi. Disana memang ada alat berat yang sengaja untuk menghancurkan kedai itu. Pikirannya seakan kosong menatap puing-puing itu. Hanya kedai yang ada dalam benaknya saat ini. Semua mimpi dan harapannya ikut hancur lembur. Itu adalah satu-satunya aset yang ia miliki. "Oh ya Tuhan...apa yang harus aku lakukan lagi. Aku tidak tahu harus bagaimana lagi menjalani hidup ini..." Jeritnya dalam hati sangat frustasi. Kaki Miracle yang gemetar berlari menuju kedainya. Namun dari jarak lima meter pengawal Sean mencegahnya mendekat. Terlihat Miracle masih bersikeras untuk mendekat. Ia menjerit tanpa suara menatap kedainya yang mengenaskan rata dengan pasir. "Tidakkkk. Biarkan aku kesanaa. Biarkan aku kesaannaaa!!!" Semua penghuni pantai hanya berani menonton tanpa memberi pertolongan apapun. Semua mata iba dan kasihan melihatnya. Ingin sekali mereka menolong gadis tunawicara itu. Namun melihat bodyguard-bodyguard berbadan besar itu pasti sudah menyimpan banyak senjata yang siap menyerang siapa yang mengusiknya. Sean yang sudah berada dibelakang Miracle, ia langsung memeluk wanita itu dengan lembut sekaligus kuat. Miracle yang seketika sadar berusaha menolak tanpa mengalihkan pandangannya ke kedai yang mengenaskan itu. Saat ini Miracle harus benar-benar kuat menerima dua goncangan sekaligus. Disatu sisi ia hancur melihat kondisi kedainya, disisi lain ia berusaha melepas dekapan lelaki bastard ini. Sean tetap mendekapnya meski tubuh Miracle menolaknya. "Ssst, biarkan saja. Kita pulang sekarang." Bisik Sean di telinga Miracle. Tentu saja, wanita itu tidak mendengarkan ajakan Sean, ia tetap berusaha memberontak. Kelvin yang baru saja keluar dari rumah untuk melihat apa yang sedang terjadi, matanya langsung dibuat terkejut setengah mati mendapati kedai Miracle sudah rata dengan pasir. Ia berlari menuju kedai itu dan melihat Miracle sedang menangis histeris dalam pelukan pria asing yang sama tadi pagi. Sebelum bisa sampai mendekat, seorang bertubuh besar dengan setelan jas yang rapi sudah menahannya lebih dulu. Tidak membiarkan Kelvin mendekat dalam radius lima puluh meter dari boss-nya. * Sekeras apapun Miracle memberontak, ia tetap tidak akan mendapatkan apa-apa. Dan tidak akan bisa melawan laki-laki bastard ini. Air matanya yang sudah mengering tidak mampu mengobati kepedihan yang ia rasakan. Miracle pun pasrah, dan menangis dalam dekapan lelaki bastard ini karena tidak ada lagi yang bisa ia lakukan. Tentu Sean merasa sangat senang, akhirnya wanita yang diinginkannya pasrah dan menerima keadaan. "Kita pulang sekarang." Bisik Sean lagi sembari menyilakan sehelai rambut Miracle yang menutupi wajah cantik wanitanya. Dengan penuh frustasi, Miracle melepaskan diri dari dekapan Sean. Ia berjalan menuju dimana Kelvin dicekal oleh bodyguard itu. Dan Sean berbaik hati memberikan waktu untuk mereka. Melihat satu isyarat dari jemari boss-nya, bodyguard itu melepas cekalannya. Kelvin melirik kesal bodyguard itu lalu menghampiri Miracle. "Siapa mereka Miracle sampai-sampai melakukan ini kepadamu?" Cemas Kelvin memegang kedua pundak Miracle. "Aku akan melaporkannya ke kantor polisi." Lanjut Kelvin begitu kalut melihat kondisi Miracle yang menyedihkan. "Jangan! Jangan pernah lakukan itu." Seru Miracle dalam hati sembari menggelengkan kepala. Ia menggenggam tangan Kelvin dan menggelengkan kepalanya lagi. "Tidak. Ini tidak bisa dibiarkan. Dia sudah sadis menghancurkan kedai milikmu." Mata Miracle hanya bisa memohon menatap Kelvin. Supaya Kelvin mengerti kalau lelaki bastard itu bukanlah orang biasa. Miracle terus menatap penuh mohon. Kelvin yang menatap mata itu tak sanggup lagi menolaknya. Ia menghela napas tak habis pikir. "Lalu kamu akan ikut bersamanya?" Kelvin menunjuk kearah Sean yang membalas tatapan mata bocah ingusan itu. Miracle mengangguk pelan. Hanya itu yang bisa ia lakukan sekarang. Karena jika tidak, bisa-bisa Kelvin akan mati ditangan pria bastard itu. "Oh ya ampun, Miracle." Kelvin menarik rambutnya dengan frustasi. Ia sudah membayangkan kehidupan mengerikan yang akan dialami wanita tunawicara ini. "jangan bodoh Miracle. Dia itu-" Kelvin tidak sanggup lagi melanjutkan perkataannya. Ia teringat kejadian tadi pagi, dimana Miracle dipaksa bercumbu dengan pria brengsek itu. Dan sekarang, menghancurkan kedai milik Miracle. Miracle merogoh sakunya untuk mengambil note dan bolpoin lalu menyodorkan kepada Kelvin setelah selesai menulis. Aku akan baik-baik saja. Tenanglah. Aku pasti datang menjengukmu. Ini sudah keputusan ku Sebenarnya Kelvin merasa berat melepaskan Miracle dengan lelaki brengsek itu. Tapi membaca tulisan itu, ia harus menghargai keputusan Miracle. Kemudian Kelvin memeluk erat Miracle, rasanya ia tidak ingin wanita dalam pelukannya ini pergi meninggalkan dirinya. Sean sedikit merasa kesal saat bocah ingusan itu memeluk Miracle "Pasti aku akan sangat merindukan dirimu. Sangat." Desis Kelvin sebelum akhirnya ia melepas pelukannya. *   Mungkin terlalu lelah menangis karena sudah menguras tenaga, pikiran dan hati. Miracle tak sadar sudah terlelap tidur dalam dekapan Sean selama perjalanan. Melihat kedamaian dalam tidur, membuat Sean tidak mau mengusiknya. Ia pun menggendong Miracle ala bridal style sejak keluar dari mobil sampai menaiki anak tangga menuju kamar. Dengan berlahan Sean meletakkan tubuh Miracle diatas tempat tidur. Ada sedikit geliyat kecil dari tubuh Miracle saat tubuhnya menyentuh kasur itu, ia seperti mencari kenyamanan dalam tidurnya. Sean yang hanya memperhatikan, mengusap singkat pipi lembut Miracle dan membiarkan wanita ini tidur dengan tenang. * Secercah cahaya kini menembus setiap cela kamar dimana Miracle tidur. Berlahan mata Miracle mengerjab-erjab karena silauan sinar matahari yang masuk. Dirinya terlonjak dari tidur saat ia sadar berada dimana dirinya sekarang. Semua masih sama. Batinnya menyebarkan pandangannya ngeri melihat setiap sudut kamar ini. Memorinya seraya kembali saat dimana kehormatannya terenggut disini. Ya tepat dikamar ini. "Kamu sudah bangun." Sontak suara itu mampu membuat menggidik. Sean yang sedari tadi menatapnya di dekat jendela hanya tersenyum lancip sebelum akhirnya melangkahkan kaki mendekati Miracle. Jantung Miracle langsung berdentum sangat kencang, bukan karena ia jatuh cinta melainkan rasa takut yang amat sangat. Baru saja bangkit dari tidurnya dan berniat turun dari tempat tidur untuk menjauhi lelaki bastard ini. Sean tiba-tiba sudah menubruknya hingga Miracle ambruk di atas tempat tidur lagi bersamaan lelaki bastard ini yang langsung menyerang dengan cumbuan panasnya. "Oh ya Tuhan..." Hanya kalimat itu yang sanggup Miracle ucapkan. Bayangan akan malam itu seperti terulang lagi. Lelaki ini memang benar-benar bastard. Bahkan Sean tidak memberikan kesempatan Miracle untuk bernapas. Tanpa kompromi, air mata pun telah basah di pipi mulus Miracle. Ia hanya bisa terpejam menerima serangan ini. Hidupnya sekarang seakan tidak berarti lagi. Semua yang dia lakukan akan sia-sia dibawah kekuasaan lelaki bastard ini. Meski ia menolak semua cumbuan ini, tapi tubuhnya tidak bisa ia kendalikan. Dasar tubuh tidak tau diri. Umpat Miracle dalam hati. Tubuh Miracle seketika terangkat penuh gairah bersamaan meringis menahan sakit saat satu jemari Sean menelusup masuk kedalam inti Miracle. Senyum menggairahkan itu muncul di wajah Sean saat erangan tak bersuara itu mampu membuat Miracle merasakan titik nikmat yang tidak bisa ditolak oleh tubuh wanita dihadapannya ini. Sean seakan membalaskan rasa frustasinya selama ini. Dengan memberikan serangan-serangan nikmat yang tak bisa ditolak oleh Miracle. Jemari Sean yang keluar masuk tanpa ijin itu benar-benar membuat Miracle menggeliat setengah mati. Apalagi saat Sean lebih mempercepat ritme gerakannya. Tubuh Miracle benar-benar indah meski masih terbalut oleh pakaian. " Oh, sweetie...Enjoy..... you must love it very much" desah Sean di dekat telinga Miracle. Meski tubuh Miracle tidak bisa menolak serangan Sean ini, tetapi akal warasnya masih berusaha memberontak dengan memukul-mukul dada lelaki bastard ini. Tapi bukannya Sean menahan tangan Miracle, ia justru melucuti semua pakaian wanitanya dengan satu tangan saja dengan sangat mahir. Baru saja melihat gundukan kenyal itu, Sean langsung melumatnya dalam-dalam. Miracle langsung menjambak rambut Sean yang sengaja membiarkan Miracle malakukannya. Kemudian Sean menyudahi jemarinya yang dari tadi bermain di inti itu. Dengan terus mencecap gundukan kenyal itu, Sean mulai melepas pakaiannya sendiri hingga benar-benar tidak mengenakan sehelai kain. Kepala Sean kini turun ke perut lalu turun lagi ke pusat inti Miracle. Jelas, Miracle langsung merapatkan kakinya, namun tangan kuat Sean menahannya untuk memberikan celah kepalanya supaya bisa bermain di pusat inti itu. Jantung Miracle rasanya ingin meledak saat ini juga. Ketika ia merasakan ada sesuatu yang berbeda dari yang pertama menari-nari di pusat inti darinya. Ada gelayar yang sangat amat dahsyat. Sehingga mampu membuat sekujur tubuhnya mengejang tiada tara. Antara tangis, marah, emosi, benci, gairah dan nikmat sudah tidak bisa Miracle bedakan lagi. "Are you ready, sweetie...?" Bisik Sean yang terdengar seperti desahan. Kedua jemari Miracle seketika mencengkeram kuat saat merasakan benda keras menelusup masuk kedalam pusat intinya. "Oohh...arrgghhh. henti....aaahhh... emmmph...kan...aargghhh!!" Jerit Miracle berusaha melawan dalam hati. Sean terus menggerakkan pinggulnya bahkan lebih bergairah daripada malam itu. Sepertinya saat ini Sean benar-benar terselimuti nafsu yang sangat besar dan menggairahkan. Ia bahkan tidak peduli dengan Miracle yang yang kesakitan karena tidak terbiasa mendapat serangan seperti ini. Tentu saja, laki-laki pertama yang merenggut keperawanan Miracle adalah Sean. "Aaaarrrgghh, sweetie....oohhh...aaahhh... come, sweetie.... aaaarrrgghh, come....Aarrgghh!!!!" Sean menekan dalam pinggulnya supaya mereka semakin menyatu beserta tubuh Sean yang langsung ambruk diatas tubuh Miracle. Saat ini hanya ada suara nafas yang saling bersautan diantara mereka. Berusaha menormalkan diri mereka masing-masing. * Sekarang mereka berakhir di bawah kucuran air. Setelah mungkin lima ronde mereka bercinta. Sungguh sangat gila Sean melampiaskan nafsunya dengan wanita yang sama sekali tidak mengenal seks. Rasanya sekujur tubuh Miracle remuk. Bahkan dia sudah tidak mampu melawan lagi. Air matanya pun sampai mengering. Jika ia bisa memilih, pasti Miracle akan memilih kerja sepanjang hari tanpa henti selama satu bulan penuh daripada melakukan hubungan seks seperti ini. Gilanya lagi, Sean masih ingin melakukannya lagi dibawah guyuran air shower ini. Entah, terbuat dari mana gairah yang dimiliki lelaki bastard ini. Mengerti bahwa Miracle benar-benar kewalahan menghadapi gairahnya yang sangat gila. Sean pun menggendong ala bridal style untuk membantu Miracle keluar dari kamar mandi. Lalu menurunkannya duduk di tepi tempat tidur. Sepertinya Sean benar-benar belum puas karena ia masih memberikan ciuman kepada Miracle lagi. Hanya saja, ciuman ini ia perlembut. Jangankan melawan, mengangkat tangannya saja Miracle sudah tidak sanggup lagi. Jadi, mau gimana lagi. Pasrah. Itu yang ada dalam benaknya saat ini. Untuk kali ini saja. *   Begitu lelap Miracle tidur setelah melayani nafsu gila lelaki bastard itu. Sangat, sangat lelap. Hingga tidak tahu sudah berapa lama ia tertidur. Sampai akhirnya tiba-tiba tubuhnya tersentak hingga terbangun. Mungkin karena rasa was-was yang sedang menyelimutinya. Takut jika lelaki bastard itu datang dan mulai melakukan hal gila lagi. Tak menyangka, perutnya berbunyi. Lapar. Ah, tentu saja. Ia belum makan apa-apa semenjak bertemu dengan Sean di kedainya. Ditambah lagi tenaganya sudah terkuras habis dengan kejadian-kejadian ironis yang menimpanya. "Oh...haruskah aku mengemis meminta makan ke lelaki bastard itu sekarang?" Kehormatannya sudah terenggut oleh lelaki itu. Apakah Miracle juga harus merendahkan harga diri karena perutnya yang tak tau diri ini. Baru pintu dibuka, Miracle mendengar jeritan kesakitan yang masih samar-samar di telinganya. Miracle seakan berhenti nafas sesaat untuk memastikan suara jeritan tersebut. Sepertinya ia mengenali suara pria itu. Bergegas Miracle menuruni anak tangga dan suara jeritan kesakitan tersebut semakin jelas. Dan sekarang ia benar-benar yakin siapa pemilik suara tersebut. Ya, Si tukang kebun itu. Oh ya ampun, apa yang sedang terjadi dengan beliau sehingga menjerit kesakitan seperti ini. Cepat-cepat ia menuju ke sumber suara. Dan benar, mata Miracle langsung tercengang saat mendapati si paman tukang kebun itu sudah babak belur di sekujur tubuhnya oleh perbuatan sadis beberapa orang berbadan besar disana. Bahkan kepala beliau sudah bercucuran darah. Sementara lelaki bastard itu hanya duduk menonton penyiksaan keji tersebut. "Oh ya Tuhan, kekejaman apalagi ini??!" Kedua tangannya menutup bibir yang menganga tak percaya. Saat mata Miracle melihat sebuah sabuk hitam yang tebal dan panjang itu melayang kearah tukang kebun yang berlutut mengenaskan minta ampun itu. Tanpa berpikir panjang, Miracle berlari kemudian meringkuk melindungi pria setengah baya tersebut. Otomatis, cambukan keras tidak bisa terhindarkan dan langsung mengenai punggung Miracle. "Aaahhhhsssss." Erangang tak bersuara itu mewakili rasa sakit yang sangat menyakitkan hingga Miracle memejamkan mata dalam-dalam. Sontak Sean terkejut, ia bangkit dari duduk sembari mengumpat. "What the f**k!?" Jantungnya seakan merasakan rasa sakit yang diterima oleh Miracle. Mata tajam Sean langsung menoleh kuat ke anak buahnya yang sudah berani memberikan cambukan pada wanitanya. Meski semua orang tahu bahwa kehadiran Miracle tidaklah disangka-sangka. Bahkan bukan termasuk kelalaian anak buahnya. Hanya saja kedatangan Miracle itu tepat dimana cambukan itu sudah hampir mengenai tukang kebun itu. Sehingga sudah tidak bisa dihindari lagi. Tapi tetap saja bagi Sean itu adalah kecerobohan yang fatal hingga wanitanya merasakan sakit yang tak seharusnya dirasakan. Sean melepas sabuk yang melingkar di pinggangnya sembari melangkah pasti menuju orang yang baru saja mencambuk Miracle. Tepatnya, tidak sengaja. Lalu dengan kuat Sean mencambuk anak buahnya. Tidak hanya sekali, Sean melakukan berkali-kali. Walaupun luka ditubuh Miracle masih menyengat, ia berusaha bangkit untuk menghentikan kekejaman Sean kepada anak buahnya itu. Sayangnya, baru saja bangkit berniat mengehentikan Sean. Pandangan Miracle berkunang-kunang, kepalanya seraya berputar-putar hingga akhirnya berubah gelap. Tubuh Miracle pun ambruk begitu saja di tanah tak sadarkan diri. Tentu hal itu mengalihkan perhatian Sean yang seketika terhenti. Kepalanya menoleh kearah Miracle yang sudah tergeletak disana. Tukang kebun disampingnya langsung berubah sangat cemas. Ia mendekat dan melihat kondisi Miracle. Untuk yang kedua kalinya, Miracle berhasil membuat jantung Sean tersentak hebat dalam waktu singkat.Entah bagaimana bisa jantungnya melakukan itu padanya, seakan Sean tidak bisa mengendalikan lagi emosi dalam dirinya. Segera Sean berlari mendekat lalu meletakkan kepala Miracle ke pangkuannya. "Miracle? Sweetie?" Panggil Sean sembari mengguncang kecil tubuh lemah Miracle kemudian mengusap pipi lembut itu. * Dokter Endruw menghela napas setelah memeriksa kondisi Miracle yang terbaring lemas diatas tempat tidur. Ia menoleh kearah Sean yang terlihat cemas, sampai-sampai mata tajam itu tidak berpaling dari sana. "Apa kamu tidak memberinya makan?" Celetuk dokter Endruw yang sangat kenal dengan sahabatnya ini. Mata Sean menoleh kearah Endruw sembari memutar kembali memori sejak bertemu Miracle di pantai itu. Oh astaga, memang benar. Karena sangking senangnya Sean telah menemukan Miracle, ia lupa mengajaknya makan. Bahkan parahnya lagi, Sean justru memaksanya bercinta sampai berkali-kali. "Setidaknya beri dia tenaga untuk melayanimu." Tepuk Endruw menyindir Sean tanpa rasa takut. Mendengar sindiran itu rasanya Sean ingin menghantam mulut sahabatnya, tapi kenyataannya memang benar seperti itu, jadi ia kurungkan niatnya. "Aku akan memberikan vitamin. Dan resep untuk lukanya." Endruw membubarkan pikiran Sean. *
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD