bc

SUAMI KE-2

book_age18+
2.1K
FOLLOW
7.6K
READ
drama
bxg
bold
realistic earth
enimies to lovers
prostitute
like
intro-logo
Blurb

Murti kerja di Arab selama bertahun-tahun meninggakan Karto yang tiap hari indehoy dengan Tuti, gadis desa montok yang cuma mau morotin dia.

Suatu hari Murti pulang tanpa kabar dan memergoki Karto dan Tuti di rumahnya sedang ehemehem, Murti ngamuk, kesetanan, Tuti dibuat babak belur dan dia minta diceriakan oleh Karto.

Karto nggak mau menceraikan Murti yang sudah menjelma jadi wanita cantik, kaya dan cerdas, Murti tambah murka apalgi mertuanya membela Karto, dan menyuruh Murti rujuk dengan Karto.

Bagaimana cara Murti lepas dari belenggu Karto, lalu siapa Daniel, cowok bule yang selalu ikut campur akhir-akhir ini?

bagaimana nasib Tuti, yang terus mengejar Karto dan memiliki banyak akal licik..

chap-preview
Free preview
Tertangkap Basah
"ugh, Yang.. jangan kayak gitu dong ih, kan geli banget itu!" Suara desahan Tuti terdengar jelas dari balik tirai kamar. "Tapi kamu suka kan Yang. Kalo kamu nggak suka nggak bakalan kamu tiap hari datang kesini, alesan aja kamu kan mau jenguk ponakan kamu, padahal yang mau kamu jenguk itu jagoan kesayangan aku kan Yang?" "Hehe..." Tuti tertawa genit mendengar jawaban Karto, pas banget sih dengan isi kepala Tuti. Siapa yang nggak mau sama Karto, tiap bulan dapat jatah sampai 4 juta rupiah dari bininya yang ngebabu di luar negeri sana. Tinggal kasih aja apa yang Karto mau, apalagi kalau bukan kebutuhan ranjang, dijamin kebutuhan bedak sama perut aman! Tuti yang baru tahu kalau Karto beli rumah baru di samping rumah kakaknya nggak mau menyia-nyiakan kesempatan langka ini. Lagian yang salah itu Murti, udah tahu punya suami ganteng kenapa ditinggal ngebabu ke luar negeri, mungkin Murti pikir Karto bakalan setia, ala bullshit. Di dunia ini nggak ada pria yang cukup dengan satu wanita, apalagi model Karto yang masih muda dan butuh kehangatan. "Ayang, ayang aduh aku mau lepas nih!" Merem melek Karto masih terus memompa tubuh Tuti. "Ah, aku juga sedikit lagi, Ya ampun sayang, ah nikmat banget sih kamu. Kalau kayak gini Aku mau tiap hari kayak gini, Aku nggak bakalan puas-puas nih!" Desah Tuti memainkan jarinya di bawah sana, mendorong lubang sempit miliknya yang masih dipacu oleh miliknya Karto yang gagah perkasa. Suara nafas berat keduanya beradu bersamaan dengan dentuman yang bisa mereka rasakan, lumer juga dari ujung pistol Karto, membasahi perut Tuti yang ramping. "Ah, puas banget rasanya!" Bisik Karto sambil menjatuhkan badannya di atas tubuh Tuti. "Yah ayang jangan digencet dong, nanti ke mana-mana ini!" Tuti mencoba menadahi cairan milik Karto yang mulai melebar di perutnya karena ditindih oleh perut Karto. "Biarin aja sih Yang, lagian nggak ada siapa-siapa ini selain kita berdua!" "Ya Iya sih Yang, tapi kan–" "Nggak usah pakai tapi ayang!" Karto menyegel lagi bibir Tuti kembali menggoyangkan miliknya, ronde dua siap diputar. "Ah, Yang, mulai lagi nih?" Tuti nggak kalah bersemangat. "Kata kamu tadi masih mau?" "Ya maulah Abang Karto ganteng!" Tuti menggigit manja bibir bawah Karto, dia bersiap dengan posisi lain. "Sekarang pakai gaya cicak cicak di dinding ya yank!" "Asiap!" Bruk! Suara pintu terbuka. Tuti, Karto yang lagi nemplok di dinding langsung kaget, berdua kompak menoleh ke arah suara. "Siapa tuh yank?" Tanya Tuti tegang, langsung narik seprei dan membungkus badan semoknya yang polos itu. "Bentar, Abang cek dulu." Kata Karto, buru-buru dia mengambil kolor. Terlambat, Murti, wanita yang sudah hampir tiga tahun merantau di negeri orang sudah berdiri di depan mereka. "KARTO!" Suara Murti bergetar karena menahan nangis dan marah, semua berbaur, mukanya merah seperti udang rebus, emosi keliatan jelas di pucuk kepalanya seperti awan hitam. Gimana nggak emosi melihat suami lagi ehem ehem sama cewek lain di rumah yang dibeli pake keringat siang malam ngebabu di luar negeri, Karto yang cuma pakai kolor dan Tuti yang bungkus badannya asal pakai Sprai pink kesayangan Murti. "Mu- Murti!" Karto gagap dan panik. "Gue tinggal kerja di negeri orang dan lo, apa yang lo lakuin sama cewek disini? Najis!" Murti melemparkan koper ditangan ke arah Tuti. "Enak banget hidup kalian ya, gue kerja keras bagai kuda, jadi babu di negeri orang, lo pada enak enakkan di rumah gue! Anjing!" Murti yang berteriak kalap mengundang tetangga datang dan kepo dari depan pintu. Banyak yang mulai menyalakan kamera handphone. "Sini Lo a*u emang!" Dengan sadis Murti menjambak rambut Tuti. "Aduh, aduh yang… sakit yang, tolongin yang… ayaaang…" "Sini Lo babi, sialan banget! Enak ya Lo makan duit gue, enak ya Lo tiap hari bisa tidur sama laki gue, enak kan? Enak!!" Murti mendorong kasar Tuti hingga terjerembab di lantai. Tuti terus meminta tolong pada Karto tapi Karto udah jadi ayam sayur, di depan Murti nggak berkutik sama sekali, juniornya yang tadi perkasa mendadak keriput kayak buah labu tua yang sudah layu, keropos. "Enak! Nih kalo Lo mau yang enak enak!" Murti melepaskan sepatu hak tinggi dari kakinya. Pak! Tangannya mengayun kencang, mengarahkan heel lancip itu ke muka Tuti. "Aaakkhh!!!" Darah keluar dari bibir Tuti. "Ayang tolong!!" Teriak Tuti histeris "Murti! Jangan Mur, jangan!" Tetangga mulai menjadi penengah dan menahan Murti tapi Murti sudah nggak bisa dikendalikan lagi, dia udah kesetanan istilahnya ya. Marah, kecewa, cemburu, cape, semua berbaur satu, Tuti dibuat malu di depan semua tetangga, ditariknya selimut itu biar semua orang bisa liat badan polos Tuti, dibuat muka Tuti babak belur sampai keluar darah. Tapi Murti masih belum puas, masih emosi, masih marah, masih kecewa. "Cewek murahan, nggak tahu diri! Laki kayak binatang, cewek nggak tahu diri, Sialan Lo semuanya! Sialan!!!" "Ada apa ini rame-rame!" Daniel datang. Daniel yang melihat Tuti babak belur langsung shock. "Tut, kamu kenapa?" Pria keturunan bule itu langsung menolong Tuti tanpa tahu siapa cewek yang udah ngancurin muka cantik Tuti, melihat Daniel nolong Tuti, amarah Murti kian menjadi-jadi. Sekarang Daniel jadi sasarannya. "Tut, kamu kenapa! Ya Allah!" Daniel panik. "Siapa Lo! Pacarnya Tuti! Hah! Cewek Lo itu murah!!!" Teriak Murti dengan heel di tangan, dia bersiap mau memukul Daniel yang bertubuh tegap dan gagah. "Murti tenang Mur…" Karto mencoba menahan Murti dengan memeluk pinggang Murti. "Lepasin gue, lepas! Gue ga sudi disentuh sama Lo, lepas!" Murti berontak dan tetangga mulai membantu menenangkan Murti. "Lepasin gue!!!" "Murr, sadaar Mur!" Daniel mendongak, melihat muka cantik Murti yang marah, wajah ini asing, baru pertama kali Daniel liat, kalau istrinya Karto sih dia pernah lihat di foto tapi kenapa beda jauh sama Murti yang ini? Apa karena Uda lama merantau jadi pakai skincare nya berhasil? Tapi tunggu wajah cantik ini.. ah bukan waktunya dia memikirkan itu sekarang masalahnya sedang gawat, dia harus bantuin Tuti begitulah pikir Daniel. "Mur, aku ini suami kamu, Mur!" Suara Karto lemah mencoba membujuk Murti. "Oh, Lo inget kalo Lo punya bini hah! Jadi Lo sadar kalo Lo itu udah nikahin gue, Karto!" Mendorong pundak Karto kasar, Murti terus mencecar suaminya, dia menangis dan berteriak histeris. Daniel langsung menyelimuti Tuti. Dia meminta tolong Susi– kakaknya Tuti yang janda untuk membawa Tuti masuk ke rumah mereka, sementara Murti mencuri perhatian Daniel. "Ibu ibu, bapak bapak, bubar ya, biar kita musyawarah dulu masalah ini." Daniel tampak bijaksana membubarkan warga. "Kalau Lo sadar punya bini harusnya Lo malu To, Maluuu!!! Malu sama gue! Malu sama usaha gue, malu sama orang-orang, malu sama keluarga! Malu! Tau malu nggak! Huhuhu…" Murti terus mencecar Karto sambil menangis, hatinya teriris pilu, bertahun-tahun merantau demi keluarga tapi apa yang diterima, pengkhianatan! Hati wanita mana yang nggak hancur. "Mbak, tenang ya… kita musyawarah masalah ini ya…" Daniel berusaha mendekati Murti, mulai membujuk, tapi Murti nggak mau dengerin Daniel, dia terus mencecar Karto, melampiaskan amarahnya. "Gue pikir Lo itu pria yang baik dan setia. Gue jadi babu nyari duit dan Lo kuliah, supaya apa? Supaya masa depan kita bagus supaya gue sepadan sama lo, tapi apa yang Lo lakuin To, tega Lo sama gue! Tegaaa! Huhu…" tangisan Murti semakin dalam sampai badannya sempoyongan. "Mbak, sabar mbak, ayo kita obrolin dulu di dalam. Pak RT juga Uda datang." Ragu Ragu akhirnya Daniel menyentuh bahu Murti dengan sangat hati-hati. "Lepasin gue!" Teriak Murti pas tangan Daniel menyentuh bahunya. "Emang laki di kampung ini pada nggak punya otak, Uda miskin, banyak tingkah, nggak tahu malu!" Sumpah serapah Murti keluar padahal bapak doi juga orang kampung ini. "Saya mah nggak mbak, laki sampean aja itu mah. Kita ngobrol dulu ya, malu sama pak RT," Daniel masih membujuk. "Yang harusnya malu tuh dia!" Murti mengarahkan tinju ke wajah Karto tapi ditahan Daniel. "Udah mbak, kekerasan nggak bakalan menyelesaikan masalah." Bujuk Daniel lagi. Karto cuma bisa tertunduk malu. Dalam hati dia menyesal, pertama dia nggak tahu kalau Murti bakalan pulang hari ini, kedua, barusan itu tadi beneran Murti? Ko mirip Zaskia gotik, artis dangdut di tv? Kenapa Murti cantik banget, apa dia operasi plastik? Kalau tahu Murti berubah jadi malaikat, 100 tahun Karto juga bakalan setia, Tuti dan Murti itu beda banget, kelas ekonomi sama kelas bisnis. Tuti kelas ekonomi bus metromini, Tuti kelas bisnis jet pribadi. "Karto, ayo masuk, pak RT Uda datang, Lo harus hadapi masalah ini, jangan pengecut, 9oblog!" Kata Daniel menggeplak pelan kepala Karto. "Otak Lo dibenerin! Kebanyakan nonton layar biru sih!"

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Naughty December 21+

read
513.7K
bc

Suami Jantanku

read
3.5K
bc

Sweet Sinner 21+

read
887.0K
bc

Life of An (Completed)

read
1.1M
bc

Gairah Liar Sugar Mommy

read
52.0K
bc

Life of Mi (Completed)

read
1.0M
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook