Blurb

327 Words
Bianca menunduk di hadapan kedua orang tuanya dan juga orang tua Alex. Sementara Alex duduk dengan santai di samping Bianca dengan jarak satu meter. Dia memperlihatkan keengganannya duduk bersampingan dengan Bianca.  "Bianca!" teriak Papa Bianca geram.  "Aku sudah jujur, Pa. Aku melakukannya dengan Alex." Bianca berucap pelan, dia tidak berani melihat ke arah papanya dan juga.  "Aku tidak tidur denganmu. Jangan karena kamu begitu memujaku, lantas menuduhku yang tidak-tidak," sangkal Alex. Bianca menoleh langsung pada pria itu. Bianca sangat kecewa dengan perkataan Alex.  "Alex, bicara yang jujur," kata Yuna lembut pada putranya itu.  "Ma, aku tidak kemanapun tadi malam, aku berada di kamar setelah pulang dari  kantor. Mama bisa tanya para pekerja kalau Mama tidak percaya." Bianca tersenyum getir mendengar penyangkalan Alex. Janeta diam-diam menangis melihat kelakuan putrinya, sejak awal dia sudah mewanti-wanti supaya Bianca melupakan perasaan pada Alex.  "Ayo pulang!" Papa Bianca berdiri mengajak istrinya, dia mengucapkan kata maaf pada orang tua Alex lalu membawa serta Bianca keluar dari rummah itu.  Sepanjang perjalanan tidak ada yang membuka pembicaraan. Doni, Papa Bianca terlalu marah dengan keluan putri yang di banggakannya. Sementara Janeta, hanya diam. Dia tidak mengatakan sepatah kata pun sejak Alex menaruh foto-foto Bianca yang setengah telanjang di hadapan mereka.  Bianca membuang pandangannya ke jalanan, air matanya yang dia tahan kini mulai menetes dari sudut matanya. Balasan dari cintanya yang tulus adalah penghinaan dan juga hilangnya kepercayaan orang tuanya terhadapanya. Bianca tersenyum pedih, kini dia menyesal telah mencintai laki-laki itu selama dua puluh lima tahun dia hidup.  "Siapa laki-laki itu Bianca?" tanya Doni lagi sesaat setelah mereka tiba di rumah. Bianca melihat Papanya dengan tatapan berkaca-kaca menahan kesedihannya.  "Papa juga tidak percaya padaku?" Doni melayangkan tinjunya ke dinding rumah itu. Tidak perduli bahkan saat tangannya sudah mengeluarkan darah.  "Papa." Bianca semakin sakit hati melihat reaksi Papanya. Papanya pergi dari hadpannya tanpa mengatakan sepatah kata pun.  "Mama percaya sama Bi?" Bianca beralih melihat Mamanya. Janeta tidak mengatakan apapun, dia haya memeluk putrinya berusaha menenangkan anak satu-satunya itu. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD