bc

TERJEBAK SANDIWARA PERNIKAHAN

book_age18+
900
FOLLOW
6.4K
READ
love-triangle
contract marriage
HE
second chance
dominant
doctor
drama
bxg
office/work place
like
intro-logo
Blurb

Terpaksa menikah dengan seorang pria hanya demi gelar sarjana kedokteran tampak tak membuat hidup Geya jauh lebih baik.

Awalnya, Geya sama sekali tak merasa keberatan lantaran dirinya hanya perlu bersandiwara di depan sang mertua. Namun, seiring waktu Geya menginginkan sesuatu yang lebih. Geya ingin diakui oleh suaminya. Pengakuan yang tak akan pernah didapatkannya lantaran sang suami sudah melabuhkan hatinya pada wanita lain.

chap-preview
Free preview
[TSP] menceraikan kamu
“Ibu Nirwati bangsal mawar 19. Hipertensi, pusing, dan mual. Sudah diberi obat dan dalam pengawasan.” Geya, seorang mahasiswa kedokteran yang kini sedang menempuh masa koas tengah bersandar pada dinding koridor rumah sakit, me-review kembali catatan visit dokter konsulen dari catatan kecilnya, berusaha mencuri sedikit waktu luang yang tersisa untuk belajar. Sebentar lagi, stase penyakit dalam yang dilaluinya akan segera berakhir yang mana artinya akan ada tes sebagai tiketnya untuk melanjutkan stase koas berikutnya. “Pena.” Suara itu membuat fokus Geya buyar. Perempuan itu lantas menoleh, mendapati seorang pria berjas putih ikut bersandar pada dinding sembari membolak-balik rekam medis pasien yang dijadwalkan operasi siang ini. “Ini, Dok.” Dia memberikan pena tersebut tanpa banyak bicara. “Mari,” pamit Geya kemudian, enggan berlama-lama berada di sekitar dokter spesialis yang selalu mengeluarkan aura menyeramkan. “Siapa yang suruh kamu pergi?” suara dingin itu kembali terdengar, membuat Geya langsung menghentikan langkah pada detik berikutnya. Geya berbalik. Namun, kepalanya menunduk dalam, enggan memperhatikan wajah seorang spesialis bedah itu. “Dokter terlihat sibuk, saya tidak mau mengganggu,” jawab Geya berusaha untuk sesopan mungkin, menahan rasa dongkolnya. “Sudah seminggu kamu tidak pulang ke rumah. Sudah lupa rumah kamu?” pria itu bertanya, tak mengindahkan alasan yang baru saja dipaparkan Geya. Perempuan itu menelan ludah, melirik sekitar mereka yang untung saja sepi. “Kita sedang ada di tempat kerja, Dok. Saya rasa tidak profesional jika harus membahas masalah personal sekarang.” Greya membalas dengan setenang mungkin, enggan menunjukkan rasa was-wasnya, takut jika ada orang yang mendengarkan percakapan mereka. Pria itu berdecak. “Pulang, Ge. Bersikaplah seperti istri pada umumnya, tidak usah banyak tingkah.” Setelah mengucapkan kalimat itu, sang pria langsung pergi. Bahkan dia tak perlu repot-repot untuk mengembalikan pena Geya yang tadi dipinjamnya, seolah-olah pena tersebut kini telah berubah kepemilikan. Dharma Saka Adiwijaya. Pria itu tidak keliru menyebut Geya dengan sebutan “istri”. Nyatanya, mereka berdua sudah menikah selama dua tahun dan selama itu juga, Geya tidak pernah mendapatkan kehidupan yang menyenangkan. Dharma terlahir dengan sematan nama Adiwijaya. Nama yang sangat familiar di telinga para pekerja medis. Keluarga Adiwijaya memiliki rumah sakit swasta yang cukup tersohor, yayasan yang menaungi salah satu universitas swasta dan sekolah menengah atas, ditambah salah satu dari anggota keluarga mereka kini menjabat sebagai menteri kesehatan. Membuat nama Adiwijaya semakin terdengar eksklusif. Nama yang sarat akan prestasi itu sangat berkontradiksi dengan nama milik Geya. Geya Larasti. Hanya itu namanya, lahir dari rahim seorang ibu yang tak ia ketahui namanya. Bisa sekolah kedokteran karena Geya memiliki otak yang mumpuni untuk mendapatkan beasiswa penuh. Beasiswa yang ditunjang oleh keluarga Adiwijaya. Geya menghela napas. Sampai kapan dia harus terjebak dalam lingkaran Adiwijaya yang begitu mengontrol kehidupannya ini? *** Geya tiba di rumah saat matahari sudah sepenuhnya tenggelam, berganti dengan kegelapan malam yang semakin membuat rumah tiga lantai yang ditempatinya terasa semakin kosong. “Sudah jam delapan. Melalak dari mana saja kamu?” Sambutan tak bersahabat itu membuat Geya kembali menghela napasnya. “Aku tadi ketinggalan kereta. Jadi harus nunggu dulu.” Dharma berdecak. “Alasan,” komentarnya singkat sebelum mematikan siaran televisi. Geya enggan menanggapi meski sebenarnya dia berkata jujur. Dia memang pulang sore hari, bertepatan dengan jam pulang kantor yang membuat stasiun kereta sangatlah padat. Bayangkan tubuhnya yang kecil itu berdesak-desakan di Stasiun Manggarai membuat Geya bergidik ngeri. Lebih baik dia ketinggalan kereta daripada beresiko meninggal karena kehabisan udara. “Kalau memang mau aku pulang cepat, kamu bisa kasih aku tumpangan pulang.” “Jangan bercanda. Mau ditaruh dimana reputasi saya kalau ketahuan menjalin hubungan dengan koas macam kamu?” seru Dharma angkuh. Geya membuang napas kasar. Lihatlah sambutan “spesial” Dharma setelah dirinya tak pulang ke rumah selama seminggu. Bagaimana bisa Geya tahan berlama-lama di rumah dengan pria angkuh itu? “Mau ke mana kamu? Suami kamu lagi bicara!” Geya tak menoleh sedikit pun. Dengan langkah besar, ia berjalan menaiki tangga, segera masuk ke kamar, menganggap seruan Dharma hanyalah musik rusak yang tak baik jika didengar lama-lama. Setelah berendam selama setengah jam, rasa tegang yang hinggap di tubuh Geya luruh. Setidaknya, dia bisa berpikir lebih jernih sekarang untuk menghadapi suaminya yang kelewat menyebalkan itu. Begitu Geya membuka pintu kamar mandi, langsung didapatinya seorang pria tengah bersandar pada headbed, terlihat serius membaca jurnal yang baru sempat dicetaknya tadi. Geya tak ambil pusing. Ia juga tak berniat menyapa. Dengan gerakan seringan bulu, dia segera berjalan menuju walk in closet untuk mengenakan piyama tidur. “Seminggu ini. Kamu sudah tidur dengan siapa saja, Ge?” Suara menyebalkan itu kembali menyambut telinga Geya begitu perempuan itu menaikkan selimut—hendak tidur. Perempuan itu menarik napas dalam-dalam, melirik Dharma yang ternyata sudah melepaskan kacamata bacanya. “Pertanyaan kamu nggak bisa aku jawab.” Geya membalas dengan nada enggan. “Kenapa? Pria yang kamu tiduri sebanyak itu sampai-sampai kamu tidak bisa menghitungnya?” Geya tak mampu menahan decakannya. “Karena pertanyaan itu tidak masuk akal. Kamu demensia? Seminggu lalu kamu suruh aku pergi. Aku hanya mengikuti apa yang kamu perintahkan.” Balasan sinis itu tak membuat Dharma kalah begitu saja. “Saya hanya melarang kamu tidur di kamar ini.” Geya berdecih. “Periksakan kepalamu itu ke dokter segera, Mas. Aku yakin ada yang salah dengan sel-sel otakmu. Jelas-jelas kamu melarangku untuk tidur di kamar lain pada surat perjanjian kita. Kamu pikir aku sudi tidur di ruang tamu? Sekali lagi, aku selalu mengikuti apa yang kamu perintahkan.” “Jaga cara bicaramu. Kamu tidak diajarkan sopan santun oleh orang tuamu, huh?” “Aku anak buangan yang dititipkan di panti asuhan semenjak lahir. Kamu lupa itu? Kepalamu itu benar-benar ….” “Jaga cara bicaramu, Ge.” Dharma kembali mengulang, kini dengan penekanan yang lebih jelas. “Satu-satunya alasan kenapa kamu masih bisa menginjakkan kaki di rumah ini karena orang tua saya.” “Entah bagaimana kamu mencuci otak orang tua saya sampai-sampai mereka begitu menyukaimu. Hanya orang tua saya yang menginginkanmu, seharusnya kamu merasa rendah di hadapan saya.” Pandangan Geya menggelap. Mungkin dia harus berendam selama semalam penuh untuk meredakan emosinya. “Kamu bisa menceraikanku kapan saja, Mas. Tapi kamu terlalu pengecut. Kamu takut orang tuamu akan marah besar jika mengetahui anak semata wayangnya menceraikanku. Jangan menyangkut pautkan aku dengan masalah yang ada di dalam dirimu sendiri.” Dharma tertawa keras. “Kamu bercanda? Hidupmu akan jauh lebih sengsara jika lepas dari saya, Ge. Saya akan mengasihanimu seumur hidup.” “Aku nggak pernah butuh belas kasihanmu itu, Mas. Kalau kamu nggak mau menceraikan aku, aku yang akan menceraikan kamu.” Setelah itu, Geya beranjak. Dengan menahan gejolak emosi, dia segera mengambil tas punggung, memasukkan beberapa pasang baju dan segera pergi dari neraka yang sudah menjebaknya selama dua tahun ini.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.0K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.0K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.0K
bc

My Secret Little Wife

read
94.5K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook