Episode 5 Patah Hati Aswin

1393 Words
Episode 5 Patah Hati Aswin “Paket lengkap nih Ki, lo harus siapin tenda juga. Karna dia cewek, lo harus bawa tenda dua. Gak boleh ada yang satu tenda sama cewek,” terang Aswin mengingatkan, padahal Eki juga sudah tahu. “Iya gue tahu bang, sekarang lo nih yang jadi semangat, cie..” Eki menggoda dengan mengedipkan sebelah matanya. “Ki, tadi katanya ada yang bimbang gara-gara si cewek ini alasan ikut patah hati, rupa-rupanya ada yang senasib sepenanggungan haha…” Sandi menimpali, tak ingin kalah menggoda Aswin. “Awas lo berdua!” Aswin berdiri kemudian menimpuk kedua temannya dengan sarung. Jadilah mereka perang sarung. “Bang ampun Bang, ampun…” Eki meminta ampun, Aswin terus menimpuk dirinya dengan ujung sarung yang diikat membuat bulatan yang lumayan sakit kalau kena pukul itu. “Hahaha…” Sandi hanya menertawakan penderitaan Eki. “Sekarang giliran lo San, sini lo!” mata Aswin buas kea rah Sandi. Tetapi sebelum terkena timpukan sarung yang lumayan perih, Sandi segera lari dan menghindar, namun sayang kosan mereka terlalu sempit untuk berlari, akhirnya Sandi kena juga. “Hahaha…” kini Eki yang menertawakan Sandi. Aswin pun tertawa puas menjahili kedua teman sekaligus juniornya. “Udah Win, udah,” pinta Sandi. Mereka pun kini duduk, saling mengatur napas setelah bertarung dengan sarung. “Inget kalian, kita di gunung seminggu jangan sampe gak bisa nahan buat gak godain cewek,” dengan napas yang masih terengah-engah, Aswin mengingatkan kembali kebiasaan yang memang sering mereka lakukan. “Kebalik kali Bang, lo yang harusnya dapat nasehat itu. Kita mah apa atuh, jomblo abadi hahaha,” timpal Eki. “Ya udah, Ki, lanjutin persiapan lo. Yang kurang nanti gue beliin. Ingetin juga tuh cewek buat olahraga biar gak nyusahin kita nanti.” Aswin memberikan pesan terakhir. “Siap bos.” Eki berdiri, kembali menlajutkan persiapannya yang tertunda. Eki memeriksa perlengkapan yang dibutuhkan, mempersiapkan tenda, matras, alat masak, dan perlengkapan yang disediakan oleh mereka untuk kebutuhan Nazhera. “Bang Sandi, lo ada sleeping bag baru gak? Dia gak punya sleeping bag, sama gak mau bekas orang,” teriak Eki yang sedang berchating ria dengan Nazhera sambil persiapan. “Mana, sini gue yang balas.” Eki melempar gawai admin ke Sandi. Kini berganti Sandi yang berchating ria dengan Nazhera. Ia senyum-senyum membaca riwayat chat Eki dengan Nazhera, lalu ia lanjutkan. Ia mengirim link pembelian sleeping bag dan beberapa rekomendasi sleeping bag yang bagus. Bagus secara harga dan kualistas. Admin Yukaitukadieu.id : Gue saranin kalau sleeping bag yang tipis-tipis aja. Pakaian hangatnya jaket dan celana bulu angsa, biar keril lebih ringan dan lebih banyak benda yang di bawa. Sandi memberi saran, namun tidak terlalu ditanggapi oleh Nazhera. Mungkin Nazhera akan mendengarkan saran dari Sandi yang telah berpengalaman dalam mendaki gunung. Nazhera : Kira-kira apalagi yang harus gue persiapkan? Hampir Sandi lupa buat mengingatkan Nazhera untuk olahraga sesuai pesan Aswin. Admin Yukaitukadieu.id : Yang paling pentig dipersiapkan kalo mau muncak itu fisik, jogging setiap hari, jaga asupan makan dan yang paling penting jaga hati, jangan bawa hati kotor ke gunung, apalagi bawa sampah. Dengan serius Sandi menerangkan hal-hal yang harus dipersiapkan. Admin Yukaitukadieu.id : selain itu lo, untuk makanan atau cemilan, sebaiknya lo bawa sesuai dengan kebutuhan dan kesukaan lo. Begitu pun dengan minuman. Makanya gue bilang jangan buang sampah di gunung, karena dari sini lo udah pasti banyak bawa sampah bekas makanan. Nazhera : Akh padahal gue mau buang sampah di gunung, yaudah gue simpen aja sampahnya. Sandi mengerutkan dahinya. Apa maksud balasan Nazhera ingin membuang sampah di gunung? Tak ingin mati penasaran, ia pun menanyakan maksudnya. Admin Yukaitukadieu.id : Eits, sampah apa tuh yang dibuang? Tak menunggu lama, Nazhera langsung membalas. Nazhera : Sampah mantan wkwkwk. “Bahaya nih cewek,” celetuk Sandi, Aswin berminat dengan ucapan Sandi yang reflek tersebut. “Bahaya kenapa dah?” tanya Aswin. “Dia mau buang sampah mantan di gunung,” teriaknya. Admin Yukaitukadieu.id : Bahaya! Sampah plastik aja gak boleh buang di gunung, apalagi sampah mantan. Kalau mau buangnya ke sini aja. Sandi segera membalas. Nazhera : Boleh juga, esok lusa gue bawa ke sana, lo siap-siap jadi saksinya, hahahah. “Huh, bercanda nih cewek, bikin gue jantungan aja bilang sampah mantan. Kira-kira apa maksud dia bilang sampah mantan?” Sandi mengira-ngira. “Udahlah gak usah dipikirin, bercanda kali tuh cewe.” Aswin berusaha menetralkan pemikiran. “Bayangan lo apa dengan sampah mantan Win?” Sandi bertanya pada Aswin, masih ingin membahas persoalan buang sampah. “Hamil kali dia, mau gugurin di gunung,” jawab Aswin sekenanya. “Astagfirullah, jangan sampe Win. Biar gue yang tanggung jawab aja. Kasian tuh jabang bayi.” Sandi geleng-geleng membayangkan jika hal itu memang yang dimaksud oleh Nazhera. Ia memutuskan untuk tidak membalas chat Nazhera. Merinding dengan apa yang dibayangkan oleh Aswin. Mereka kembali berfokus pada persiapan barang-barang yang akan di bawa. Eki sudah mempersiapkan dua tenda, sedang Aswin menyiapkan makanan berupa cemilan ringan, coklat, mie instan, kopi, sereal, minyak, gula, beras, frozen food, permen dan rokok. Meskipun mereka sedang berada di gunung, bukan berarti tidak bisa makan selayaknya makanan di kota. Walau tetap ada mie instan, tetapi itu di keluarkan pada saat penting dan terdesak. Beras dan frozen food yang dibawa akan jadi menu utama setiap perhentian untuk istirahat makan. Sementara itu, Sandi mengisi ulang tabung-tabung gas kecil untuk memasak. Sekarang sudah canggih, ke gunung bisa membawa gas kecil. Dulu ketika awal-awal Aswin dan Sandi suka dengan gunung, ia menggunakan paraffin atau ranting di sekitar gunung, tetapi itu cukup menyulitkan karena ranting akan basah apabila hujan turun, dan sulit membuat api. Sandi dengan penuh keyakinan datang membawa tabung gas tiga kilo yang sudah terisi. “Nih gasnya, udah gue isi full,” suaranya lantang penuh dengan kepuasan. “Apa maksud lo tabung gas isi full?” Aswin mendadak sewot, “Maksud lo kita bakalan bawa tabung gas tiga kilo ini ke gunung? Di gendong setiap hari? Gak mau gue!” Aswin melotot. “Hahaha becanda ya lo bang?” Eki bertanya ikut membulatkan mata. “Hahaha ya iya bercanda, gue juga gak mau bawa gas kaya gini juga,” ujar Sandi. “Terus mana tabung-tabung yang kecil?” Aswin masih sewot. “Lagian bang San, kita kan mau ke gunung, bukan mau makan besar, cuma mau jalan, numpang makan.” Eki menghela napas melihat kelakuan Sandi. “Ya biasa aja kali Win, Ki, gak usah sewot gitu,” ucap Sandi. “Ada nih semuanya disini, gue beli, lebih malah, takutnya kekurangan.” “Huuu bercanda terus sih lo,” kata Aswin sembari melempar bungkusan rokok yang sedang ia susun rapi. “Kenapa sih lo Win, sewot terus sejak ada cewek patah hati mau ikut kita ke gunung?” tanya Sandi serius. “Iya bang, sinis dan sensi, kaya cewek lagi datang bulan tau gak,” tambah Eki. “Kalian berdua tambah ngaco.” Aswin pun keluar meninggalkan pekerjaannya. Ia juga tidak mengerti mengapa ia bisa bersikap seperti itu, biasanya ia sama recehnya dengan Sandi. Tapi kali ini sewotnya minta ampun. Kemudian ia menyesap satu batang rokok di luar kamar kosnya. “Alasannya patah hati,” lirih Aswin sambil menyesap rokok dalam-dalam, sedalam alasan Nazhera patah hati. “Jangan sampe patah hati lo jadi kambuh gara-gara ada cewek patah hati ikut sama kita Win.” Sandi mengingatkan dari dalam kamar kos. "Entahlah, lihat aja nanti." Aswin kembali menyesap batang rokoknya. Aswin Ganjar, ia memang menyukai gunung karna patah hati. tidak banyak orang tahu alasan ini, karna ia simpan rapat-rapat, hanya teman terdekatnya saja yang benar-benar tahu kehidupan dimasa lalunya. ia pikir itu bukanlah konsumsi publik. Setiap ada kamera, dan mempertanyakan mengapa ia suka gunung, alasannya adalah karena ia penakut atau ias suka dengan gunung. Takut dengan ketinggian gunung, jadi ia ingin menaklukkan gunung-gunung sampai ia tidak merasa takut lagi. Selain itu, karena banyak mitos terjadi di gunung, ia ingin mematahkan mitos-mitos itu. Banyak orang yang bercerita tentang gunung banyak setannya sampai mereka disesatkan digunung. Itu sangat tidak masuk akal untuknya dan ia tak bisa menerima cerita-cerita itu dengan begitu saja. Hal yang tidak diharapkan Sandi terjadi, bukanya ia melupakan kisah patah hatinya di masa lalu, justru malah lembaran-lembaran itu terbuka dengan sendirinya. Seorang perempuan yang membuat dirinya dalam keadaan paling terpuruk, mungkin seperti seperti Nazhera, hampir gila. Ia tersenyum miris, menyadari diri belum kembali dari masa lalunya. Brak… Treng… Dalam waktu yang bersamaan satu buah benda pecah di tempat berbeda. “Suara apa itu?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD