Episode 3 Pendaftar Pertama

1600 Words
“Gimana nih Bang Win, H-7 masih nggak ada yang daftar, udah sebulan loh kita buka buka trip ini, tapi nggak ada satupun yang nyantol, hadeuh…” ungkap Eki mengungkapkan keresahannya sambil geleng-geleng kepala. “Ya nggak apa-apa kali gue emang mau berangkat aja, mau ada peserta atau enggak ya… gue tetep berangkat. Lo mau ikut nggak kalo ga ada yang daftar trip? Kalau mau ikut ya ayo kita siap-siap, kalau nggak mau juga nggak apa-apa, tetap lo harus ikut hahaha.” Aswin tertawa, sang owner yukaitukadieu.id masih berguling di tempat tidur, matanya terpejam namun tidak tidur. Yukaitukadieu.id adalah sebuah travel perjalanan ke gunung, lebih tepatnya kumpulan orang yang bisa nganterin seseorang menuju puncak gunung. Akun tersebut dimiliki oleh Aswin Ganjar, ia membuat akun tersebut karena kesenangannya naik gunung sejak di bangku SMA. Dibantu oleh kedua temannya Eki Awaludin, dan Sandi Purnama. Teman-teman setianya yang Aswin temukan semasa kuliah dulu karena memiliki hobi yang sama. Tapi sebenarnya mereka berdua adalah adik kelas yang nasibnya tidak jauh berbeda dengan Aswin ketika awal-awal kuliah, mereka tidak memiliki tempat tinggal, lalu diajak menginap di kosan Aswin, dan ternyata mereka begitu klop, akhirnya bareng sampai lulus. Aswin Ganjar sendiri adalah seorang Stand Up Comedian yang sedang redup karirnya. Selain Yukaitukadieu.id, dia juga memiliki bisnis yang sedang dirintisnya namun belum terlalu naik derastis kenaikan dalam bisnisnya tersebut padahal sudah dua tahun ia rintis. Meskipun dia memiki nama terkenal karena menjadi juara tiga Stand Up Comedy, tetapi itu ternyata tidak terlalu berpengaruh banyak terhadap bisnisnya. Dia juga kalah terkenal dengan teman-temannya yang lain. Karena setelah acara kompetensi itu selesai, tidak terlalu banyak stasiun televisi mengundangnya, apalagi syuting film atau series. Akhirnya dia lebih memilih naik gunung dan membuat konten selama perjalanannya. Dari konten inilah lumayan memberikan masukan untuk hobinya naik gunung dan menggaji kedua teman setianya. Pertemanan yang cukup mahal karena di gaji. Sebenarnya mereka sering membuka trip ke berbagai gunung di Indonesia. Gunung-gunung di Jawa sudah banyak yang mereka daki. Gunung Semeru sebagai gunung tertinggi di pulau Jawa pun sudah mereka sambangi. Apalagi gunung di Jawa Barat sebagai markas Aswin dan kawan-kawan, tak terhitung berapa gunung yang sudah mereka daki. Kali ini ketiganya akan melakukan perjalanan ke Puncak Argopuro. Trek terpanjang di pulau Jawa. Aswin sudah pernah ke sana, namun ia amat rindu dengan perjalanan panjang ini sehingga ia membuka trip ke sana. Sudah satu bulan iklan dipajang di ** mereka, namun entah kenapa perjalanan kali ini begitu berbeda, sepi peminat. Yang menyukai postingannya pun sedikit. Apalagi yang meninggalkan komentar, itu tidak ada. “Bang kok gak biasanya ya iklan trip kita sepi? Apa kemahalan? Atau kelamaan di gunung?” Eki ikut berbaring di samping Aswin, “Ini udah beneran seminggu lagi bang… aduh… aduh… aduh…” Eki menggaruk kepalanya keheranan. “Ngarep banget lo ada orang mau ikut?” tanya Sandi. “Yaelah bang kalau nggak ada yang ikut, ya gak dapat untung,” ungkap Eki. “Ki, gue buka trip bukan buat nyari untung. Ya gue pengen ada temen aja naik gunung meskipun lo lo pada juga udah nemenin gue, tapi… ya… setidaknya ada satu dua orang yang ikut mungkin ramai, tapi kalau engga juga gak apa-apa,” timpal Aswin masih memejamkan matanya. “Tapi sampai sekarang kenapa nggak ada yang mau daftar, tinggal berapa hari nih coba gue lihat tanggalnya.” Eki beranjak dari pembarinan menuju kalender yang tergantung di sebelah pintu. Kalender yang diberikan ibunya, bonus dari sebuah toko emas. “Tuhkan, tinggal seminggu lagi kita mau berangkat,” lanjut Eki. “Iya-iya Ki, lo udah berulang kali bilang kaya gitu.” Sandi mengingatkan. Panas telinganya yang sejak tadi mendengar Eki berkeluh kesah tentang keberangkatannya menuju Argopuro yang sepi peminat. “Ya udah tinggal siap-siapin aja yang apa yang mau dibawa , ribet amat sih lo. Ya kalau mau berangkat ya ayo kita berangkat, tapi kalau engga, ya emang gue mau berangkat hahaha…” Aswin tertawa lagi, seakan meledek Eki yang tengah cemberut. “Lo gak bisa mundur Ki, udah tenang aja, perjalanan lo lo pada udah aman, kita tinggal berangkat aja,” pungkas Aswin meyakinkan. “Emang kalau dapat untung buat apa sih? Lo kuliah udah beres lo kerja juga, lo digaji juga sama Aswin, lo buat apa sih?” Sandi mengguyur Eki dengan pertanyaan beruntun. “Ya buat tabungan aja bang nggak buat apa-apa, atau tambahan logistik kan lumayan,” jawab Eki, “Ya udahlah ya, gue persiapan dulu,” akhirnya Eki bernapas pasrah. “Nih…” Eki menyerahkan sebuah catatan kosong, “Ayo mau belanja apa?” Eki bersiap menuliskan barang ataupun makanan yang diperlukan selama perjalanan, satu minggu di gunung jauh dari segala jenis minimarket, yang ada adalah pacet. Pacet adalah hewan kecil penghisap darah yang bisa hidup di darat atau di air. Hewan yang tergolong karnivora yang hidup di gunung. Hewan ini biasanya banyak ditemui di hutan-hutan lebat. Ada perbedaan antara pacet gungung dengan pacet kota, kalau pacet gunung diam-diam menghisap, kalau pacet kota berisik dan berisik. Tin tin tin suara klakson kalau lagi pacet – ekh itu macet haha, sorry kidding-. “Entar ajalah masih seminggu lagi kan kita berangkat.” Aswin masih malas ditempat tidurnya. “Tenang aja ntar satu hari dua hari tiga hari lagi belanja, semangat banget sih lo bukanya tadi lo yang lemes hahaha,” sekarang giliran Sandi yang meledek. “Elaaah… abang-abang nih, terus gue ngapain nih, bosen nih gue nih di sini nih, nih nih nih…” Eki kembali melipat catatan dan diganti dengan gawai ditanganya, “berangkat aja sekarang yok…” Ajak Eki, yang justru malah disoraki oleh Aswin dan Sandi. “Kepalang bosen gue sekarang bang hahaha…” Tawanya pun pecah, suasana mencair, Eki tak kecewa lagi karena tidak akan dapat bonus dari pendaftaran. “Lo coba lagi aja iklan Ki di sosial media, kali aja ada yang nyantol satu biar lo puas,” usul Sandi. “Oke, boleh juga ini mah iseng aja karena gue lagi gabut. Kali aja dapet, dapet cewek juga lumayan,” ia ikut berbaring kembali dengan Aswin. Sejak tadi Sandi menanggapi keluh kesan Eki sembari menyesap satu batang rokok dan satu buku tebal ditangannya. “Tapi kalau ada yang daftar, untungnya buat gue semuanya ya,” pinta Eki. “Ya okelah kalau satu doang, tapi kalau banyak ya jangan gitu juga kali Ki,” timpal Sandi. Mencoba peruntungan, Eki coba promosi berbayar di **. Jalan terakhir yang ia lakukan. Selain itu sejak lama memang ia memasang iklan trip tersebut di jaringan pribadinya, w******p. Lumayan banyak yang lihat, namun tidak juga teman-temannya berminat. Tiptop. Suara notifikasi handphone Eki. Sebuah nomor baru masuk. Mata Eki melotot mendapat sebuah respon. Tapi ia bertahan dalam diam, takut hanya bertanya dan kecewa lagi. Tak bisa dipungkiri hati Eki benar-benar berdebar karena mendapat pesan yang to the point. Nomor baru : Hai, gue mau ikut trip ke Argopuro. Eki : Siap kaka, silakan isi formulirnya. Eki membalas tak kalah singkat dengan si nomor baru, lalu Eki mengirim sebuah link formulir untuk diisi. Tak lama pun ia mendapat balasan. Nomor baru : kenapa harus isi formulir? Eki : Formulir ini untuk database Kak, khawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan ketika perjalanan. Maka kita sebagai panitia butuh informasi mengenai peserta. Tapi kita harap sih nggak ada hal-hal yang terjadi ya Kak, kita berharap semuanya kembali pulang dengan selamat. Balas Eki dengan penuh kesabaran mengendalikan dirinya sendiri. Nomor baru : Baiklah kalau begitu. Beberapa menit kemudian, Eki melihat formulir yang diisi oleh nomor baru ini. “Wah cewek,” ia berbisik dalam hati, “Waduh paket lengkap pula,” ucapnya masih dalam hati. “Tapi kok, informasinya… cuma nama, nomor kontak, alamat, nomor kontak bapaknya. Media sosial, hobi, kebiasaan, gak diisi.” Eki mengernyitkan keningnya, cukup heran mengapa tidak diisi. Ia juga masih segan untuk bertanya pada si nomor baru yang kini telah ia ketahui namanya Nazhera Intana dari Depok. Ia amati terus sampai ke bawah isi formulirnya, dalam kolom alasan justru terisi, “Patah hati,” mata Eki kembali melotot, “Gawat ini mah, orang patah hati naik gunung bisa gawat.” Eki geleng-geleng kepala. “Kenapa lo Ki? Patah hati? Diputusin pacar? Bukanya lo gak punya pacar?” Ledek Sandi yang sejak tadi memerhatikan tingkah aneh Eki. “Engga bang, sebenernya ini gue antara seneng dan agak gimana ya… mmm.” Eki kebingungan. “Ada yang daftar ikut trip bang,” ucap Eki dengan suara rendah. “Harusnya lo seneng donk, ko lemes gitu?” Sandi ikut senang mendapat kabar tersebut. Bukunya pun disimpan, penasaran dengan si pendaftar. “Yang ikut cewe patah hati.” Eki berucap cepat, Sandi mendekat ke Eki, Aswin tiba-tiba bangun dari rebahannya. “Udah gitu, dia… udah bayar dan,” Eki menjeda, melihat abang-abangnya yang sedang menanti kata-kata selanjutnya dari Eki. “Dan bayarnya paket lengkap, langsung transfer bang… yeeey gue menang banyak.” Eki bersorak kegirangan. Keuntungan dari paket lengkap lumayan untuk dia menabung. Enatahlah untuk menabung atau beli keperluan mendaki, yang pasti saat ini Eki sangat senang. Kedua rekannya ikut senang, Aswin menimpal Eki dengan bantalnya dan Sandi hampir saja merebut gawai Eki, penasaran dengan pendaftar pertama tersebut yang kebetulan seorang perempuan. Tapi Eki tangkis, gawainya masih aman di tangannya. “Jangan lupa lo siapin juga tuh paket lengkap.” Sandi memperingati. “No problem abang Sandi, gue nyiapin dua paket lengkap pun semangat, syudah dapat bonus yang lumayan hahaha,” ia bahagia sekali, sampai-sampai mengucap kata sudah seperti Sahrini yang lagi manggung manja. Seakan diberi obat kuat dari yang sebelumnya lemah lunglai, kini Eki semangat menggebu menuju puncak Argopuro. “Tapi alasannya patah hati,” lirih Aswin, ia memandangi langit-langit kamar kosnya. Mendengar ucapan itu, kedua rekannya melirik Aswin secara bersamaan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD