3. Makan Malam Yang Tidak Biasa (1)

1160 Words
Satu minggu berlalu dan selama satu minggu itu pula Esa tidak diberi ijin untuk kemanapun selain melakukan pengobatan untuk kakinya. Empat hari berikutnya ia melakukan ujian akhir, benar-benar fokus pada ujian. Setelah hari dimana Ibunya mengatakan tentang pasangan untuknya tempo hari, Esa mencoba merelakan Mini. Ia berusaha untuk tidak melihatnya, berpapasan atau menatap gadis itu. Ia benar-benar menghindarinya. Meskipun terasa sulit, namun ia harus melakukannya. Soal Intan? Gadis itu juga sudah ia beritahu prihal perjodohannya. Meskipun ia belum tau tujuan Intan selama ini mendekatinya untuk tujuan apa. Namun ia merasa perlu untuk mengatakan hal itu. Benar saja, setelah hari itu Intan tak lagi mendekatinya barang sedikitpun. Esa lega. Ia bahkan merasa sangat lega. Meskipun jadi pergunjingan banyak orang tentang jarak yang terjadi antara dirinya dan gadis itu. Tapi terkadang ia berpikir, kenapa tidak dari dulu ia mengatakan hal itu untuk menjaga jarak dengan Intan? Tapi yasudahlah, hal itu sudah terjadi. Toh dia tidak memaksa juga untuk mendekat. Sementara itu dilain sisi justru Mini yang merasa sangat aneh. Entahlah, ia tiba-tiba merasa Esa sangat menghindarinya setelah hari itu. Terkadang Mini berpikir, apakah Esa menghindarinya karena pernyataan itu? Atau kenapa? Awalnya Mini merasa tidak begitu peduli. Tapi begitu melihat Esa yang selalu menghindarinya ia merasa sangat aneh. Apalagi ruangan ujian mereka sama, bahkan mereka duduk berhadapan. Tapi Esa seolah tak mengindahkan dirinya, jangankan tersenyum, menatapnya pun tidak. Namun Mini akan tetap menjadi Mini, meskipun merasa aneh tetap saja tingkat rasa pedulinya pada Esa sangat rendah. Ia tak peduli jika Esa menghindarinya, atau bahkan menjauhinya. Toh selama ini mereka memang tidak dekat kan? *** Pagi itu Mini telah rapih dengan stelan casual-nya. Ia mengenakan sebuah jeans yang semakin menunjukkan kaki jenjangnya yang dipadu padankan dengan sebuah kaus longgar dan long coat yang menunjukkan tubuh jenjangnya. Sementara rambutnya sengaja ia urai begitu saja tanpa ada aksen apapun.   “Kemana Min? Tumben rapih padahal gak ke sekolah.” Ujar Renata begitu melihat puterinya gabung di meja makan.   “Nonton pertandingan Taekwondo Ma.” Jawab Mini.   Renata menghela nafas. “Dirumah aja bisa gak Min? Kamu tuh gak ada kerjaan banget nontonin orang berantem mulu.”   “Ya—pujaan hatinya Kak Mini kan disana Ma, pasti Kak Mini nonton lah.”   Mini mendelik menatap Reza yang memang sedari tadi sedang menyantap memainkan ponselnya. Adiknya ini benar-benar ember belah, tidak pernah bisa menjaga rahasianya sedikitpun. Pernah sewaktu-waktu ia bertanya kenapa ia selalu mengatakan semua hal tentangnya pada ibu mereka? Jawaban Resa? Dia bilang, mematuhi dan jujur pada orangtua lebih darisegalanya. Memang sih, tapi masa iya kan rahasia kakaknya sendiri harus di umbar begitu? Habislah ia setelah ini.   “Yohan lagi? Ngapain sih Min? Mama kan udah bilang. Kamu gak usah neko-neko buat suka sama siapapun, percuma. Kamu tuh--.”   Mini menghela nafas mendengar penuturan itu. Kalimat yang sama dengan kalimat yang selalu ibunya itu ucapkan setiap ada kesempatan.   “Ma—Mini cuma mengagumi dia aja. Gak yang gimana-gimana kok. Mini cuma seneng aja litanya terus sekalian refreshing kan kemaren baru beres ujian.”   “Yaudah pergi aja kalo emang kamu mau nonton. Jangan pulang terlalu sore. Malam ini kita makan malam diluar.” Ujar Rangga seraya menyimpan ponsel pintar dari tangannya.   “Yeeyyy!!.” Seru Reza.   Mini justru menatap ayahnya dengan tatapan aneh. “Tumben Pa?”   “Ngerayain ujian kamu yang udah selesai aja Min. kamu gak mau ya?”   “Bukan begitu Papa, aneh aja. Tumben gitu Papa ngajakin makan diluar. Biasanya Mama sama Papa anti banget makan-makanan diluar.”   “Sekali-kali aja Min.” ujar Renata. “Kamu harus dandan yang rapih. Bajunya udah Mama siapkan dilemari.” Lanjutnya.   Mini mengerutkan keningnya. “Baju yang mana?.”   “Dress pink. Perasaan Mama gantung diluar lemari kamu semalem.”   Mini membulatkan matanya. Ia harus memakai gaun? Oh BIG NO. “MA. Apa harus? Ma—Mama tau kan Mini paling gak mau pake dress. Apalagi cuma makan malem. Ayolah Ma, baju Mini aja yang ada ya?” Mini menatap Renata dengan tatapan sangat memelas.   Renata menggeleng pelan.”Mama udah ijinin kamu pergi sekarang, makanya buat malam nanti kamu harus ikutin mau Mama.”   “Ma—“   “Gak ada penolakan Min. Mama bilang dress itu, ya dress itu.”   “Tapi Ma—ini tuh kita cuma mau makan malem loh.”   “Yaudah berarti kamu gak usah pergi kalo mau bantah Mama terus.”   Mini mendesah pelan kemudian mengangguk pasrah. “Baiklah.” Daripada ia tak bisa pergi kan? Perkara dress doang kok. Tak akan seburuk itu. Tekadnya dalam hati.   ***   Sementara itu dikediaman keluarga Dirgantara tampak begitu hangat. Kedua orangtua Esa dengan suka cita mengucapkan selamat untuk ujiannya yang telah berakhir, begitupun dengan Kakek dan Neneknya. Bahkan pasangan yang lebih tua itu memberinya masing-masing satu kotak hadiah.   “Kek, padahal gak perlu begini. Esa belum tentu jadi juara Umum, Esa juga belum tau hasil ujiannya.” Ujar Esa begitu menerima kotak itu. “Nenek juga. Harusnya nanti saja di kelulusan Esa.”   “Ini bukan apa-apa sayang, nanti Kakek beri hadiah lain saat kelulusan. Pokoknya Kakek bakalan kasih kamu hadiah liburan kemanapun yang kamu mau.”   “Benar Kek? Liburan sendiri kan?” Tanya Esa dengan antusias. Ya—ia memang sangat senang, pasalnya selama ini ia memang tak pernah bisa liburan sendiri. Pasti harus bersama salah satu orangtuanya atau bersama Kakek dan Neneknya itu. Padahal ia sudah besar dan ia yakin bisa menjaga diri.   Senyuman Esa semakin merekah saat pertanyaannya mendapatkan anggukan dari sang Kakek. “Ya—sesukamu Sa. Tapi jangan ke luar negeri dulu ya.”   Esa tersenyum cerah kemudian mengangguk. Sebenarnya keinginan Esa tak muluk-muluk. Ia hanya ingin jalan-jalan di sekitaran Bali dan Lombok, atau ke manapun yang memiliki pemandangan pantai yang indah.   “Sa, nanti malam kamu ingat kan ada apa?” Tanya Nenek.   Senyuman Esa sedikit luntur, kemudian ia menganggukkan kepalanya. Ia tau persis malam ini akan terjadi hal apa. Ya—malam ini malam dimana ia akan bertemu dengan calon pasangan masa depannya. Pasangan yang akan menjadi satu untuk seumur hidupnya.   Pasangan Dirgantara yang lebih muda menatap sang putera dengan perasaan bersalah. Keduanya bahkan saling berpandangan setelah menatap puteranya itu, sebenarnya mereka tak ingin Esa di jodoh-jodohkan seperti itu. Namun, bagaimana lagi? Semuanya sudah diatur dengan matang, mereka tak bisa membantah lagi.   “Sa, hari ini kamu wakilin Ayah ya.” Ujar ayah Esa yang memiliki nama lengkap Mahardika Raheesh Dirgantara yang akrab dipanggil Raheesh. Lelaki dewasa itu hanya berusaha mengalihkan perhatian sang putera dari hal-hal berat yang akan dia hadapi.   “Kemana Yah?” Tanya Esa.   “Kamu inget pertandingan Taekwondo yang waktu itu Ayah ceritain gak? Kebetulan Ayah donaturnya tapi Ayah gak bisa dateng. Kamu wakilkan ya.”   Esa mengangguk patuh, karena pada dasarnya Esa memang sangat patuh dan tak pernah membantah perintah keluarga.   “Ayah—kali aja Esa ada kegiatan.” Tegur Viona. Perempuan cantik itu Viona Lailah Dirgantara yang tak lain adalah ibu dari Esa, ia menatap sang putera. “Kalo Esa ada kegiatan gak perlu dateng.”   Esa tersenyum dengan sangat tenang. “Gak ada kok Bun, Esa gak ada kegiatan lain. Tadinya Esa mau ikut Ayah ke kantor, tapi kalo ada kegiatan lain yaudah. Esa biar kesana aja wakilin Ayah, Bun.”   Viona tersenyum seraya mengusak puncak kepala putera kesayangannya itu. “Yaudah, nanti kalo bosen pulang aja atau ke kantor Ayah juga gak apa-apa kok.”   Esa mengangguk lagi. “Iya Bunda.”   Begitulah Esa, dia hanya seorang anak yang sangat penurut dan sangat lembut. Ia bukan sosok pemberontak, ia justru sosok yang sangat patuh akan aturan. Meski terkadang ingin membantah, tapi Esa selalu ingat kalau pengorbanan orangtuanya yang merawatnya selama ini sangatlah besar, jadilah ia selalu mengikuti semua keinginan orangtuanya karena menurutnya dengan ia mengikuti semua hal yang di inginkan oleh orangtuanya pun, semua hal yang telah diberikan orangtuanya belum tentu terbayar.   ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD