Semenjak kejadian kemarin, saat Ocean memanggil Alesandra dan Febrian dengan panggilan papah mamah, hubungan mereka menjadi dekat. Febrian merasa Alesandra memang sosok ibu yang bisa menggantikan Diandra. Alesandra pasti akan menyayangi Ocean dengan sepenuh hati dan Ocean pun tidak akan pernah kehilangan sosok Diandra di dalam Alesandra.
Alesandra yang juga menyimpan perasaan ke Febri yang entah sejak kapan. Dari setiap cerita Diandra yang selalu Diandra curhatkan ke Alesandra, dia merasa Febri adalah sosok lelaki yang sempurna, pria impian setiap wanita. Tidak seperti pasangannya Darren yang telah mengkhianatinya.
Erick yang melihat perkembangan hubungan yang baik antara Alesandra dan Febrian juga merasa senang karena rencananya berhasil. Iya, ternyata Erick yang sengaja menaruh tikus di kamar Alesandra waktu itu karena Erick tahu betul kalau Alesandra paling jijik dengan yang namanya tikus.
Aku pun di dunia arwah sudah mencari sebuah rumah. Iya tidak terlalu besar tapi cukup nyaman untukku. Leon juga masih sering mengunjungiku, membawakan aku bunga tapi aku selalu menolaknya dengan halus.
"Leon, aku tidak bisa menerima pemberianmu ini, maaf".
"Aku orang yang tidak mudah menyerah, Dra. Bila hari ini kamu menolak, besok aku akan datang lagi dan begitu seterusnya sampai hatimu luluh".
"Leon...,"
Hari ini hari minggu malam, aku datang untuk melihat Ocean dan Febri. Biasanya Febri selalu menemani Ocean di hari liburnya. Iya, aku melihat Febri dan Ocean di ruang tengah sedang bermain. Lalu datang Alesandra, yang membawakan teh hangat ke Febri. Sudah sedekat itukah hubungan mereka?
Bel pintu rumah berbunyi, datang beberapa orang dari kepolisian mencari Febri. Febri yang mendengar bel rumahnya berbunyi, membuka pintu.
"Selamat malam, dengan Pak Febrian".
"Iya, betul. Saya Febrian. Bapak-bapak ini darimana ya? Ada keperluan apa mencari saya?"
"Kami dari kepolisian, perkenalkan saya Frans, ketua tim penyidik. Kami yang menyelidiki kasus kecelakaan mobil yang melibatkan bapak dimana istri bapak menjadi korban saat kecelakaan terjadi".
"Iya, kenapa dengan kasus kecelakaan tersebut, pak. Bukankah itu kecelakaan, mengapa sekarang diselidiki pihak kepolisian".
"Begini Pak, setelah melakukan observasi di tempat kejadian dan kondisi mobil bapak di bengkel, kami menemukan beberapa paku yang berserakan di dekat lokasi kejadian dan setelah mengecek mobil anda juga ternyata ditemukan beberapa paku yang menancap".
"Maksudnya jadi bagaimana, Pak? Apa ini kecelakaan yang di sengaja?"
"Benar, Pak. Dari bukti-bukti yang kami temukan di lapangan sepertinya ini bukan kecelakaan murni. Ada pihak yang menyabotase kecelakaan ini".
Febrian yang mendengar hal ini seakan tidak percaya, aku dan Alesandra pun terkejut. Siapa yang hendak membuat kami celaka? Kami tidak memiliki orang yang memusuhi kami. Lalu kenapa, apa salah kami?
"Tapi, Pak. Saya tidak merasa memiliki musuh atau orang yang memiliki dendam dengan kami".
"Begini Pak, mungkin ada rekan atau saingan atau mungkin kerabat yang bapak curigai. Karena iya, setelah hasil penyelidikan kami, kami menyimpulkan dengan pasti kecelakaan ini disabotase. Coba bapak pikirkan secara perlahan, jika bapak menemukan petunjuk, bisa segera menghubungi saya. Ini kartu nama saya".
"Baik, Pak. Bila saya menemukan sesuatu petunjuk, saya akan segera menghubungi bapak".
"Baik, Pak Febri, kalau begitu kami permisi. Terimakasih atas waktunya".
"Iya, Pak Frans, Sama-sama".
Para pihak kepolisian pun pulang.
Aku masih tidak percaya dengan apa yang barusan aku dengar. Aku berjalan pulang, berjalan dan berjalan dengan pikiran yang kacau. Siapa yang begitu tega melakukan hal seperti itu kepada kami? Mengapa mereka melakukannya? Itu semua yang ada di pikiranku saat ini, sampai aku sampai di duniaku dan Leon berpapasan denganku.
"Dra, ada apa lagi? Mengapa wajahmu begitu? Apa terjadi sesuatu? Beritahu aku, Dra, aku pasti membantumu".
"Leon, kenapa Leon, kamu selalu perhatian kepadaku, aku..., " tak sadar airmataku menetes.
"Dra, aku pernah janji untuk selalu menjagamu. Izinkan aku, Dra untuk menjadi sandaranmu. Aku ingin melindungimu meski cintaku tak kamu terima tapi biarlah aku menjadi temanmu, Dra".
Aku lalu menceritakan apa yang barusan terjadi di rumah Febri.
"Begini Leon, tadi saat aku berada di rumah Febri, beberapa orang dari pihak kepolisian yang menyelidiki kasus kecelakaanku menemui Febri. Mereka mengatakan bahwa kecelakaan yang aku alami bukan kecelakaan murni. Ada yang sengaja menebar paku di jalan yang mobil kami akan lalui saat itu sehingga ban mobil kami pecah dan terjadilah kecelakaan itu".
"Apa, jadi ada yang memang sengaja mencelakai kalian".
"Iya, seperti itu".
"Ehm..., Leon berpikir sejenak. Lalu yang tahu kalau saat itu mobil kalian akan melintas di sana, siapa saja, Dra?"
"Saat itu, hari ulang tahunku dan Febri memberiku voucher berlibur malam itu dan paginya kami berangkat".
"Maksudmu, hanya kamu dan Febri yang tahu kalau kalian akan pergi pagi itu?"
"Malam itu ada Alesandra dan Erick yang berada di sana. Karena kami memang tinggal bersama di sana".
"Jadi, kemungkinan Alesandra dan Erick yang mencelakaimu, Dra, karena hanya mereka yang tahu mobil kalian akan melintas pagi itu".
"Apa maksudmu Leon? Tidak mungkin di antara mereka berdua, Alesandra itu saudara kembarku, kami saling menyayangi dan Erick sudah seperti kakak laki-laki bagi kami. Jadi mereka tidak mungkin mencelakaiku, itu tidak mungkin".
"Apa kamu yakin, Dra?"
Aku terdiam sejenak dan meyakinkan diriku bahwa mereka tidak mungkin melakukan hal itu. Iya, tidak mungkin.