Chapter 10 : Diana VS Melinda

1255 Words
Diana Kamelia P.O.V Lavender berpesan padaku, untuk tetap hidup, aku percaya akan hal itu, namun ketika diriku dihadapkan oleh wanita berambut oranye dan berkaca mata ini membuatku tidak hidup, dalam artian aku pasti mati jika bertarung dengannya. Aku tahu namanya, aku tahu dia adalah adik dari Rio, namun dia sangat berbeda sekali dengan Kakaknya itu, tatapan matanya menusuk sekali, bahkan aku lupa kalau langit sudah berubah menjadi seperti warna rambutnya, oranye. Sore hari yang sejuk dipadang pasir tepatnya di depan sebuah kastil bersama Melinda. Bukan, kami berdua tidak saling merangkul, tetapi saling membenci. "Nyalimu bagus dan kuharap kemampuanmu juga sama bagusnya." Ucapan Melinda seketika membuatku tersindir, aku merasa diremehkan olehnya. Walaupun aku pantas untuk mendapatkannya. Lalu aku mulai memberanikan diri untuk bersuara. "Me-" "Kau tidak kuizinkan berbicara!" Aku terkejut, kenapa seperti itu, apakah aku harus meminta izin hanya sekedar untuk bersuara. Dia membuatku entahlah, aku tidak bisa mengatakannya. "Sekarang, jawab pertanyaanku. Siapa namamu?" Aku menelan ludah dan menjawab. "Di-Dian-" "Bicara yang benar! Tidak usah gagap! Ulangi!" Aku menarik nafas dan kembali menjawab. "Diana Kamelia." Akhirnya berhasil. "Nama yang indah. Aku suka. Tapi keindahanmu hanya akan membuatmu lemah." "Mem-membuat-" "AKU TIDAK MENGIZINKANMU MEMOTONG PERKATAANKU!" . . . . . . "Dengar Diana! Satu kali lagi kau memotong ucapanku? Kau akan kuhabisi!" Bentaknya padaku dengan tatapan nanar, aku tidak mau telihat lemah. "Jadi, apakah aku harus menuruti perintahmu?" "SIAPA YANG MENGIZINKANMU BERBICARA!" BUAGG!! Dia berlari kearahku dan memukul wajahku sampai diriku tersungkur, aku bisa mendengar suara gesekan rantai ketika dia berlari. Aku meringkuk, menghapus darah yang muncul dihidungku dan kembali bangkit. Dia menggeram padaku. "Rupanya kau kuat juga ya?" BUAGG!! Lagi-lagi aku terkena pukulannya dan kembali terbaring digundukan pasir, tubuhku kini berdebu, pakaianku kotor. Dia mendekat dengan langkah yang penuh amarah. "Kau tidak pantas untuk memasuki Duniaku!" DEG! Dia mengucapkan sesuatu yang membuat hatiku terluka, dia sangat kejam. Kuangkat tubuhku dan berdiri dengan sempoyongan. "Akan kubuktikan kalau diriku pantas memasuki duniamu." "Buktikanlah?" Aku terdiam sejenak, apa yang harus kubuktikan padanya. Aku gugup sekarang. "Mana?" Melinda mencoba memastikannya dengan mengusap-usap dagunya. BUAGG!! "AH!" Melinda menjerit ketika dirinya tiba-tiba dipukul olehku secara mendadak. "KURANG AJAR!" TRAK! Rantai yang dipegangnya langsung bergerak kepadaku, aku mencoba berlari untuk menghindarinya namun itu sia-sia saja, pergerakkannya sangat cepat. Tubuhku terikat kencang oleh rantai emas itu. Aku merasakan kalau energiku dihisap habis oleh rantai ini, aku juga merasa kalau semua ingatanku terhisap. Tongkat yang kupegang terjatuh. Aku sangat lemas sekarang, kenapa dengan diriku. Kumohon siapapun tolonglah. "Diana, dengarkan aku, sekarang kau harus patuhi ucapanku. Hapus semua ingatanmu! Ingatan tentang keluarga, sahabat, kekasih, dan musuhmu. Hapus semuanya Diana!" Tentang keluarga ... Tentang Sahabat... Tentang Kekasih... Tentang Musuh... Sekarang aku merasa kalau diriku seperti tidak punya apa-apa didunia ini. Perlahan-lahan kepalaku merasakan rasa sakit yang menakjubkan. Rasanya kepalaku seperti dicengkram oleh sesuatu yang sangat kuat, aku serius. "Bagus! Sebentar lagi, kau tidak akan pernah mengingat hal apapun dikehidupanmu! Kau akan kujadikan sebagai sampah!" . . . . . . . . Aku akan melihat perkembanganmu, jangan mengecewakanku lagi, Diana. Aku mengingatnya Sekarang, sisi gelapku selalu melihat apapun yang kulakukan, dan aku tidak boleh mengecewakannya lagi. Dengan sekuat tenaga, aku mencoba memberontak, aku harus bisa. Aku pasti bisa, aku ingin melihat mereka lagi. Aku tidak boleh kalah disini, aku harus kuat, kumohon, jangan menjadi pengecut lagi. PRAK!! Akhirnya berhasil, rantainya putus. Aku harus menggunakan kesempatan ini sebaik mungkin. Aku harus membalasnya sekarang. BUAG! Satu pukulan diwajahnya. BUAGG! Satu pukulan diperutnya. JEDAGG!! Dan satu tendangan diwajahnya. "AAAAAAARGH!" Melinda terjatuh beberapa meter dengan kondisi yang mengenaskan, rantainya kugenggam. Aku tidak akan mengecewakanmu. "KAU HANYALAH SAMPAH!" Tiba-tiba Melinda berdiri. BUAGG!! "DIA BUKANLAH SAMPAH!" Tiba-tiba seorang wanita muncul dan memukul Melinda sampai kembali tersungkur. Rambutnya cokelat dan dari caranya berdiri seperti diriku. Perlahan-lahan dia menoleh padaku. DEG!! "Ka-kamu?!" Aku terkejut, ternyata dia adalah sisi gelapku, dia kembali untuk menolongku. Dia tersenyum padaku. "Akhirnya kau berhasil, aku senang kau berubah. Kau telah membuktikan padanya bahwa kau bukanlah sampah. Aku bangga padamu." . . . . . . . . . . Tes. Tes. Air mataku menetes, kenapa dia kembali, bukankah aku sudah melenyapkannya. Aku semakin tidak mengerti. "Ke-kenapa kamu kembali?" "Aku hanya ingin melihat perkembanganmu." "Ta-tapi, bukankah!?" "Sekarang aku bukanlah sisi gelapmu lagi, melainkan sisi terangmu." . . . . . . . . Sisi terang. . . . . "Kenapa kau menangis?!" "Ah, maafkan aku.." "SUDAH KUBILANGKAN! JANGAN LEMAH!" "Maafkan aku..." "Tidak, aku hanya bercanda, kau memang sudah kuat. Kau sudah melampaui kedua sahabatmu." Dia tersenyum dengan manis padaku lalu tubuhnya sedikit demi sedikit terkikis dan menghilang. "Aku pasti akan kembali." Aku tersenyum senang. Akhirnya janjiku terbayarkan. Aku lega sekarang. "Terima kasih, Sisi terang." . . . . . . . . "APA YANG MEMBUATMU TERKECOH DARIKU!" Aku terkejut ketika Melinda berteriak padaku dan mencoba untuk mendekatiku dengan tubuh yang terluka. Aku langsung cepat-cepat mengambil tongkat pemberian Zombila dan memutarkannya sekali diudara. Aku ingin memeluknya. GREB! "Ah--" Melinda terkejut karena diriku secara mendadak memeluknya. Aku tersenyum lalu berbisik pada telinganya. "Apakah aku lulus?" . . . . . . . . . . . . Biola Margareth P.O.V Ketika diriku dan Bella meninggalkan Diana, lalu memasuki kastil ini, aku merasakan kalau disini terdengar suara burung-burung berkicau riang. Ternyata benar, ruangan ini luas dan atapnya tinggi, ribuan jenis burung beterbangan diatap, mereka saling berkicau, kicauannya menggema. Lalu tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang aneh, kenapa mereka seperti dikendalikan oleh sesuatu. Mana mungkin ribuan burung ini tinggal dikastil pasir ini. Sepertinya Bella juga berpikiran sama denganku, dia memandang burung-burung itu yang berseliweran kesana-kemari dengan riang diatas sana. "Akhirnya kalian datang juga." . . . . . Aku kenal suaranya, dia adalah salah satu adik dari Rio. Itu adalah Zack. Dia sedang duduk disebuah kursi berlengan yang mewah, dia juga memakai mahkota perak yang indah, dan ia memakai pakaian seorang raja. Dia tersenyum padaku dan Bella. "Nah, sekarang, berikan penjelasan padaku, kenapa kalian berdua repot-repot datang ketempat ini? Ayo?" Ucapan Zack membuat diriku saling memandang dengan Bella. "Tentu saja kami ingin menyelesaikan permainan ini!" Jawaban Bella dibalas dengan senyuman oleh Zack. "Menyelesaikan permainan? Permainan apa?" Kenapa dia bertanya tentang hal itu, bukankah dia sudah mengetahuinya. Ini semakin aneh. Aku tahu dia hanya berpura-pura tidak tahu. Dia hanya ingin bermain-main sebentar. "Tentu saja permainan dimana kau menjadi penguji kami!" Bella kembali menjawab dengan sedikit kesal. "Oh? Benarkah? Kurasa aku tidak pernah dengar tentang itu? Coba katakan sekali lagi?" "k*****t!" Dan akhirnya amarah Bella memuncak, Zack hanya terkikik geli melihatnya. "Heheheh, kau ini lucu ya?" "BERHENTILAH BERTINDAK BODOH DAN LAWAN AKU!" Bella sudah tidak tahan lagi dengan perlakuan Zack terhadapnya, kesannya seperti meremehkan. "Melawanmu? Apakah aku harus melawan seorang wanita? Tidak mungkin, aku seorang pria dan tugas lelaki adalah melindungi wanita, bukankah begitu?" "KAU PIKIR SEMUA WANITA ITU LEMAH!" "Tentu saja, wanita hanyalah makhluk rapuh!" Kurang ajar, sepertinya aku juga ingin berteriak padanya tapi tidak jadi. Biarkan Bella yang menyelesaikan ini. "Biola, yang ini aku tangani, kau cepat pergi, dan kalahkan yang lainnya!" Perintah Bella padaku dengan memicingkan matanya padaku. Aku mengangguk dan segera berlari meninggalkannya. "Ehem! Siapa yang mengizinkanmu pergi?" Aku terdiam seketika, dia menyadariku. Bella langsung mencari cara agar perhatian Zack teralihkan padanya. "HEY! k*****t! LAWAN AKU!" Lalu dengan cepat, tatapan Zack kembali pada Bella. Setelah itu aku tersenyum dan kucepatkan langkahku untuk masuk lebih dalam dikastil pasir ini, mencari lawanku. "Semoga berhasil, Bella!" . . . . . . . . . . . "Jadi dirimu yang akan menjadi makananku? Baiklah, akanku berikan sesuatu yang menghibur untukmu." Tiba-tiba tubuh Bella tidak dapat digerakkan sama sekali. Ada apa ini? "Aku ingin kau layani nafsuku." DEG!!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD