Leonardo berinisiatif untuk mengungkap kasus kecelakaan Diandra karena dia tidak ingin melihat Diandra sedih. Leon mendatangi rumah lama Diandra di pedesaan lalu menelusuri jalan yang dilalui mobil Diandra. Leon memperhatikan keadaan di sekitar jalan. Jalanan ini cukup sepi, tak banyak mobil yang lewat. Jadi, pelakunya tahu pasti mobil Diandra akan lewat sini dan tidak mencelakai mobil lain. Lalu Leon mencoba mencari petunjuk dengan menanyakan pada arwah yang berada di sekitar lokasi.
Leon bertanya pada arwah penunggu pohon di sana, tapi arwah itu bilang tidak tahu apa-apa. Leon juga menemui arwah penunggu jurang tempat mobil Diandra jatuh. Arwah nenek tua itu hanya mendengar suara ledakan saat mobil Diandra terbakar dan melihat Diandra yang masih di dalamnya.
Karena belum menemukan petunjuk, Leon kembali. Saat di perjalanan pulang, Leon bertemu lagi dengan arwah geng motor yang tempo hari menganggu Diandra.
"Bro, apa kabar nih? Mana kekasihmu?"
"Baik, kekasih? Maksudmu wanita yang bersamaku tempo hari?"
"Iya, kenapa kamu sendirian di sini?"
"Sebenarnya, wanita itu meninggal di jurang sana, dia mengalami kecelakaan mobil, dan ternyata kecelakaan itu di sengaja, jadi aku sedang menyelidikinya sekarang".
"Kecelakaan yang disengaja, maksudnya?"
"Iya, ada yang sengaja menebar paku di jalan yang akan dilalui oleh mobil yang saat itu dia naiki sehingga ban mobilnya pecah lalu mobil itu berguling jatuh ke jurang dan meledak".
"Kapan kejadiannya, bro?"
"Sekitar 3 bulan yang lalu"
"Kami pernah melihat seseorang yang mencurigakan subuh itu, kejadiannya sama sekitar 3 bulan lalu. Orang itu mengenakan jaket hitam dengan tudung di kepalanya, dia juga memakai masker hitam dan sarung tangan hitam. Kami melihatnya menebar sekantong paku di jalan ya di sekitar sana. Jalan itu memang agak menikung sehingga memungkinkan mobil tidak sempat mengerem bila terjadi kendala saat berkendara".
"Apa kalian melihat wajahnya?"
"Tidak, tapi kalau dari postur tubuhnya kami bisa pastikan itu seorang pria".
"Ada hal lain yang lebih spesifik mengenai ciri-cirinya, coba kalian ingat-ingat".
"O iya, pria itu berjalan agak diseret, kemungkinan kakinya pincang".
"Pincang?"
"Iya, kami yakin pria itu pincang".
"Oke, Bro, thank you infonya. Ini sekedar buat kalian".
"Sama-sama, Bro".
Leonardo bergegas menaiki motornya dan melaju untuk memberitahu hal ini kepada Diandra.
Namun, di tengah perjalanan Leon dihadang oleh Malaikat Darius. Malaikat Darius harus menjemput Leon saat ini karena waktu Leon telah tiba untuk masuk ke gerbang reinkarnasi.
"Tidak, aku tidak bisa ikut denganmu sekarang. Aku harus menemui Diandra sekarang. Aku sudah tahu siapa yang berusaha mencelakainya. Aku harus memberitahunya sekarang".
"Leonardo, hal itu bukan urusanmu, kamu hanyalah arwah, hal tersebut sudah merupakan urusan duniawi. Sekarang tugasku adalah menjemputmu. Kamu harus ikut denganku sekarang".
"Tolong beri aku waktu sebentar untuk bertemu Diandra, sebentar saja".
"Maaf, tidak bisa. Aku harus mengikuti peraturan dan kamu juga sebagai arwah harus mematuhi aturan".
Akhirnya Leon dengan terpaksa mengikuti Malaikat Darius ke gerbang.
Sementara itu di dunia manusia, Alesandra dan Febrian semakin dekat dan berencana untuk menikah. Febrian ingin Ocean mendapatkan sosok ibu yang bisa menggantikan Diandra dan Alesandra, orang yang paling tepat. Alesandra juga menyetujui rencana itu karena dia menyayangi Ocean dan juga mencintai Febri.
Sedangkan aku yang mendengar rencana tersebut turut bahagia karena Alesandra adalah orang yang tepat menggantikan posisiku sebagai istri dan juga seorang ibu.
"Ales, aku ingin kita menikah demi hubungan yang jelas di antara kita. Kamu mau kan jadi ibu buat Ocean dan kelak jadi ibu untuk anak-anak kita?"
"Iya, Feb. Aku mau".
"Kalau begitu, kita harus segera merencanakan pernikahan kita. Banyak yang harus kita persiapkan sekarang".
"Iya, Feb. Tapi lebih baik kita menikah sederhana saja antara kerabat dekat saja, yang terpenting sah di mata agama dan hukum".
"Iya, Ales, aku setuju dengan hal itu".
Aku kembali ke dunia arwah, dan terkejut saat melihat rumah Leon sudah tidak ada. Berarti, Leon sudah masuk gerbang, Leon sudah meninggalkanku. Mengapa satu persatu pergi meninggalkanku, aku...,aku sendiri sekarang.
Beberapa hari kemudian, saat di kantor, Frans datang ke kantor Febri, Frans hendak menjemput Tania. Frans menunggu di parkiran, Febri juga hendak menaiki mobil di parkiran. Frans dan Febri bertemu di sana.
"Pak Febri, bapak bekerja di kantor ini?"
"Iya, benar Pak Frans. Ada keperluan apa anda di sini?"
"Saya ingin menjemput adik perempuan saya".
Lalu Tania datang ke sana melihat Frans dan Febri saling berbincang.
"Kak Frans, kamu kenal dengan Febri?"
"Ini, Pak Febri, Tania, adik saya".
"Pak Frans kakaknya Tania. Tania ini rekan kerja saya".
"Kak Frans, kenal Febri darimana?"
"Kakak sedang menyelidiki kasus kecelakaan mobil yang dialami Pak Febri beberapa waktu lalu".
"Ada apa dengan kecelakaan tersebut, kak?"
"Itu bukan kecelakaan murni, tapi di sengaja".
"Jadi, ada yang berusaha ingin mencelakai Febri. Apa sudah diketahui siapa yang ingin mencelakainya, kak?"
"Kasus ini masih menjadi tanda tanya karena kurangnya petunjuk mengenai pelaku".
"O iya, Pak Febri sudah memikirkan pihak yang bapak curigai agar kami bisa mengembangkan kasus ini".
"Sejauh ini belum Pak karena memang saya merasa tidak pernah punya musuh".
"Baik Pak Febri, saya pamit dulu".
"Iya, silahkan Pak".
Di perjalanan, Tania yang masih penasaran tentang kasus kecelakaan Febri bertanya dengan detail tentang kasus tersebut kepada Frans.
"Jadi, ada yang menebar paku di jalan yang mobil Febri akan lalui, berarti kemungkinan pelakunya orang dekat dong, kak karena pelakunya tahu bahwa mobil Febri akan melintas di sana saat itu".
"Iya, kakak juga berpikir demikian, tapi belum ada bukti ke arah sana sementara Pak Febri juga tidak mempunyai nama yang beliau curigai".
"Aku harus mencari tahu hal ini", gumam Tania dalam hatinya.
Tania mulai menyelidiki Alesandra karena dia mempunyai dendam padanya atas kejadian waktu itu. Tania mengikuti segala kegiatan Alesandra.
Minggu pagi itu, Tania menunggu di luar rumah Febri dan melihat mobil Febri keluar. Di dalam mobil, ada Alesandra, Ocean dan Erick juga. Berarti rumah mereka sedang kosong. Tania berniat masuk dan mencari apa saja yang bisa menjadi bukti.
Dia mencari di kamar Alesandra, membuka lemari, laci meja rias tapi tidak menemukan apa-apa. Tania hampir menyerah tapi saat duduk di tempat tidur dan megangkat bantal kepala Alesandra, di sana Tania melihat buku Diary Alesandra.
Tania membaca buku itu dan mengetahui bahwa Febrian telah melamar Alesandra dan mereka akan menikah. Tania kesal mengetahui hal itu. Lalu dia membalik halaman demi halaman. Di satu halaman, ada hal yang menarik perhatian Tania.
"Aku iri dengan Diandra. Diandra beruntung mempunyai suami seperti Febrian, baik, perhatian, pengertian, sabar dan terpenting tulus mencintainya. Andai aku bisa menggantikan posisi Diandra, aku pasti lebih baik, aku lebih cantik, lebih pintar darinya. Tapi kenapa aku tidak seberuntung Diandra. Febrian itu memang tipe pria idaman ku".
Jadi Alesandra mencintai Febrian. Apa mungkin Alesandra yang menjadi dalang atas kecelakaan Febri. Ini bisa menjadi bukti. Aku harus memberitahukan hal ini kepada Frans dan juga Febri.
"Lihat saja Alesandra, aku akan membuat semua orang menuduhmu dengan bukti ini. Febri pasti akan membencimu bila membaca buku diary mu ini, dia akan membatalkan rencananya untuk menikahimu, dan saat itulah aku akan datang untuk menghiburnya".