Bab 9. Tali Jodoh

1413 Words
Kita ini kan arwah. Suatu hari kita harus pergi ke gerbang bila sudah tiba waktunya. Jadi untuk apa kita menjalin hubungan apalagi hubungan percintaan. Aku rasa semua itu akan sia-sia. "Begini, Dra, ini sepengetahuan aku sebagai arwah yang sudah cukup lama tinggal di dunia arwah" Amelia menceritakan sebuah kisah mengenai tali jodoh. Di dunia arwah, arwah yang jatuh hati dengan arwah lainnya maka hubungan tali jodoh arwah tersebut dengan manusia apakah itu istri atau suami akan berakhir. Karena mereka telah membuat tali jodoh dengan yang lain. Begitupun dengan manusia, istri yang ditinggalkan suaminya atau sebaliknya, bila mereka menikah lagi maka tali jodoh mereka akan berakhir. Mereka tidak akan lagi bertemu di kehidupan baru. Namun untuk arwah, jika mereka membuat tali jodoh, mereka dapat menikah di dunia ini. Mereka dapat melakukan ritual pernikahan arwah. Melalui pernikahan arwah ini tali jodoh mereka akan terhubung ke kehidupan baru. Jadi saat bereinkarnasi, mereka akan dipertemukan kembali melalui tali jodoh dan bisa saja menjadi pasangan. Jadi, jika suatu saat Febri menemukan wanita pengganti dirimu dan menikahinya, maka tali jodoh antara kalian akan berakhir saat itu. Kalian tidak akan bertemu di kehidupan baru saat kalian bereinkarnasi. Sedangkan bila sekarang kamu dan Leon membuat tali jodoh melalui pernikahan arwah, maka kelak kalian akan dipertemukan kembali saat bereinkarnasi karena tali jodoh yang sudah kalian buat. "Tali jodoh, pernikahan arwah. Entahlah, Amel, aku belum memikirkan hal seperti itu. Aku hanya merasa nyaman dengan Leon tapi Febri itu adalah yang pertama di hatiku. Aku telah mengenal Febri dan menjalin hubungan dengannya selama 8 tahun. Suka dan duka kami lalui bersama. Kami berjuang bersama. Tidak mungkin perasaanku akan berubah. Aku mencintai Febri dan Febri juga mencintaiku. Kami saling mengikat janji setia. Walau sekarang aku hanyalah arwah, aku ingin tetap memegang janji itu". "Aku tahu, Dra, tapi perasaan manusia itu bisa memudar seiring dengan waktu. Mungkin kah manusia dapat memegang janjinya untuk orang yang sudah tiada? Aku rasa mungkin hanya ada 1 di antara sejuta". Perkataan Amel terus menghantui pikiranku. Iya, Febri berhak mempunyai hubungan baru, Febri berhak bahagia dan memiliki kehidupan baru. Aku tidak bisa mencegah itu. Tapi perasaan aku ke Febri tidak akan berubah. Meskipun kelak kita hanyalah orang asing di kehidupan selanjutnya, itu bukan alasan aku harus memilih Leon. Sementara itu, di dunia manusia, Febri memulai kehidupan baru nya di kota bersama Ocean. Dia menyewa sebuah rumah yang cukup besar untuk dirinya, Ocean, Alesandra dan Erick. Mereka akan tinggal bersama karena Alesandra sekarang ini sudah menjadi ibu bagi Ocean. Ocean sangat dekat dengan Alesandra, apalagi Alesandra sangat mirip denganku. Tidak jarang, Ocean memanggil Alesandra dengan panggilan mamah saat dia tidak bermake up tebal. Iya, aku suka tampilan yang natural sedangkan Alesandra lebih suka bermake up. Sementara Erick, sudah seperti kakak bagi kami. Erick juga bisa membantu pekerjaan rumah, membawa mobil, bermain dengan Sean, apapun bisa Erick lakukan. Jadi, kami seperti keluarga, saling menyayangi dan tak bisa terpisahkan. Febrian mulai bekerja kembali di tempat kerjanya dahulu. Alesandra juga mulai bekerja lagi setelah mengambil cuti yang cukup lama karena kepergianku. Dan Erick membantu menjaga Sean di rumah. Sedangkan aku, di dunia arwah tidak ada yang berubah. Aku masih arwah penasaran. Di malam hari, aku pergi ke rumah Febri hanya untuk melihat Ocean dari kejauhan. Lalu pulang di pagi harinya. Begitulah hari-hari aku lalui setiap hari. Sampai suatu ketika, aku melihat Febri yang sehabis pulang kerja, turun dari mobil bersama seorang wanita. Wanita itu, aku kenal wanita itu, dia adalah Tania, rekan kerja Febri di kantor. Tania memiliki tubuh yang padat berisi tapi tidak gemuk. Dan penampilannya pun menarik, make up yang menempel di wajahnya serta barang-barang branded yang meski bukan barang original, menempel di tubuhnya menjadikannya wanita yang bisa di bilang sempurna oleh sebagian besar lelaki. Tapi, tidak, tidak bagi Febri. Febri tidak mungkin menjalin hubungan dengannya. Dia itu jauh dari tipe wanita idaman Febri. Tapi mengapa mereka bersama di mobil dan Tania sekarang di rumah Febri. Aku terus mengawasi mereka, aku pun ikut mereka masuk ke dalam rumah karena hati ini rasa nya tak rela Febri dekat dengan Tania. "Jadi sekarang kamu tinggal di rumah ini, Feb. Aku rasa keputusanmu tepat karena kamu tidak perlu menempuh perjalanan jauh setelah pulang dari kantor". "Iya", jawab Febri singkat sambil melonggarkan dasi yang dia kenakan. "Mana Alesandra dan Ocean, Feb, sepertinya sepi". "Alesandra mungkin belum pulang, dan Ocean mungkin di kamarnya bersama pamannya". Lalu Tania berpindah duduk ke dekat Febri. "Sini, Feb, aku bantu lepaskan dasimu. Aku juga bisa memijat, Feb. Pijatanku enak lho", sambil meletakkan tangannya di paha Febri dan memijat kecil. "Tak apa Tania, aku bisa sendiri, O, iya, kamu mau minum apa, aku buatkan", sambil beranjak dari tempat duduknya berusaha menghindari Tania yang terlihat agresif. Aku yang melihatnya pun geram, ingin sekali aku menjambak rambutnya. "Teh saja, Feb, teh manis hangat, seperti aku yang manis dan bisa memberi kehangatan". Febri hanya tersenyum kecil lalu bergegas ke dapur untuk membuat teh. Tania membuka blouse yang dia kenakan dan hanya menyisakan tanktop dimana belahan di dadanya terlihat timbul lalu Tania berjalan ke dapur menghampiri Febri yang tengah mengaduk teh. "Feb, sini aku yang aduk", sambil memegang tangan Febri dengan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya memeluk pinggang Febri. Aku yang melihat pemandangan itu menjadi panas, bagaimana bisa seorang wanita menggoda pria seperti itu. Aku berdoa semoga ada yang datang menghentikan aksi Tania itu. Wanita itu benar-benar bisa memangsa Febri. "Tania, maaf, aku rasa kamu kurang pantas melepas blouse mu seperti ini, tolong pakailah kembali", sambil memalingkan wajahnya ke arah lain karena tidak ingin melihat ke arah Tania. Namun Tania semakin liar, Tania malah memeluk Febri dengan kedua tangannya dan mendekatkan wajahnya ke arah Febri, sangat dekat. "Feb, aku rasa kamu sudah boleh menjalin hubungan baru. Ini sudah hampir 3 bulan sejak kepergian Diandra dan aku bersedia menjadi pengganti Diandra. Aku mencintaimu Feb sejak lama sejak kita bertemu di kantor. Aku juga bisa menjadi ibu yang baik untuk Ocean. Aku cantik, menarik, mapan dan terlebih lagi aku menerima status dudamu". "Aku belum siap untuk memulai hubungan baru Tania, aku masih mencintai Diandra, masih sangat mencintainya. Aku harap kamu bisa mengerti itu". "Feb, lihat aku, aku akan membahagiakan kamu, aku akan membawa kamu ke surga dunia", sambil membelai pipi Febri dan mengarah ke bibir". "Tidak, Tidak, Aku menjerit dalam hatiku, Jangan Feb, jangan tergoda wanita seperti itu. Aku tak rela bila Tania yang menggantikan posisiku. Setidaknya Febri harus mendapat istri yang baik dan tulus. Apalagi menjadi ibu untuk Ocean, Tania tidak mungkin menyayangi Ocean setulus hati". Febri berusaha melepaskan diri dari pelukan Tania tapi Tania berusaha menahannya apalagi hasrat di dalam dirinya telah membara dan Tania berusah menggapai bibir Febri. Tepat saat itu, Alesandra masuk ke dalam rumah dan melihat Tania dan Febri yang sedang berpelukan langsung memberi isyarat kedatangannya. "Ehm,... ehm,.... ehm", sambil memandang ke arah mereka. "Maaf menganggu, namun saya rasa tidak pantas kalian melakukan hal seperti ini di sini. Lebih baik kalian menyewa villa atau hotel bila ingin bermesraan". "Ales, ini tidak seperti yang kamu pikirkan. Aku dan Tania hanya...., " "Sudahlah Feb, mama ada kucing yang menolak ikan asin di depan matanya". "Sembarangan kamu Alesandra, Gua ini ikan seger bukan ikan asin". "Mana ada ikan seger yang murahan". "Jaga mulut kamu, ya", Tania menghampiri Alesandra dan ingin menjambak rambutnya. Akhirnya perkelahian antar wanitapun tak terelakkan, mereka saling menjambak rambut. Febri langsung berusaha melerai mereka. Sementara Erick yang mendengar keributan pun keluar dari kamar. Aku yang melihat mereka berkelahi pun ikut bersorak membela Alesandra tentunya. "Iya, Ales, benar jambak w*************a itu. Beraninya dia menggoda Febri di sini. Sudah hilangkah harga dirinya sebagai seorang wanita?" Febri memegangi Tania lalu Erick memegangi Alesandra. Rambut keduanya berantakan dan masih saling memaki. "Awas kamu ya, ini belum selesai, aku akan membalasmu", sambil melihat lengannya yang tercakar oleh kuku Alesandra. "Ayo, siapa takut". Ini memang Alesandra yang aku kenal. Berani dan tidak takut siapapun. "Sudah, Sudah, Tania lebih baik kamu pulang". "Gak, wanita ini perlu di beri pelajaran. Aku gak terima diperlakukan begini. Lepas Feb, aku akan..." "Hentikan, w***********g, atau aku akan menghajarmu. Pergi...., " terdengar suara lantang yang tegas itu dari seorang Erick. Erick yang aku kenal selama ini tidak pernah terlihat marah. Baru kali ini aku melihat wajah marahnya yang menyeramkan. Tania yang melihat kemarahan Erick dan suara keras Erick pun merasa takut dan segera mengambil blouse serta tasnya lalu pergi meninggalkan rumah Febri. "Er, Erick, tenang Rick, sabar, aku bisa menghadapi wanita itu sendiri". Selama ini memang Erick lebih dekat dengan Alesandra daripada denganku karena aku selalu bersama Febri. Jadi mungkin Alesandra lebih mengenal Erick.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD