Jawaban yang tak memuaskan

2258 Words
Dhaffin dibiarkan menunggu diruang tengah sebelum luka Edna selesai diobati didalam ruangan khusus didalam. Sampai kemudian tiba-tiba seseorang dengan rambut coklat hitam bergelombang masuk kedalam ruangan begitu saja, pria yang penampilannya cukup nyentrik tersebut berbadan tinggi besar dengan rambut yang diikat dan dibiarkan tersampir dibahunya yang tertempel coat berwarna pink? Sedangkan didalam coat yang dia kenakan dia mengenakan jas berwarna serba hitam. penampilannya akan macho seandainya pria itu menyingkirkan coat mencolok yang di kenakan. Terlebih lagi, bukan hanya warnanya yang pink terang tapi juga motif bunga bunga berwarna merah. Semakin membuat Dhaffin mempertanyakan kejelasan dan selera berpakaian dari pria itu. Matanya yang hitam menatap Dhaffin begitu lekat, setengah membuat pria itu tersentak karena tak siap dengan tatapan super intens macam itu. Apalagi ketika pria besar itu tersenyum mencurigakan dan melangkah mendekat kearahnya. Demi Tuhan Dhaffin benar-benar dilanda ketakutan amat besar sekarang. Tingkahnya yang mencurigakan dan penampilannya yang eksentrik itulah penyebabnya. “Tidak kusangka aku akan bertemu langsung denganmu disini, Nak Dhaffin.” Sekali lagi pemuda itu tertohok bisa-bisa informasi soal namanya bisa diketahui dengan mudah oleh orang-orang asing ini. Seperti dirinya telah kehilangan privasi. “Eh? Anda mengenal saya ?” seruan itu dibalas tawa oleh pria asing ini. Dan kali ini yang membuat Dhaffin shock adalah pria itu dengan santainya meraih sebelah tangan Dhaffin lalu mengecupnya penuh perhatian secara perlahan. Fix Dhaffin merinding sekarang, baru kali ini seumur hidupnya ada seorang pria yang memperlakukannya seperti seorang putri. Terlalu kaget dengan sikap spontan pria itu. “Ketika aku melihatmu secara langsung kau benar-benar sosok yang cantik. Oh.. apa ini? tanganmu terluka? Maafkan aku.” “Ah.. anu tuan bisakah anda melepaskan sebelah tangan saya ?” “Apa yang anda lakukan disini? Apa yang sedang anda lakukan sekarang ?” Edna keluar dari ruangan tempat perawatan lukanya meski caranya berjalan belum bisa dibilang normal tapi setidaknya tidak ada darah yang merembes keluar. Ivanka sepertinya telah melakukan tugasnya dengan baik. Dan lagi, kini penampilan Edna lebih casual meski dirinya mengenakan pakaian dengan ukuran yang lebih  besar dari tubuhnya. “Eh.. begitukah salam sapa yang baik kepada ketuamu sendiri Nona Edna?” pria itu beralih pada Edna. Setengah merajuk padanya. Mengabaikan Dhaffin setelah Edna menarik perhatiannya dengan kata-kata yang keluar dari mulutnya dengan nada yang begitu tajam. “Anda ketua?” Meski tak menyangka bila pria aneh dan sedikit c***l ini memiliki posisi setinggi itu. Tapi apa benar dia adalah ketua GSF? Pemegang seluruh informasi mengenai dirinya yang tak bisa dia dapatkan dari siapapun. “Namaku Frederic Schiffer. Saya merupakan ketua dari GSF.” Ucap pria itu, kali ini pembawaannya terlihat berbeda lebih berkharisma dan tegas. Kemana perginya sikap kekanakan dan konyol yang dia perlihatkan sebelumnya? Ini seperti dia bisa berkamuflase dengan mudah karena kepribadiannya yang tidak biasa. Apalagi nada suara nya yang berwibawa menandakan adanya keseriusan dalam setiap perkataannya. Apa tidak apa-apa bagi pria ini memperkenalkan nama lengkapnya dengan semudah itu ? bahkan beberapa orang yang telah Dhaffin temui enggan berbagi informasi nama sekalipun. Alasan keamanan dan berbagai macam alibi lah yang dia terima ketika mencoba menguak soal itu. Bahkan Edna yang berada disisinya saja tak pernah menyebutkan nama lengkapnya. Dhaffin sendiri pun tak yakin apakah Edna adalah nama asli wanita itu atau nama yang dia gunakan untuk misinya kali ini. “Kurasa kalian sedikit lebih akrab daripada perkiraanku.” Ujar Frederic lagi, Dhaffin melirik kearah Edna yang telah duduk diposisi pertamanya ketika berada diruangan ini. Disebelahnya. Dhaffin bisa merasakan bahu wanita itu pada kulitnya. Merasakan adanya sedikit ketegangan juga kelembutan dan kehangatan tubuhnya dari sana. Suhu tubuh alaminya. Sedangkan Ivanka dan Frederic mengambil tempat duduk disebrang mereka berdua. Sambil tentu saja mereka memperlihatkan raut muka yang sedikit tak bisa dimengerti. Penuh teka teki namun menyimpan satu kesimpulan yang sama. Dhaffin sendiri tak mau tahu soal artinya. Lebih pada tak ingin tahu meskipun dirinya sudah menduga pandangan aneh itu. “Dia adalah tanggung jawabku. Wajar apabila kami dekat karena aku perlu dia untuk berada dalam jangkauan perlindunganku.” Kala itu Edna yang memulai pembicaraan kali ini dengan kata-katanya yang lugas dan tegas. Seperti dirinya yang biasa. “Bukan begitu cantik, kenapa kau sangat jahat dan kaku padaku seperti itu hm? Bukankah aku sama sekali tidak pernah mengajarimu untuk bersikap kasar begitu!” rengekan terdengar lagi dari Frederic seluruh wibawanya meluntur karena dia melakukan hal itu. Membuat Dhaffin mengernyit karena perubahan drastis pria itu. Sekali lagi mempertanyakan kebenaran statmentnya beberapa saat lalu soal dia yang adalah seorang ketua. “Bagaimana ini Ivanka? Edna sama sekali tidak mau dengar apa yang sudah aku ajarkan. Dia tidak mau mengerti padahal aku sudah mengajarinya tata cara menjadi gadis manis yang menarik.” “Tenanglah Frederic, Edna masih muda. Wajar jika dia berad dalam masa pemberontakan dan tak mau dengar saran saran darimu. Lagipula dia itu tipe orang yang lebih bisa belajar sendiri dari pengalamannya daripada diajari mentah mentah olehmu. Semua hal bisa dengan mudah dipelajari dari pengalaman hidup pribadi bukan?” jawaban dari Ivanka malah membuat situasi diantara kami jauh daripada keseriusan. Dia sedang mencoba menjodohkan kami bukankah seperti itu? Itu hanya dugaan sementara. Tapi melihat reaksi Edna, entahlah Dhaffin tidak tahu harus merespon mereka seperti apa. Dia jadi kesulitan mempercayai orang baru dengan begitu mudah. “Ada saya didepan kalian. Obrolan kalian berdua dapat saya dengar dengan jelas dari sini. Saya harap kita bisa kembali pada topik yang utama daripada berfokus pada hal-hal tidak penting.” Potong Edna cepat. Sepertinya wanita itu sedang berada dalam mood yang kurang baik. Dia terlihat sangat tidak sabaran. Setelah mendengar argumen dari Edna. Suasana kemudian berubah menjadi serius. Tidak ada candaan, yang ada hanyalah tatapan yang intens sebelum pada akhirnya Ivanka buka suara terlebih dahulu. “Baiklah. Silahkan Frederic kau yang harus menyampaikannya.” Ivanka kemudian dengan cepat mengambil alih situasi menjadi moderator yang netral bagi mereka. Frederic berdehem, selanjutnya pria itu menatap pada Dhaffin dengan sorot mata yang penuh keseriusan. “Ini mengenai masalah yang menimpamu Nak Dhaffin.” Ketika namanya tersebut, otomatis seluruh tubuhnya menegang kaku. Dhaffin tidak dapat melakukan hal lain selain waswas atas informasi yang mungkin akan dia dapatkan kali ini. tanpa sadar tangannya mencengkram erat bajunya sendiri. Sebelum pada akhirnya sebelah tangan Edna merayap dan berada diatas tanganku. Seolah memberiku dukungan meski dia tidak bersuara sedikitpun. Dia tahu ini akan menjadi topik paling serius dan terlalu dalam baginya entah dia bisa menerima nya atau tidak kedepannya. Tapi Dhaffin berharap ini tidak sefatal seperti yang berada dalam pikirannya. Tapi, demi sebuah kebenaran bukankah tak sedikit orang memilih untuk menukarnya dengan apapun tak peduli bila hal tersebut adalah nyawa? “Seperti yang telah aku titahkan pada Edna. Sepertinya Edna telah menepati janjinya untuk tidak memberitahukan soal ini padamu. Jadi biarkan aku yang melakukannya karena ini memang harus aku sampaikan secara langsung padamu.” Frederic memulainya. Suasana yang berada diruang tengah senyap secara tiba-tiba. “Aku hanya akan menceritakan garis besarnya saja. Tidak mendetail.” Lagi-lagi jawaban yang tidak memuaskan. Bukankah hal tersebut sama saja dengan hanya memberikan kisi-kisi bukan sebuah jawaban jelas yang dinantikan? “Kenapa kalian semua selalu mengatakan hal yang sama? Aku bosan dengan itu. Tidak bisakah kalian mengatakan semuanya padaku tanpa perlu menutupi sebagian dari yang lainnya?” kali ini Dhaffin angkat bicara. Lebih emosional lagi sebab bukan sekali dua kali dia diperlakukan seperti ini. Tidak adil. “Karena hal tersebut demi keselamatanmu sendiri. Karena aku tidak ingin menyeretmu lebih dalam kedalam masalah ini. meski rasanya tidak pantas bagiku karena kau telah terlanjur masuk. Tapi yang harus kau yakini adalah kami disini ada untuk membantumu melewati ini.” Kali ini tangan yang tadinya hanya ada untuk hinggap beralih menjadi mencengkram tanganku dengan begitu erat, terasa begitu hangat. Dhaffin melirik kearah Edna yang juga masih berada dalam posisi menyimak sang ketua berbicara. Tangan wanita itu menangkupnya dalam diam, tanpa mengubah sedikitpun posisi duduknya maupun melirik balik meski sesaat. Matanya memancarkan sebuah perasaan lain, meski Dhaffin tak bisa menerka itu apa. Namun sukses mengusiknya hingga titik palung terdalam dihatinya. Kehangatan ini. Rasa khawatirnya. Kenapa wanita itu sekarang terang-terangan menunjukan rasanya segamblang ini padanya ? apa karena sebuah alasan bernama kasihan? “Kau sedang diincar seseorang Nak Dhaffin,” lanjut Frederic lagi dengan nuansa serius yang begitu kental. “Seseorang yang mengincar nyawamu, tak peduli kondisimu hidup atau mungkin mati. Dia jenis orang yang tidak mudah untuk kami tangani, apalagi kami lawan secara langsung karena dia berada dalam sebuah tempat khusus yang sulit kami jangkau. Relasi dan kekuatannya di negara ini terlalu besar dan kuat.” “Perusahaan besar.” Edna memberi Dhaffin sebuah pencerahan dengan kalimat pendeknya. “Seharusnya keluargamu tahu soal itu.” “Perusahaan besar?” kini teka teki makin kusut dikepalaku. Keluarganya yang hidup di perkampungan terpencil dan baru memberinya izin untuk bersekolah dikota besar mana tahu menahu soal ini? mereka bukan dari kalangan orang kaya. Jadi tidak ada hubungannya dengan perusahaan besar yang saat ini mereka bicarakan. “Kami tidak bisa memberikan bukti yang cukup jelas dan pasti sebab adanya keterbatasan dan hal tersebut melanggar daripada hukum dan ketentuan pada negara ini yang jika kami lakukan malah akan jadi merepotkan kami sendiri. Oleh sebab itu satu-satunya hal yang bisa aku katakan padamu adalah dia yang mengincarmu karena sebuah alasan tertentu.” Sambung Frederic lagi, mendengarnya bicara sedikit membuat kesal sebab seperti penggalan cerita yang terpotong-potong. Kali ini lagi-lagi dia menatap dengan intens pada Dhaffin. “Kau tahu Vladimir?” Vladimir? Dia adalah nama yang keberadaannya sendiri masih menjadi tanda tanya besar media. Meski begitu.. “Bukankah dia adalah bos besar dari cabang perusahaan Genryusaii?” Dhaffin tahu soal itu. Karena pengetahuan dan rasa ingin tahunya yang besar. Frederic tersenyum lalu mengangguk seakan puas atas jawaban dari pemuda dihadapanya. “Benar. Dia adalah orang yang cukup berkuasa sekaligus orang terpercaya dari perusahaan Genryusaii. Dia adalah otak yang memperkarsai pengejaran terhadapmu.” Entah harus percaya atau tidak, rasanya tidak mungkin. Orang besar macam Vladimir mengincar orang kampung seperti dirinya. Yang tidak tahu menahu soal bisnis dan bukan dari kalangan keluarga bangsawan apalagi konglomerat. “Apa alasan sebenarnya dia melakukan pengejaran terhadapku? Maksudku aku bukanlah orang yang tidak ada sangkut pautnya dengan ini semua!” Frederic mendesah pasrah menerima tanya dari Dhaffin pria itu menggeleng. Seolah menyayangkan sesuatu. “Itulah satu hal yang tidak bisa kami beritahukan padamu karena itu belum jelas. Hanya berupa praduga semata. Dan aku tidak suka memberitahu sesuatu yang belum pasti padamu. Aku tidak bisa menjamin keselamatanmu setelah kau mengetahui soal ini. jadi aku memutuskan untuk tidak memberitahukan padamu sampai segalanya membaik” Dhaffin kembali menunduk dalam kepasrahan. Sudah sejauh ini, dan informasi yang dia dapatkan hanyalah ini? rasanya seperti maju tiga langkah lalu kembali mundur dua langkah. Kemajuan pesat yang hanyalah fatamorgana. Jalannya lagi-lagi buntu. “Begitukah?” nada suaranya sudah tidak lagi semangat menyambut esok hari. Dan Edna menyadari betul perubahan suasana hati pria disebelahnya ini. “Karena itulah aku mempercayakanmu pada Edna sebagai pelindung bagimu sampai kami berhasil mendalami kasus ini dan berhasil memecahkannya. Atau lebih  baik lagi jika kami berhasil menghancurkannya hingga keakar. Meski waktunya belum dapat ditentukan dan bahkan akan lebih lama dari perkiraan.” Frederic kemudian mengambil posisi untuk bangkit dari tempat duduknya, merenggangkan badannya sendiri yang sepertinya telah menahan posisi begitu kaku sejak tadi. Apa memberikan penjelasan macam itu bisa begitu melelahkan? “Dan aku rasa informasi mengenai siapa orang yang memburumu akan membantumu. Aku yakin meski kau tidak terlibat langsung dalam organisasi mereka ataupun bisnis. Aku tahu kau pasti mengetahui beberapa bawahannya sehingga kau bisa lebih bisa waspada terhadap orang orang disekitarmu yang berpotensi melukaimu. Aku harap kau bisa menjaga dirimu sendiri dan lebih berhati-hati dalam bertindak. Mulai sekarang kau dan Edna adalah satu. Jika kau mati maka itu artinya Edna juga. Begitupula sebaliknya.” Dhaffin hanya bisa mengangguk, kalimat akhir itu adalah hal yang sudah diketahuinya sejak lama. Dia adalah entitas yang bersama Edna dalam waktu dekat. Dia tahu betul perangai Edna jika sedang bertugas. Dia tidak pernah setengah-setengah. Namun informasi kecil ini bisa sedikit meringankan beban dipundaknya. Setidaknya dia memiliki satu informasi yang bisa dia kembangkan sendiri nantinya untuk mencari tahu secara mandiri penyebab pengejaran pria paling berpengaruh tersebut terhadap dirinya. Tentu saja alasan yang paling logis lah yang bisa diterima. Penasaran. “Ketua.” Kali ini Edna angkat bicara. Dan saat itu terjadi Dhaffin menyadari bila tangan Edna tidak lagi menggenggamnya. “Saya ingin anda melakukan pencarian terhadap Dior. Sesaat lalu sebelum perjalanan kami kemari dia bersama saya. Namun orang-orang Egor menyerang kami hingga dia tertinggal dan terpisahkan.” Dhaffin melirik pada Edna. Bagaimana wanita itu meminta atasannya sendiri untuk memberikan waktu sendiri pada pencarian sang wakil kapten entah mengapa membuatnya sedikit dilingkupi letupan letupan tak suka. Padahal bukankah hal tersebut wajar dilakukan toh, dia sendiri khawatir pada keselamatan Dior sebelumnya bukan ? sedikit kecewa karena diam diam rupanya Edna mengkhawatirkan Dior juga. “Egor?” Ivanka bahkan ikut andil dalam pembicaraan kali ini. Pria itu terlihat terkejut. “Ya. Tapi sudah aku lumpuhkan untuk sementara.” Jawab Edna terlihat sedikit meragu. Melumpuhkan? Bukankah Edna bahkan telah menghilangkan nyawanya? Sudah tidak bisa dibilang sebagao melumpuhkan bila seperti itu. “Aku akan melakukannya. Selain itu kau sudah menerima apa yang aku perintahkan padamu dari Giri?” tanya Frederic lebih lanjut. “Ah, semuanya sudah disiapkan dengan baik, tiket untuk aku dan Dhaffin juga perlengkapan pribadi dan data semuanya—“ “Tunggu? Tiket?” Dhaffin memotong tiba-tiba perkataan Edna. Tidak merasa setuju pada sesuatu yang baru kali ini dia dengar. Kali ini Dhaffin melirik pada Edna yang memunculkan satu ekspresi baru. Paras wajahnya terlihat begitu innocent. Sedikit lebih santai namun tetap dalam posisi yang serius. “Aku belum bilang padamu ya? Isi dalam amplop coklat yang kita bawa dari underground adalah tiket untuk keluar negeri.” “Keluar negeri?” apa itu sebabnya Edna sempat mengobrak lemari miliknya dulu mencari visa. Demi ini? “Ya.. kalian berdua akan pergi Honeymoon.. ah.. enaknya, aku iri pada pasangan muda ini.” teriak Frederic yang sudah masuk dalam fase konyolnya. Dan kontan apa yang dia katakan memicu rona merah dipipi Dhaffin. “Ketua!” respon berbeda nyaris bertolak belakang didapati dari Edna. Wanita itu langsung berdiri lalu bergidik ngeri menatap ketuanya yang konyol dengan tatapan mata yang tajam. Sampai kemudian mengernyit sendiri karena luka di kakinya belum sepenuhnya pulih. Ah.. Edna memang selalu memaksakan diri seperti ini ya?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD