Chapter 23 : Terpujilah

1250 Words
"Ayo kita berangkat!" ucapku saat diriku melihat Rio, Zombila, Rae, dan Paige berdiri di depan gerbang, menungguku. "Selamat pagi, Putri." . . . . . . . . . . . . . . . Rio tersenyum padaku ketika diriku sudah berada di sampingnya, sementara Rae dan Paige memandang tidak suka padaku, Zombila mulai berkata. "Apakah kalian siap? Kita akan mulai!" Aku terkejut dan berkata. "Aku selalu SIAP!" Mendengarnya Rae mendelik padaku. "Berisik!" Aku menoleh padanya. "Akukan hanya menjawabnya? Kenapa kau tidak suka?" Mendengarnya, Rae mencengkram kerah bajuku. Astaga, dia sangat kasar. Dengan wajah kesalnya, dia berkata. "Wanita lemah sepertimu, tidak layak menjadi bagian dari Farles!" DEG! Perkataannya cukup membuatku hancur, melihatnya, Rio berkata. "Rae, kendalikan amarahmu." Mendengarnya, Rae langsung menoleh pada Rio. "Baiklah, Tuan!" Walau tidak rela, dia melepas cengkramannya pada kerah bajuku, Paige menatapku tajam. Zombila tersenyum melihat hal itu. "Dalam menjalankan misi, kerja sama tim adalah hal yang terpenting." ucap Zombila dengan pelan. Rae kurasa tersindir dengan omongan Zombila, namun dia menyembunyikan kekesalannya. Aku masih terkejut, sungguh kukira dia itu tidak seperti itu. Dia sangat menakutkan untuk seorang wanita. . . . . . . . . . . Tiba-tiba, dari balik pepohonan sakura, aku melihat sebuah kereta kuda yang dikendalikan oleh seseorang, tapi tunggu, rasanya aku mengenal orang itu. Rupanya Jordan, pantas saja, dia tidak hadir di samping gerbang, ternyata dia membawa kereta kuda. "Yo! Finiggan! Mercedes! Summer! Aurora! Dan Margareth! Aku membawa kendaraan yang terbaik untuk kalian!" teriaknya dari kejauhan, suara kereta yang berderit-derit semakin mendekat. Kuda itu setengah berlari kearahku, namun langsung dihentikan oleh Jordan. Senyuman mengembang pada wajah lelaki itu, dia langsung menuruni kuda dan berkata. "Aku sangat berterima kasih kepada kalian karena telah mempercayakan tugas ini padaku, kereta ini kudapatkan dari Pasar, aku meminjamnya. Dan kuda ini juga kupinjam dari seorang pedagang." Jordan menghela napas lalu menatap wajah kami satu persatu. "Lokasi yang akan kalian tempuh sangat jauh, maka dari itu, berkenankah jika aku yang menjadi sebagai kusir?" Rae mendecih jengkel dan berseru. "Berisik! Mau kau atau siapapun yang menjadi kusir, aku tidak peduli! Ayo cepat naik!" Rae langsung berjalan dengan angkuh menghampiri kereta itu dan naik dengan pelan-pelan. Ia duduk ditepi dekat jendela, kedua matanya menatap tajam padaku. "Kau, duduklah yang jauh dariku, wanita lemah!" Mendengarnya, aku menahan emosi, aku langsung berjalan memasuki kereta kecil itu dan duduk di samping kiri, jauh dengan Rae. Dia mengedikkan kepala pada Paige untuk masuk. Rio dan Zombila duduk dibagian belakang, mereka berdua memandang Jordan. "Sepertinya kalian semua sudah siap, baiklah, kita mulai perjalanan ini!" Jordan dengan susah payah menaiki kembali kuda itu dan langsung menghentakkan tali agar hewan putih itu bergerak. Lalu, kereta ini memutar, dan bergerak maju, tubuhku tergoyang-goyang karena kecepatannya yang lumayan lama. Dengan rasa canggung, kutatap wajah Rae dan Paige yang ada di sampingku. Salah satu dari mereka mengerling padaku, cepat-cepat wajahku dialihkan kedepan. Jordan dengan santainya menghantamkan tali yang dipegang oleh kedua tangannya agar kecepatan kendaraan ini semakin bagus. "Biola?" Zombila bertanya padaku dari belakang, lantas aku menoleh padanya. "Ada apa?" Mataku memandang wajah Zombila dan Rio yang sedang duduk diam disana. "Maaf atas perlakuan Rae, dia memang seperti itu pada siapapun." bisik Zombila padaku. "Dan juga, kau bukan wanita lemah, aku tahu kau kuat, Putri." ucap Rio dengan senyuman, Rae mendengar pembicaraan ini. "Aku paling tidak suka seseorang membicarakanku dari belakang, jika kalian memang seorang penyihir, bertarunglah denganku sampai salah satu dari kita mati!" ucapan Rae cukup membuatku bergidik. Zombila terkejut namun Rio tetap tenang. . . . . . . . . . "Yo! Margareth, aku ingin bertanya sesuatu padamu." Jordan bersuara sambil tetap bekerja. "Katakan." jawabku dengan jelas. "Kudengar kau telah mengalahkan salah satu Hero kita? Benarkah?" Aku kurang mengerti dengan ucapan Jordan. "Siapa yang telah wanita lemah ini kalahkan?" tanya Rae dengan antusias, dia mengubah posisi duduknya lebih tinggi. "Menurut kabar yang kudapat, dia telah mengalahkan Nori Slowmotion Finiggan." "AP-APA!" Rae dan Paige berteriak kaget mendengarnya. Perlahan-lahan kepala mereka menoleh padaku dengan tatapan tidak percaya. "Apa itu benar?" tanya Paige padaku. Aku hanya menganggukkan kepala pelan, Rae langsung berkeringat memandangku, kedua matanya menandakan ketakutan yang besar padaku. "Menurutku, itu hanya berita bohong! Mana mungkin wanita lemah ini bisa mengalahkan Nona Nori!?" kata Rae dengan membuang muka padaku. "Tapi, jika itu benar, ceritakan pertarunganmu dengan Nona Nori, pada kami, Biola!" Paige menunjukkan wajah penasarannya padaku. Secara tidak sadar, kereta ini sudah memasuki hutan sakura, pohon-pohon itu saling melambai ketika kami melewatinya, kuda ini bergerak sangat lambat. "Menurutku itu tidak penting untuk diceritakan." jawabanku membuat kedua mata Rae dan Paige terbuka lebar. "JELAS ITU PENTING BAGI KAMI!" Teriak Rae dan Paige bersamaan padaku, suara kepakan sayap burung terdengar disekelilingku ketika mereka berteriak. "Mengapa kalian sangat penasaran?" tanyaku dengan sedikit agak menyombong. "Karena mereka pernah menantang Nori, tapi berakhir dengan kekalahan yang memalukan." Kini Riolah yang angkat bicara, mendengarnya, Rae dan Paige menampilkan wajah malu yang besar, wajah mereka berdua merah sekali. Aku menahan tawa memandangnya. Dengan dengusan jengkel, Rae berkata. "Sebenarnya dia hampir kukalahkan, hanya saja, dia selalu saja bermain curang!" ucap Rae dengan melipat tangannya kesal. "Benarkah?" Zombila tertawa mengejek. "Berisik kau!" Timpal Rae dengan amarah, sementara Paige kurasa dia tidak berani berkata karena dia malu pada Rio. "Yo! Aku juga punya pertanyaan untuk kalian semua, namun pertanyaan kali ini menyangkut seluruh penyihir Farles." DEG! Kami berlima terkejut mendengar perkataan Jordan, lalu Paige bertanya. "Apa yang akan kau tanyakan?" "Garkimonso akan segera dimulai bulan depan, dan Farles kembali diundang untuk ikut berpartisipasi dalam kelangsungan acara." . . . . . . . Garkimonso? Apa itu? "Apa yang dimaksud Garkimonso? Aku kurang mengerti?" Pertanyaanku langsung dijawab oleh Zombila. "Garkimonso itu semacam perlombaan sihir antar Guild, jadi setiap penyihir akan saling berlomba menambahkan poin Guild. Lomba yang diadakan bermacam-macam, namun lomba yang sesungguhnya merupakan satu lawan satu." Aku mengerti sekarang, jadi itu artinya aku akan bertarung melawan penyihir dari Guild lain untuk menambahkan poin Guildku, tapi apakah itu mudah? "Lokasinya dimana?" tanya Zombila pada Jordan dengan santai. "Untuk kali ini, menurut kabar yang kudapat, acara ini akan dilaksanakan di Farles." jawab Jordan dengan memunggungi kami. Rae mendengus jengkel, Paige menghembuskan napas letih, sementara diriku masih belum mengerti dengan pembahasan ini. Bodohnya diriku! . . . . . . . . . BRAK! Tiba-tiba kereta ini berguncang seperti menabrak sesuatu, kujulurkan leherku untuk melihatnya dengan jelas, ternyata kendaraan ini tidak menabrak apapun, itu karena seorang pria asing menyihir kuda kami menjadi es dan retak. Jordan juga terkena sihirnya. "ASTAGA!" Aku langsung keluar dari kereta ini, aku berlari menghampiri Jordan, kutempelkan tanganku pada pipinya, sangat dingin, dia menjadi bongkahan es. Astaga. "SIAPA KAU!" Rae berteriak dengan nada yang sangat keras, pria itu hanya terkikik-kikik mendengarnya. "Hohohoho, aku tidak tahu kalau kalian itu pemarah ya? Hohohoh." Dia kembali terkikik, pria itu berambut hitam dengan baju yang berbulu, wajahnya tampan, tapi gayanya seperti perempuan. "KUBUNUH KAU!" JEDAR! Rae memunculkan kilatan petir yang besar dari telapak tangannya, namun sia-sia saja, pria itu sangat lincah dalam hal menghindar. "Hohohoho, aku tidak tahu kalau kau ternyata pengendali petir? Hohohoho." . . . . . . . . . Aku kesal sekarang, berani-beraninya dia mengubah Jordan menjadi es dan juga meremehkan kemampuan Rae, kesabaranku sudah pada batasnya. "Aku, Biola Margareth, memanggilmu, DEWA HUJAN!" Dressss.... Rintik-rintik hujan mulai muncul ditempat ini, cuaca perlahan-lahan menjadi gelap, angin berhembus kencang, menghantam ratusan pohon ditempat ini. Kulitku tersentuh oleh angin yang sangat dingin. Rae dan Paige terkejut melihat sesuatu yang terang mendarat di hadapanku, Rio dan Zombila pun terkesiap. "Terpujilah... " BUAR! . . . . . . . . .
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD