Alesandra meminta Tania untuk pergi karena Febri butuh istirahat. Alesandra juga memutuskan untuk memberi tahu Febri bahwa Diandra sudah meninggal.
Sementara aku tidak dapat lagi menahan rindu untuk melihat Febri akhirnya memutuskan ke rumah sakit.
Pagi itu, Febri sudah diperbolehkan pulang. Aku melihatnya bersama Alesandra keluar dari rumah sakit menuju mobil. Aku mengikuti mereka masuk ke mobil.
"Feb, sebelum pulang aku ingin membawamu ke suatu tempat".
"Kemana, Mah?"
"Feb, nanti kamu juga tahu".
Sampailah kami ke TPU, tempat aku dimakamkan.
"Kenapa kita ke pemakaman, Mah?"
"Kita akan mendoakan seseorang di sini".
Kami turun dari mobil dan berjalan menuju nisanku. Febri yang melihat nama di papan nisan tersebut terdiam seperti patung. Tanpa sadar air mata mengalir begitu saja membasahi pipinya.
"Mah, kenapa nama mu ada di sana?"
"Feb, kamu harus sadar. Aku ini Alesandra, kembaran Diandra. Diandra sudah tiada Feb, kamu harus bisa menerima kenyataan".
Febri menangis memegang papan nisanku dan memeluk pusaranku. Ada perasaan tak rela melepas kepergianku. Aku yang melihat Febri juga menangis.
"Maafkan Papah, papah tidak bisa melindungimu, Papah yang membuat Mamah meninggal".
"Feb, ini bukan salah mu, ini kecelakaan, jangan menyalahkan diri sendiri".
Cukup lama Febri menangis meratapi kepergianku. Febri lalu membaca doa supaya aku bisa bahagia di alam sana.
Dengan mata yang masih sembab, Febri dan Alesandra pulang. Aku juga ikut kembali dengan mereka.
Di dalam mobil, suasana hening, tak ada percakapan selama perjalanan. Dan akhirnya kami sampai di rumah kontrakan sementara yang di sewa Alesandra.
Kami masuk ke dalam dan disana ada Ocean yang sedang bermain bersama Erick.
"Sean, papa udah pulang nih".
Sean yang melihat papanya langsung berjalan ke arah papanya. Sean tampak senang bertemu dengan papanya. Pertemuan yang sungguh membahagiakan.
"Andai aku dapat ada diantara mereka pasti,....", pikirku di dalam hati.
Aku yang merasa lega melihat semua sudah baik pergi meninggalkan mereka. Aku sadar tidak bisa menjadi bagian dari kebahagiaan itu jadi aku harus menjalani kehidupanku yang sekarang.
Saat ku kembali ke dunia arwah, aku bertemu Malaikat Darius di restoran bakmie Ko Edy. Malaikat Darius mengatakan waktu Ko Edy sudah tiba. Namanya sudah ada di dalam daftar untuk menuju gerbang reikarnasi.
"Edy Lan, Usia 56 tahun, waktu Anda sudah tiba. Ikutlah denganku".
"Baik Malaikat, tunggu sebentar, aku ingin mengucap perpisahan dengan Diandra".
"Ngai harus pergi, Nyi jaga diri baik-baik. Ini uang gaji Nyi selama kerja di sini".
"Iya, Ko Edy. Semoga Ko Edy mendapat kebaikan dan bisa terlahir sebagai manusia kembali kelak jika berjodoh, kita dapat berjumpa di kehidupan baru".
Lalu Malaikat Darius membawa Ko Edy pergi. Restoran milik Ko Edy pun menghilang selepas kepergian Ko Edy.
Ternyata saat kita meninggalkan dunia arwah maka segala kepunyaan kita pun akan hilang.
Aku memutuskan untuk ke rumah Amelia dan menumpang di sana karena aku tidak punya tempat tinggal.
"Amel, Ko Edy sudah di jemput oleh Malaikat Darius. sekarang aku tidak punya tempat tinggal, bolehkah aku menginap di rumahmu?"
"Tentu boleh, Dra, aku malah senang ada teman. Jadi Ko Edy sudah bisa memasuki gerbang reinkarnasi. Syukurlah".
"Iya, Amel. Suatu saat mungkin kita juga akan berpisah. Tiada yang kekal".
"Begitulah, Dra. Ada pertemuan pasti ada perpisahan, kita hanya perlu berbuat baik sehingga tak ada penyesalan".
****Di masa lampau****
Ko Edy dahulu bernama Abeng. Beliau adalah orang terkaya di kampungnya. Beliau suka menindas orang kecil. Petani harus membajak sawah miliknya dengan upah yang rendah. Beliau menjual beras dengan harga yang tinggi. Beliau selalu merasa kekayaannya belum cukup dan cukup.
Sampai akhirnya beliau bertemu seorang janda dengan anak laki-lakinya yang kelaparan. Awalnya beliau menolong mereka untuk pamer namun lama kelamaan Abeng jatuh hati dengan janda tersebut. Sejak saat itu, Abeng mulai berubah dari yang tadinya tamak menjadi dermawan.
Oleh karena itu, saat meninggal, beliau bereinkarnasi menjadi Ko Edy. Ko Edy menjadi orang yang berhasil dalam bisnis restoran dan hidup makmur berkat kebaikannya berderma di masa lampau. Namun karma buruk yang diperbuat Ko Edy di masa lampau yang merasa tak pernah puas harus di tanggungnya di masa sekarang. Ko Edy hanya memiliki seorang putra tapi putranya itu suka berkeliling ke daerah pelosok. Putranya jarang mengunjungi Ko Edy sehingga Ko Edy merasa kesepian. Di balik kesepian yang di rasakannya, beliau mengakhiri hidupnya.
****Di Masa Sekarang****
Setelah kepergian Ko Edy, putranya kembali ke rumah. Putranya mendapat banyak warisan peninggalan Ko Edy. Tapi putranya menggunakan warisan tersebut untuk membantu orang-orang sekitar. Putranya sering menjadi sukarelawan di daerah pelosok. Segala kebaikan yang di lakukan putranya itu telah membuka jalan bagi Ko Edy untuk masuk ke gerbang reinkarnasi.
****Di Gerbang Reinkarnasi****
Ko Edy menelusuri jembatan yang panjang. Lalu di sana ada penjaga yang membacakan karma baik dan buruk yang pernah dilakukan Ko Edy selama hidup di dunia. Penjaga menjelaskan bahwa karena 1.000 kebaikan yang telah dilakukan putranya setelah kepergiaannya selama 5 tahun membuat beliau dapat memasuki gerbang reinkarnasi dan akan terlahir menjadi manusia kembali.
"Segala hal yang terjadi di dunia adalah sebab akibat manusia itu sendiri. Ada karma baik dan karma buruk, semua akan di perhitungkan saat kita meninggal".