3. Know

1572 Words
Flashback sebelum Dhemayra nembak Ardaffi Ardaffin sedang duduk di atas rerumputan hijau yang tumbuh subur di taman SMA Trisatya, tubuhnya bersandar pada sebuah pot tanaman persegi panjang yang terbuat dari semen. Tangan laki-laki itu memegang ponsel, headset bluetooth berwarna putih terpasang ditelinga kanannya. Ibu jari Ardaffin sibuk bergerak mengarahkan karakter yang ada di dalam sana. Laki-laki itu sedang memainkan game online yang digandrungi para anak muda sekarang. "Eletha!!" Mendengar nama salah satu teman sekelasnya di panggil dengan suara yang cukup keras, Ardaffin spontan menghentikan pergerakan jarinya. Tidak lama, setelahnya laki-laki itu kembali melanjutkan permainannya. "Demi gue Dhe!! Gue mohon…" Ardaffin langsung mematikan ponselnya, tidak peduli dengan nasib game yang dimainkannya. Laki-laki itu mengintip disela-sela tanaman semak. Ardaffin bisa melihat ada Eletha yang memegang kedua bahu Dhemayra dengan memasang ekspresi memohon, dan juga Vrisya yang terlihat marah. Kenapa teman sekelasnya menyebut-nyebut nama gadis yang disukainya? Sedari tadi Ardaffin memang tidak menyadari keberadaan mereka. Posisi yang cukup jauh membuat Ardaffin tidak bisa mendengar pembicaraan mereka sebelumnya. Laki-laki itu baru menyadari kehadiran mereka setelah ada yang berteriak memanggil nama Eletha. Vrisya menarik kasar pergelangan tangan Eletha yang masih memegang kedua lengan Dhemayra. Mencengkeram kuat pergelangan tangan Eletha seraya menatapnya tajam, "lo gila?!" Eletha memandang Vrisya tajam, "iya! Gue gila!" "Kenapa harus minta sama Dhemayra?!" "Kalo gue minta sama lo, emang lo bakal mau?" Eletha terkekeh melihat Vrisya yang terdiam, kepala Eletha lalu menggeleng, "enggak 'kan…." Eletha menyentak tangan Vrisya dan kembali mendekati Dhemayra. "Gue mohon Dhe kabulin permintaan gue kali ini aja, setelah itu gue gak akan minta apa-apa lagi sama lo." Vrisya tersadar dari keterpakuannya. Gadis berambut panjang itu berdecih mendengar penuturan Eletha. "Kali ini aja? Lo selalu ngomong gitu setiap minta apapun sama Dhemayra, tapi apa? Lo malah terus-terusan minta Dhemayra ngelakuin sesuatu buat lo!" Eletha tidak menjawab perkataan Vrisya. Eletha memilih setia memandang Dhemayra penuh permohonan, "Dhe…." Ardaffin beralih menatap gadis berambut pendek yang berada di hadapan Eletha. Gadis yang disukainya itu menunduk sambil meremas jari-jarinya. Sebenarnya apa permintaan Eletha kepada Dhemayra hingga membuat Vrisya menjadi marah? • • Sungguh sekarang Ardaffin merasa kalau dirinya adalah seorang stalker. Setelah kejadian tadi pagi, laki-laki itu terus diam-diam mengikuti dan selalu memperhatikan pergerakan Dhemayra diluar jam pembelajaran. Ardaffin sangat penasaran tentang permintaan Eletha kepada Dhemayra. Meskipun Ardaffin bukan—belum menjadi— kekasih Dhemayra, tapi sebagai laki-laki yang menyukai gadis itu Ardaffin tetap berhak untuk mengetahuinya kan? Ketika bel pulang berbunyi, Eletha langsung membawa Dhemayra pergi ke bangunan sekolah yang baru. Otomatis Ardaffin juga pergi mengikutinya. SMA Trisatya baru membangun satu bangunan lantai dua yang memiliki empat ruangan. Dan difungsikan sebagai tempat praktek komputer. Sekolah sudah kosong, Eletha dan Dhemayra duduk di bangku panjang. Sedangkan Ardaffin mendudukkan dirinya di anak tangga. Tepatnya tangga yang memisahkan dua ruangan lantai satu. Tempat persembunyian paling aman menurut Ardaffin. Bangku tempat Eletha dan Dhemayra duduk, sedikit jauh dari posisi Ardaffin saat ini. Ardaffin menatap jam tangan hitam miliknya. Sudah dua puluh menit berlalu, namun masih tidak ada yang membuka suara. Laki-laki itu membenamkan wajahnya di antara lipatan tangan, Ardaffin bertekad akan tetap menunggu Dhemayra sampai gadis itu selesai dengan urusannya. "Jadi gimana? Lo mau kan bantuin gue?" Akhirnya Eletha membuka suara. Ardaffin mengangkat kepalanya, berdiri dan berjalan mendekati dinding yang menghalangi penglihatan dua gadis itu. Ardaffin menyandarkan tubuhnya di sana, membuka telinganya lebar-lebar agar bisa mendengar dengan jelas jawaban dari Dhemayra. Namun nihil, Dhemayra masih tidak membuka suaranya. "Kemarin gue liat Ardaffin lagi sama cewek. Gue denger Ardaffin manggil dia Nadira." Ardaffin mengerjap. Jadi kemarin Eletha melihatnya bersama dengan Nadira—kakak sepupunya. Tapi kenapa Ardaffin tidak menyadarinya? "Nadira ngasih bekal buat Ardaffin." Lanjut Eletha. Iya benar. Kakak sepupunya itu memang memberikan bekal. Karena kemarin pagi Ardaffin tidak sempat menghabiskan sarapannya dan ibunya meminta kepada Nadira untuk membawakan bekal untuknya. Dan kebetulan Nadira adalah siswi kelas dua belas di sekolah Ardaffin. Karena Nadira membawa-bawa nama ibunya, akhirnya Ardaffin menerima bekal itu dengan terpaksa. Tidak ada salahnya 'kan menerima bekal dari kakak sepupunya? "Terus cewek itu ngelus kepala Ardaffin dan Ardaffin nggak nolak sama sekali, Dhe." Ardaffin membulatkan matanya. Apa-apaan?! Jadi Eletha juga melihat bagian yang itu dan Eletha malah menceritakannya kepada Dhemayra. Bagaimana jika Dhemayra salah paham?! Karena hanya sedikit orang yang mengetahui bahwa Ardaffin memiliki sepupu perempuan yang satu sekolah dengannya. Ardaffin sedikit menyembulkan kepalanya, ingin melihat reaksi Dhemayra saat mendengar dirinya yang sedang bersama dengan perempuan lain. Apa gadis merasa sedih ataupun cemburu? Laki-laki itu mengerutkan keningnya. Ini terbalik! Kenapa malah Eletha yang terlihat sedih? Harusnya kan Dhemayra! Eh tidak. Sebenarnya Ardaffin yang berharap Dhemayra merasa seperti itu. Eletha perlahan mengeluarkan suara isakan. Sedangkan Dhemayra mengelus punggung gadis yang sedang menangis itu. Ardaffin dapat menyimpulkan bahwa Eletha menyukainya, dan bukan gadis yang diharapkannya. Ardaffin kembali menyandarkan tubuhnya pada dinding. Ardaffin menyentuh dadanya, merasakan dadanya yang terasa sesak. Laki-laki itu kecewa dengan kenyataan bahwa bukan Dhemayra orang yang menyukainya. "Gue akuin kalau gue emang egois. Gue takut ditolak, Dhe." Ardaffin masih setia menjadi pendengar. Laki-laki itu masih menunggu satu patah kata dari gadis berambut pendek yang berada di samping Eletha itu. "Gue cuman mau tau cewek yang sama Ardaffin itu beneran pacarnya atau bukan. Mungkin dengan lo yang nembak Ardaffin, gue bakal tau." Bola mata Ardaffin melebar, jadi Eletha menyuruh Dhemayra untuk mengajaknya berpacaran. Pantas Vrisya sangat marah. Tapi kenapa hanya untuk mengetahui hubungannya dengan Nadira, Eletha malah menyuruh Dhemayra menembaknya? "Gue rasa itu satu-satunya cara buat tau status Ardaffin. Gue udah tanya ke semua temen-temen futsal Ardaffin, tapi mereka gak tau Ardaffin punya pacar atau nggak." Eletha memiringkan tubuhnya menghadap Dhemayra. "Gue juga udah tanya Basraka karna gue yakin dia tau sesuatu tapi…" Eletha tersenyum sendu seraya menggelengkan kepala, "…dia nggak mau kasih tau." "Kalau nanti Ardaffin nolak, lo tanya alasannya. Lo itu kan nggak pedulian sama cowok dan lo juga nggak punya perasaan sama Ardaffin. Jadi gue pikir lo bakal baik-baik aja setelah ditolak Ardaffin," lanjut Eletha. Apa yang dikatakan oleh Eletha benar? Dhemayra tidak memiliki perasaan apapun terhadap Ardaffin. Apa Dhemayra sungguh akan baik-baik saja jika ditolak oleh dirinya? "Lo mau lakuin itu buat gue kan, Dhe?" Ardaffin kembali menyembulkan kepalanya. Laki-laki itu melihat Eletha yang berjongkok sambil menggenggam erat tangan Dhemayra. Ardaffin memfokuskan pandangannya pada Dhemayra yang terdiam menatap Eletha. Semoga Dhemayra menolaknya. Walau nanti gadis itu mengajaknya berpacaran hanya karena permintaan Eletha, tetapi Ardaffin akan tetap merasa bersalah jika harus menolak ajakan Dhemayra. Laki-laki itu melihat Dhemayra yang menganggukkan kepalanya. "Iya. Gue bakal lakuin itu." Dhemayra berucap dengan raut wajah penuh keyakinan, gadis itu seolah siap melakukan apapun demi sahabatnya. • • "Gue gak nyangka Dhemayra mau nembak lo demi nurutin permintaan Eletha." Basraka menggeleng-gelengkan kepalanya, speechless setelah Ardaffin menceritakan semua kejadian sebelum Dhemayra mengajak Ardaffin berpacaran. Ardaffin membaringkan tubuhnya ke ranjang berseprai abu-abu miliknya dengan tangan sebagai bantalan. Mereka berdua ada di dalam kamar Ardaffin. Jangan salah paham!! Mereka nggak ngelakuin yang aneh-aneh kok. Ardaffin tersenyum seraya memandang langit-langit kamar yang dicat berwarna hitam. "Karna sifatnya itu, gue jadi makin jatuh cinta sama dia." Basraka yang mendengarkannya merasa akan memuntahkan isi perutnya. Sejujurnya Basraka belum terbiasa dengan sifat Ardaffin yang tertalu over jika berkaitan tentang Dhemayra. Basraka menatap Ardaffin yang masih tersenyum sendiri. "Harusnya lo nerima Dhemayra, Daf." Senyum yang terpasang di wajah Ardaffin perlahan luntur, "dia terpaksa ngelakuin itu, Bas." "Meskipun dia terpaksa, seharusnya lo terima dia. Lo berhak egois Daf!" Melihat sikap gadis itu yang terlampau dingin kepada semua laki-laki, membuat Basraka merasa kalau Ardaffin tidak akan pernah bisa mempunyai kesempatan untuk bersama dengan Dhemayra. Saat Dhemayra sendiri yang mengajak Ardaffin menjalin hubungan, seharusnya Ardaffin menggunakan kesempatan itu dengan menerima Dhemayra. Meskipun, jika Dhemayra melakukannya secara terpaksa. Namun seiring berjalannya waktu perasaan terpaksa itu perlahan akan berubah menjadi perasaan cinta. Ardaffin bangun dan duduk menghadap Basraka, menatap sahabatnya dengan tatapan tak percaya. "Lo mau gue ngerusak persahabatan cewek yang gue sayang, Bas?" Ada jeda beberapa saat sebelum Ardaffin melanjutkan ucapannya. "Gue cuman mau jalanin hubungan itu kalau gue sendiri yang nembak Dhemayra. Bukan malah sebaliknya." Sahabatnya itu bodoh atau bagaimana, Basraka mengusap kasar wajahnya. "Bukannya nanti sama aja. Karena lo suka sama Dhemayra, otomatis lo juga udah ngerusak persahabatan dia." Basraka benar kan? Misalkan nanti Ardaffin mengajak Dhemayra menjalin hubungan, persahabatan Dhemayra akan tetap hancur jika Eletha mengetahui bahwa laki-laki yang disukainya malah menyukai sahabatnya. Basraka sangat tahu bagaimana tabiat seorang gadis kalau sudah mengetahui lelaki yang disukainya ternyata malah menyukai orang lain. Apalagi jika itu adalah temannya sendiri, hubungan persahabatan yang terjalin bertahun-tahun pun akan rusak hanya karena seorang laki-laki. Jadi Basraka berpikir, kenapa tidak sekalian dihancurkan sekarang saja? "Kalau gue jadi lo, gue nggak akan pernah sia-siain kesempatan itu." Jika Basraka berada di posisi Ardaffin, Basraka tidak akan pernah melewatkan kesempatan yang belum tentu akan datang lagi. Sebenarnya ada alasan mengapa Ardaffin tidak memperjuangkan cintanya kepada Dhemayra selama ini. Ardaffin terlalu sibuk dengan kegiatan sepakbola miliknya, dia tidak memiliki waktu untuk berpacaran. Ardaffin juga tidak terlalu khawatir Dhemayra direbut laki-laki lain karena gadis itu terkenal sangat anti laki-laki. Ardaffin berpikir Dhemayra pasti tidak akan menjalin hubungan dengan siapapun sembari dia menyelesaikan semua kegiatan sepakbolanya. Basraka turun dari ranjang, berdiri memandang Ardaffin yang menunduk. Laki-laki itu menghembuskan nafasnya, sepertinya Basraka harus membiarkan Ardaffin sendiri untuk saat ini. "Gue balik." Ardaffin mengangkat kepalanya, matanya bergerak mengikuti pergerakan Basraka yang berjalan mendekati pintu. Basraka mengurungkan niatnya untuk menyentuh gagang pintu, membalikkan tubuhnya menghadap sang sahabat yang masih menatapnya. Basraka menyunggingkan sebuah seringaian menyebalkan. "Satu lagi! Kalau lo gak mau ngerusak persahabatan mereka, lupain perasaan lo sama Dhemayra." • • •
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD