Chapter 06

1119 Words
"Aya mau itu." Aya menatap Nia yang sedang berbaring di sofa sambil memainkan ponselnya. Nia menoleh ke arah televisi. "Kerang?" "Itu kelang?" Tanya Aya kembali menatap film Disney yang ia tonton dimana ada anak kecil dengan warna kulitnya yang gelap tengah mengambil sebuah cangkang yang ada di pantai. "Maybe." Nia kembali memainkan ponselnya. Aya tidak berbicara apa-apa lagi kembali asyik menonton dengan bangku plastik kecil berwarna pink yang ia duduki. "Aya mau!" Aya menoleh ke arah Nia. "Kalo mau bilang sana sama Papi Aya mau ke pantai. Kerang nya ada di pan..." "PAPI!!!!" Aya berlari kencang ke arah dapur karena Nevan berada di sana. "Lah, beneran dibilang." Nia duduk menatap Aya yang sedang berlari ke arah dapur sambil memanggil Nevan. "Papi!" Panggil Aya ketika sudah berada di dapur berdiri di ujung mini bar yang tinggi sedangkan tubuhnya mungil sehingga tidak terlihat oleh Nevan yang juga duduk di ujung. "Horor, ada suara tapi gak ada orangnya." Kata Nevan sambil makan keripik. Padahal tadi Nevan sempat melihat Aya masuk. "Papi!" Aya berlari kecil berdiri di dekat Nevan. "Oh, Aya." "Aya mau ke pantai!" Nevan menaikkan alisnya mendengar permintaan Aya untuk pergi ke pantai secara tiba-tiba. Sedangkan Reya yang sedang mencuci buah menoleh. "Mau ngapain?" Tanya Reya. "Aya mau kelang." Jawab Aya beralih berdiri di dekat Reya. "Di kulkas ada kerang." Sahut Nevan. "Bukan." Aya menggeleng kembali mendekati Nevan. "Kelang, di pantai." Nevan dan Reya saling tatap. "Tapi di rumah ada kerang, ntar Mami rebus. Enak lho." Ucap Reya sambil membuka kulkas berniat untuk menunjukkan kerang yang baru ia beli. "Gak mau! Mau kelang!" Aya merengek sambil menarik-narik tangan Nevan. "Papi gak tau kerang apa." Aya menghentakkan tangan Nevan dan mulai menangis. "Kelang!" Kata Aya sambil menangis. "Aya tau soal kerang dari siapa?" Reya berlutut di depan Aya sembari menghapus air mata dan ingus anaknya. "Kak Ia." Nevan menghela napas. "Coba panggil kak Ia nya ke sini." Ujar Reya dengan lembut. Aya langsung keluar dari dapur untuk memanggil Nia. "Kenapa tiba-tiba aja Aya mau kerang? Kerang apa?" Tanya Nevan pada Nia yang baru saja datang ke dapur bersama dengan Aya di depan Nia. "Bukan kerang. Itu lho, cangkang siput yang ada di pantai." Balas Nia sambil membuka toples kue. "Kenapa dibilang kerang, Ani?" Nevan menatap lesu Nia. "Itu anak orang udah nangis." Nevan menunjuk Aya yang sedang mengelap ingusnya. "Tadi tuh Nia mau bilang cangkang siput tapi Aya nya langsung lari ke dapur." "Papi..." Aya mendekati Nevan menggenggam tangan Nevan. "Ayo ke pantai." "Iya kita ke pantai." Kata Nevan sambil mengelus dagu Aya. Aya tersenyum senang, "cekalang?" Nevan mengangguk. "Iya dong, cekalang." Nevan beranjak dari duduknya dan menggendong Aya. "Abang Io belum pulang cekolah." "Abang pulangnya lama. Tapi nanti coba Papi telfon bisa ikut atau enggak." "KITA MAU KEMANA?" Tanya Nia dengan semangat. "BITCHY!!" Balas Aya tak kalah semangat dan kuat. Nevan yang hendak minum bahkan mulutnya sudah terbuka langsung menoleh ke belakang dimana Nia dan Fazra sudah terbahak. "Kenapa? Lucu banget kayaknya." Kata Reya baru masuk ke dalam mobil. "Kita mau kemana, nak?" Tanya Nevan masih memegang botol minum. "Bitchy." Jawab Aya sambil memakai kacamata nya. Nevan menatap Reya yang cengo. "Aya, kita ke pantai. Beach." Kata Reya. Aya tidak membalas ucapan ibunya melainkan meminta kepada Nia untuk memotret dirinya dengan ponsel milik kakaknya. "Bitchy." Gumam Nevan sambil menghidupkan mobilnya. "Kamu ih!" Reya memukul lengan Nevan dan dibalas kekehan oleh suaminya. "Ini pasti kakak yang ngajarin." Nevan menatap Nia melalui spion depan. "Eh enggak." Nia mengangguk, bukan menggeleng. "Aya jangan diajarin yang enggak-enggak, gak boleh lho, gak baik. Kakak sama Abang udah gede, seharusnya ngerti." Kata Reya sedikit memberi nasihat untuk dua anak kembarnya yang gak seiras itu. "Aya kan anak baik, gak mungkin gampang terpengaruh yakan." Aya mengangguk mendengar ucapan Nia. Reya menghela napas mengalihkan tatapannya dari anak-anaknya ke arah depan. Ketika sudah sampai di pantai, Aya yang sedang berada di gendongan Nevan langsung meminta turun dan berlari ke arah bibir pantai diikuti oleh Fazra. "Mami mau ke toilet dulu." Reya menaruh keperluan mereka di pondok yang sudah mereka sewa berhadapan langsung dengan pantai. "Haduh, bahaya nih kalo gak pake sunblock." Kata Nia sembari melepas sepatunya dan duduk. "Papi, ambilin sunblock Nia dong." Dengan mata yang tertuju ke arah ponsel, tangan Nevan meraba-raba ke arah tas berisi pakaian, bedak, sisir, dan juga handuk. "Ih Papi mata nya ngeliat kemana sih." Nevan meletakkan ponselnya dan langsung mendapatkan sunblock yang Nia pinta. "Pakein." Nia mengulurkan tangannya saat Nevan sudah memegang sunblock miliknya. "Enak aja main suruh-suruh, giliran situ yang di suruh banyak banget alasannya." Kata Nevan mulai mengoleskan krim pada tangan Nia. "Bukannya banyak alasan, kadang Papi nyuruh Nia waktu Nia baru pulang sekolah atau pas Nia mau belajar, jadi tuh Nia capek gitu." "Hmm, percaya." Nia menyeringai mendengar balasan Ayah nya. Setelah selesai Nia mengambil sunblock nya dan memakai topi pantai nya sebelum ia menyusul Aya dan Fazra yang sedang bermain di bibir pantai. "Aya!" Seru Nia dari kejauhan. Aya menoleh. "Sini, pake ini dulu. Biar gak gosong." Nia merendahkan tubuhnya di depan Aya mengambil tangan mungil adiknya. "Keluarga kita tuh putih-putih, kalo Aya sendiri yang item ntar dipikir anak pungut." Ucap Nia sambil mengoleskan krim sunblock nya di tangan Aya. "Nih kerang nya." Nia menunjukkan siput pantai yang baru saja ia ambil di dalam pasir pada Aya. "Mana?" Tanya Aya karena ia tidak dapat melihat siput yang di ada di telapak tangan kakaknya. "Ya makanya Jungkook eh Jungkook, jongkok." Aya yang semula berdiri berjongkok di depan Nia. "Kecil, Aya gak cuka." "Susah tau nyari yang besar." Kata Nia sambil membuang siput yang berukuran super mini ke arah pantai. "Noh, suruh Fazra yang cari. Suruh cari ubur-ubur sekalian." Nia menunjuk Fazra yang sedang mandi di pantai. "AB-" mulut Aya yang hendak berteriak memanggil Fazra langsung dibekap oleh Nia. "Jangan teriak-teriak, nanti dipikir orang gila. Kita sama Papi Mami aja." Nia menggendong adiknya berjalan ke arah pondok dimana ada Nevan dan Reya yang sedang tepok-tepok manja. "Aya mau kelang." Ucap Aya sambil memegang kerah baju Nia diselingi dengan rengekan kecil. "Ih nanti kita beli aja, di sana ada jual kerang nya." "Kok udah balik?" Tanya Nevan sambil menyandarkan kepalanya di bahu Reya. "Mas, berat." Reya menjauhkan kepala Nevan. "Masa masih kepala aku aja udah berat, tadi malem kamu gak ngerasa berat tuh, gak ada protes berat." "Gak ngerti-gak ngerti-gak ngerti." Gumam Nia sambil naik ke pondok yang cukup tinggi. Reya hanya diam saja, kalau ia membalas ucapan suaminya bisa-bisa Nevan tidak akan berhenti berbicara mengenai itu-itu saja. "Papi, Aya mau kelang." Kata Aya sudah duduk di pangkuan Nevan. "Ya udah di cari sana." "Kecil, Aya gak cuka." Katanya sambil memainkan pipi Ayah nya. "Jadi mau yang besar?" Aya mengangguk. "Suka yang besar-besar ya?" Tanya Nevan lagi. Dan Aya kembali mengangguk dengan polosnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD