bc

Sorry Teacher

book_age18+
927
FOLLOW
3.6K
READ
age gap
badgirl
bitch
student
drama
twisted
mystery
highschool
office/work place
lonely
like
intro-logo
Blurb

Mala Pradita tidak pernah merasa senang ketika dituntut harus menemani seorang laki-laki yang lebih tua darinya ke manapun, tapi begitu seseorang memiliki maksud lain menawarinya sebuah misi dengan imbalan pasti membuat Mala bingung dengan perasaannya sendiri.

Pak Hans, guru fisika Mala menjadi target sebuah misi rahasia untuk memperkeruh hubungan rumah tangganya. Kalau bukan karena rasa kesal Mala pada Hans mungkin ia tidak akan menerima penawaran.

Hidup dengan keluarga yang pas-pasan mengharuskan Mala melakukan semuanya sendirian, tapi sialnya apa yang dilakukan selalu tampak mengecewakan. Sampai seseorang mau menjadi temannya tapi juga jadi awal sebuah kehancuran.

Akankah Mala bertahan dengan dunianya yang semakin kelam dan jahat?

chap-preview
Free preview
01 || OM DEWA
Dak!! Telepon rumah yang sempat berkali-kali menempel di telinga Mala simpan dengan paksa. Seingatnya sudah enam kali telepon itu datang dan berganti orang setiap satu menit sekali. Hal yang ditanyakan masih sama, selalu tentang mama, mama dan mama dari para teman arisannya. Di luar hujan, sudah dua jam terhitung. Malam gelap legam dengan kilatan cahaya yang berkejaran menambah rasa sepi akan kesendirian di rumah ini. Sampai sekarang Mama dari seorang gadis ber-hoodie cokelat pastel itu belum juga pulang. Pukul sepuluh ditunjuk jarum jam, aroma hujan merangkul Mala untuk tertidur. Ngantuk. Gadis itu biasanya tidak tidur di jam seperti ini semenjak masuk kelas dua belas, karena ia baru menyadari banyak sekali yang harus dipelajari setelah ulangan harian yang dikerjakannya sangat menyulitkan. Sebelumnya tidak ada kata "biasanya" untuk Mala dalam jam tidur karena ketika ngantuk menyerang, saat itu juga ia akan menutup mata. Tak peduli di dalam kelas sekalipun. Rumah, usia muda dan sekolah tidak menimbulkan kesan spesial di hidupnya. Semua terasa sama saja, datar. Tidak ada keluarga harmonis seperti keluarga orang lain, tidak ada usia muda yang dipenuhi pertemanan yang menyenangkan, juga tak ada prestasi yang patut dibanggakan selama bersekolah. Lagipula siapa yang mau melirik gadis tertutup seperti Mala? Satu jam berlalu, pintu rumah sedang akan dibuka. Bersamaan dengan hal itu Mala membuka matanya, samar-samar benda-benda di ruangan dengan lampu temaram ini masih terlihat kabur di matanya. Mala melirik jam besar di dinding, pukul sebelas malam. Mama pulang dengan banyak tas belanjaan bersama sesosok laki-laki yang muak sekali untuk dilihatnya. "Dari mana aja, Ma? Kok baru pulang?" tanyanya datar. "Ayo duduk dulu, Wa," ujar Liana—mamanya Mala— pada laki-laki yang baru berusia kepala tiga yang datang bersamanya. "Mala kamu ngobrol dulu 'ya sama Om Dewa." "Aku ngantuk." Gadis itu bangkit berdiri ketika Om Dewa memilih kursi duduk di tempat yang sama dengannya. "Teman-teman arisan Mama tadi terus nelepon. Katanya uang arisan Mama bulan ini belum dikirim juga. Bukannya kemarin Mama bilang mau bayar arisan, makanya minta uang ke aku?" "Kamu minta uang ke Mala, Li?" tanya Dewa keheranan. "Enggak, Wa. Nanti juga aku ganti," dalih Liana. "Udahlah, biarin aja. Nanti masalah arisan Mama selesaikan. Uang dari kamu kepake buat yang lain dulu Mala." Liana mengembuskan napas kesal. "Kamu temenin Om Dewa dulu ya. Kasihan dia udah nemenin Mama belanja." Ck! Liana selalu saja seenaknya seperti biasa. Mala memutar bola mata, selalu kalimat itu yang didengar. OM DEWA, OM DEWA DAN OM DEWA! Mama selalu meminta Mala menemani laki-laki ini, tak peduli bagaimana perlakuan Dewa pada putrinya. Liana hanya tahunya Mala mendapatkan uang setelah menemani Dewa agar tidak ada uang saku yang dikeluarkannya. Jujur Mala lelah kalau harus terus menuruti kemauan Mama dan mengikuti laki-laki itu setiap memintanya, karena hal itu juga Mala menjadi gadis yang gila uang sampai sekarang. Meski begitu, banyak rencana yang disiapkannya dari uang-uang yang ia terima. "Aku ngantuk, aku mau tidur." Mala beranjak, baru juga empat langkah Mamanya sudah menginterupsi. "Emmm, Dew. Kamu nginep aja 'ya hujannya makin gede," ujar Liana kemudian menatap putrinya. "Mala, Om Dewa tidur di kamar kamu aja ya?" "Ma!" sentak Mala dengan tatapan lelah. "Please, ya. Aku mau sendirian dulu." "Om cuma sebentar, paling sampai hujannya reda. Pagi ini harus ke luar kota soalnya." "Tuh, dengerin. Kasihan Om Dewa mau istirahat sebentar." Mendengar jawaban putrinya Liana sedikit terbawa emosi. Clog heels tinggi yang dikenakan membuat irama yang menegangkan saat langkahnya mendekati Mala. "Jangan buat Mama malu! Mama nggak enak sama Om Dewa. Kamu lupa dia udah banyak bantu kita?" bisiknya penuh penekanan. "Mala, besok kamu sekolah, kan?" ucap Om Dewa tiba-tiba. "Butuh uang jajan berapa? Sekalian ganti uang yang dipinjam Mamamu." Kalimat itu sontak membuat Mama melebarkan mata dan kembali menatap Mala. "Kamu nggak denger itu? Om Dewa mau ngasih uang! Jadi apa salahnya cuma numpang tidur di kamar kamu?" Sebenarnya Mala senang-senang saja jika dikasih uang, tapi untuk laki-laki itu tidur di kamarnya? Mala tidak bisa terima karena takutnya Om Dewa berbuat yang tidak-tidak. Aku capek, Ma, harus nurutin terus apa yang Mama mau, rutuknya tak tersampaikan. "Terserah!" Apa? Itu artinya Mala setuju dan mempersilakan.Mala menarik napas dalam-dalam karena mulutnya mengucap begitu saja, apa ia memikitkan uang dari Om Dewa? Sampai-sampai jawaban ambigu itu terlontar tanpa malu. Mala masuk ke dalam kamar disertai menutup pintu sedikit kencang sampai Mama memejam karena posisinya tepat berada di baliknya. Tak mau mengecewakan sumber uangnya yang lain, Liana memasang senyuman. "Mala kayaknya nggk keberatan kamu tidur di kamarnya. Aku masuk ke kamar dulu, ya, Dew." Kemudian wanita itu berbisik. "Makasih udah belanjain aku." Sembari menenteng tas belanjaan Liana masuk ke dalam kamarnya yang ada di dekat ruang makan. Kamar di rumah ini memang hanya ada dua, jadi tidak ada cara lain selain memberi saran Dewa untuk tidur di kamar putrinya. Kalau Dewa tidur dengan Liana, Mala pasti tidak suka dan akan marah padanya. Akan ada kejadian apa kalau Liana si Ibu tunggal dan Dewa laki-laki gagal menikah tidur di kamar itu? Dewa bangkit berdiri dengan seyuman penuh misteri, ia menyimpan tangannya di saku celana. Perlahan tapi pasti ia mendekati pintu kamar Mala yang tertutup rapat. Tubuhnya memang sudah cukup lelah, makanya ia tak sabar untuk segera tidur di dalam sana dengan gadis muda yang sering menemaninya kalau sedang ada acara. Tapi ... ini kali pertama Dewa ada niatan tidur bersama Mala. Sebelumnya, Mala tidak pernah mau untuk disentuhnya lebih dekat. Mungkin sekarang bisa. "Mala ... kamu sudah tidur?" tanya Dewa pelan mengetuk pintu. Tak ada sahutan, akhirnya ia membuka pintu kamar. Di dalam sana Mala tengah membaringkan tubuhnya dipeluk selimut membelakangi Dewa. Sepertinya Mala belum tidur dan sengaja tidak menjawab panggilan Om Dewa agar tidak diperlakukan macam-macam. "Mala ...." Dewa menyentuh bahu gadis itu untuk memberitahu bahwa dirinya ada di sana. "Om tidur di sini, ya?" Tidak ada jawaban. Dewa naik ke atas kasur, dia menarik Mala dengan paksa agar mengarah ke padanya. Benar saja, gadis itu belum tertidur dan hanya menatapnya dengan tatapan yang tidak Dewa sukai. "Kamu kenapa? Oh iya ...," pria itu mengeluarkan dompetmya, "ini uang buat besok kamu sekolah, karena udah ngizinin Om istirahat di sini." "Aku nggak bilang izinin Om tidur di sini." Mala mengangkat tubuhnya, kemudian mengubah posisinya menjadi duduk di sisi kasur. Tak berhenti sampai di sana, Om Dewa mendekati Mala lagi dengan merangkul gadis itu dari belakang. "Jangan marah sama Om, dong. Om minta maaf kalau Om salah." Mala terdiam, hujan masih mengisi suasana yang seharusnya hening. Terjebak dalam satu ruang pribadi bersama orang yang usianya jauh lebih tua membuat Mala gelisah. Satu sisi ia kasihan dengan Mama jika harus membenci atau membunuh laki-laki ini, pasti Liana akan marah sekali kalau terjadi pertengkaran di antara keduanya. Pernah suatu hari Mala melihat Liana hampir melukai dirinya sendiri dengan pisau saking frustrasi. Pernah juga Mala menemukan Liana terkapar di tempat tidur karena meminum banyak obat-obatan sampai dilarikan ke rumah sakit tapi untungnya masih selamat. Setelah Om Dewa hadir emosi mama sedikit berubah perlahan membaik, laki-laki ini juga yang sudah memberi Liana pekerjaan, tapi ... Mala sendiri menderita dengan tekanan-tekanan ini. "Aduh ... hujan-hujan gini Om jadi gerah. Mungkin efek tanah yang kena air kali, ya?" Dewa berdiri melepaskan ikatan dasi, kemudian melepaskan jas yang dikenakannya. "Mala, kamu punya kaus untuk ukuran Om, nggak? Kemeja yang Om pake kayaknya udah penuh keringat." Om Dewa melepaskan kancing kemejanya satu persatu. Mala memejam, ia tak tahu harus bagaiamana. Pria ini juga tidak memesannya di aplikasi kencan berbayar, Mala tidak bisa melakukan hal itu. Tidak! Lagipula jaswadi yang dimilikinya sudah habis. "Tubuh, Om, sekarang bagus nggak? Om diet lho dan gym juga, kamu baru lihat 'kan? Kapan-kapan temenin Om ngegym, yuk?" ujar Dewa sembari menunjukkan bagian tubuhnya yang kini sudah tak tertutupi kemeja lagi. Hanya menyisakan celana di tubuh Dewa sekarang. Dasar tua nggak tahu malu. Dia pikir aku tertarik? Tidak sama sekali, kecuali dengan uangnya. "Mala lihat, deh. Udah ngebentuk 'kan perut Om? Coba kamu pegang." Dewa mendekati gadis berusia delapan belas tahun itu, ia meraih tangannya dan diletakkan di perut kotak-kotaknya. "Bagus, kan?" "Om!" Mala berdiri. "Aku mau ke toilet sebentar. "Oh ... oke." Om Dewa mengulas senyum dengan melepaskan genggamannya. Dengan perasaan tak menentu Mala keluar dari kamar. Ia mengusap dadanya karena debarnya tak bisa diatur. Mala salah tentang tidak tertarik, teryata tubuhnya merespons di luar dugaan kala perut Om Dewa teraba oleh tangan. Ia tidak mau terjadi hal yang aneh setelah ini. Mala benar-benar ke kamar mandi karena suhu yang dingin membuatnya ingin membuang air kecil. Namun, setelah itu ia tidak kembali ke kamar lagi.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

I Love You Dad

read
283.3K
bc

PEMBANTU RASA BOS

read
16.4K
bc

Sexy game with the boss

read
1.1M
bc

Yes Daddy?

read
798.9K
bc

Crazy Maid ( INDONESIA )

read
206.7K
bc

Romantic Ghost

read
162.6K
bc

Om Bule Suamiku

read
8.8M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook