1.PERTEMUAN

1070 Words
Pagi Itu Lintang Dewi Kirani sebagai seorang istri sudah kewajiban dia melayani suami dengan baik. Tapi Lintang tidak bersikap seperti sebagai istri, ia selalu melupakan tugasnya. "Lintang." Pekik Arvi pada perempuan yang hanya bisa menghabiskan uangnya untuk bersenang-senang. "Kenapa sepagi ini kamu berteriak." Lintang berdecak kesal pada suaminya sendiri. "Apa saja yang kamu lakukan mana sarapanku." "Oh.. Tuhan. Jadi kamu memanggilku karena sarapan." Lintang merenggut kesal. "Lintang, bibi sedang cuti seminggu. Apa salahnya kalau membuatkanku sarapan." "OH. KAU LUPA CARA BERSYUKUR MENDAPATKAN ISTRI SECANTIKKU." Raung Lintang mengebu "AKU SUDAH CUKUP BERSYUKUR. KAU YANG TIDAK BERSYUKUR MENDAPATKANKU." Bentak Arvi menatap dingin pada istrinya. "BERSYUKUR.. AKU BAHKAN TIDAK MERASA BERUNTUNG MENDAPATKANMU." "AKU MERASA SIAL MENIKAH DENGANMU." Teriak Lintang dengan suara nyaringnya. Nafas Arvi tersenggal-senggal menahan amarahnya. "ARVI, KAU TIDAK PERNAH BISA MENEMUKAN WANITA LEBIH BAIK DARIKU." Teriak kembali Lintang. "Diluar sana banyak lebih baik darimu. Kau begitu sombong." Celah Arvi lalu pergi. Tanpa sarapan dia pergi dari rumahnya yang terasa seperti neraka untuknya. 'Aku akan membuktikan banyak wanita lebih baik dari dirinya.' Arvi membatin kesal. Pria Itu tidak terlalu fokus menyentir. Hingga hampir saja menabrak seorang anak kecil. Untungnya ada seorang wanita berhijab menolong anak itu. Wanita Itu mengutuk Arvi semaunya. "Hei.. Apa anda tidak punya mata. Kalau terjadi suatu pada anak ini bagaimana." Merenggut Hasbiya pada pria satu ini. Arvi melihat sosok Hasbiya dari atas hingga bawah. Wanita ini juga memiliki wajah tidak kalah cantik dari lintang. Terbesit dari otak Arvi untuk menikahi wanita ini. Pria itu bukan berkata apa pun ia justru tersenyum licik. Arvi menarik lengan Hasbiya secara paksa memasuki mobilnya. "Astagfirullah, Anda tidak sopan tuan. Lepaskan saya, Apa yang ingin anda lakukan." Berang Hasbiya. Pria Itu menancap gas full mobilnya dengan laju. Ia sungguh merasa mendapat keberuntungan di luar dugaan. "Tuan, turunkan saya. Apa yang anda inginkan. Kenapa membawa saya." Gerutu Hasbiya. Chit.. Chit.. Arvi menghentikan mobil ditepian jalan yang sepi. 'Astaga.. Kenapa dia berhenti tempat yang sepi. Jangan-jangan dia ingin memperkosaku.' Gumam Hasbiya dalam hati. "Siapa namamu." Tiba-tiba Arvi mengeluarkan suara lantangnya membuat Hasbiya merinding takut pada pria tersebut. "Daritadi kau selalu bicara. Kenapa kau menjadi diam." Kata Arvi dengan tegas. Susah payah Hasbiya menelan salivanya. Ia tak tahu bahkan tak mengenal pria ini. Mata melotot pada pada Arvi. "Tu--tuan, Apa mau anda." Tergagap Hasbiya. Wanita sungguh ketakutan. Bagaimana tidak, baru saja ia menjejakkan kakinya di Jakarta. Tapi nasib buruk menghantamnya dengan bertemu pria dihadapannya sekarang. "Siapa namamu." Sekali lagi Arvi bertanya hal yang sama. "Has.. Hasbiya." Jawabnya dengan ragu. "Aku Arvino." Arvi mengulurkan tangannya memandang Hasbiya yang begitu teduh saat menatapnya. Hasbiya tidak membalas mengulurkan tangannya. Wanita merasa takut bersama dengan orang yang tak dikenalnya. "Tuan, tolong buka pintunya. Saya ingin turun." Mohon Hasbiya dengan menghiba. Tapi sayang.. Arvi tentunya tak dengan mudah melepaskan Hasbiya. Dia akan memastikan jika Hasbiya mau menerima menikah dengannya. Arvi mendekatkan wajah tampannya dipermukaan wajah Hasbiya. Pria Itu menatap Hasbiya secara seksama. "Oh Tuhan.. Tolong menjauh anda tidak sopan." Jerit Hasbiya histeris. Arvi bisa merasakan harum tubuh Hasbiya yang menggoda. Pria Itu benar-benar menyukai sikap Hasbiya yang berusaha menjaga dirinya. Tenang.. Hasbiya, Tenang.. Pria ini tidak akan menyakitimu. Arvi seorang pria yang berambisi, dia selalu berusaha mendapatkan apa yang di inginkannya. Ya.. Seperti yang sekarang dilakukan dirinya, sedang berusaha. Namun disisi itu Arvi memiliki hati yang baik, walau terkadang dia selalu bersikap dingin dan pemarah. Hasbiya memejamkan matanya, ia takut suatu yang tak di inginkan terjadi. "Tenanglah, aku tidak memperkosamu." Seru Arvi menjauhkan dari Hasbiya. Hasbiya terbelalakan, ia tak menyangka pria ini dapat menebak jalan pikirannya. "Sepertinya kau baru disini." Tanya Arvi bersandar di kursi pengemudinya. "Ya.. saya baru saja sampai." "Kemana tujuanmu, biar ku antar." Tawar Arvi pada wanita ini. "Tidak perlu, tuan. Saya ingin mencari kontrak kan." Tolak Hasbiya dengan suara gemulainya. Oh Hasbiya.. pria ini tidak suka menerima penolakan. Dia akan melakukan suatu yang menurutnya benar. "Aku memiliki rumah tidak ditempati, kau bisa tinggal disana." "Tapi maaf, tuan. Saya tidak bisa." "Aku akan mengantarmu disana." Astaga.. Hasbiya tak percaya jika pria ini tak perduli dengan penolakannya. Menurutnya pria ini benar-benar aneh. Tak lama kemudian mereka sampai disebuah rumah yang cukup bagus di tinggalkan untuk Hasbiya. "Kau bisa tinggal disini." Seru Arvi turun dari mobilnya bersamaan Hasbiya. "Tuan, ini berlebihan. Sebenarnya, Apa mau anda." Titah Hasbiya menatap Arvi yang terlihat berjalan santai memasuki rumah tersebut. "Ayo.. masuk." Hasbiya pun masuk, ia merasa penasaran apa mau pria ini. Kenapa tiba-tiba baik padanya. Arvi mendaratkan tubuhnya di soffa. "Duduklah, jangan berdiri terus disana." "Apa tujuanmu ke Jakarta." Tanya Arvi. "Mencari pekerjaan." Balas Hasbiya. "Suamimu." "Baru saja meninggal." Mendengar hal itu, Arvi merasa keberuntungan yang baik berpihak padanya dirinya. Baru saja ia ingin mencari wanita lain untuk menjadi istri keduanya. Seorang wanita muncul didepan matanya. Apalagi wanita ini terlihat baik, dengan menggunakan hijab menutupi kepalanya yang tidak tampak sehelai rambut pun. "Tuan, Apa mau anda. " Sekali lagi Hasbiya bertanya. "Hasbiya, Jangan panggil saya tuan." Ujar Arvi. "Kenapa anda tidak menjawab pertanyaan Saya." Hasbiya berdecak kesal. 'Ya Tuhan.. Kenapa ada pria menyebalkan seperti ini.' gumam Hasbiya tak dapat didengar oleh Arvi. "Aku sedang mencari istri." Impuh Arvi menatap Hasbiya dengan senyum tipisnya. "Lalu hubungannya denganku." "Oh. Anda minta carikan istri pada saya." Celetuk Hasbiya asal. Mendengar ucapan asal keluar dari mulut Hasbiya, pria Itu mengulum senyumnya. Bagaimana tidak, wanita dihadapnya benar-benar tidak mengerti maksudnya. "Sungguh.. " mengkerut dahi pria Itu. "Kau tak mengerti maksudku." Arvi berkata lagi. Hasbiya menggeleng pelan sambil menggigit bibir bawahnya. Ia terlihat bingung, wanita itu salah menangkap maksud Arvi. "Jadi, Apa maksud tuan?" Lirih Hasbiya menatap pria Itu yang terkekeh padanya. Hasbiya terlihat kesal ketika Arvi meledakkan suaranya. "Tuan, jangan tertawakan saya. Apa ada yang lucu." Simpul Hasbiya. "Maaf." Arvi berkekeh pelan. Arvi mengurung niat untuk memberitahu tujuannya pada wanita cantik ini. Ia akan memberitahu diwaktu yang tepat. "Hasbiya, ambil ini. Kau bisa bekerja dikantorku." Seru Arvi memberikan sebuah kartu padanya. Setelah memberikan kartu nama Arvi meninggalkan wanita Itu dirumah itu sendiri. Rumah yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Ini rumah tempat Arvi menginap jika ada masalah pada Lintang. Sikap Lintang sering membuat Arvi tidak betah harus seatap dengan istrinya sendiri. Hasbiya memandang kepergian Arvi, ia marasa bingung. Bagaimana bisa ada seorang pria begitu baik pada orang asing. Apalagi baru dikenalnya. Hasbiya yakin jika pria itu menginginkan suatu darinya. Hasbiya itu semua memang benar, Arvi menginginkan Hasbiya untuk menikahinya. Walau pun merasa sedikit beruntung tetap saja, perasaannya tidak enak. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD