Chapter 44 : Kau Sudah Meninggal, Biola

1240 Words
Biola Margareth P.O.V Serangan yang dilontarkan oleh Zombila dan Cacha membuat tempat ini hancur, yang tersisa hanyalah kepingan-kepingan bangunan yang berserakan. Sementara aku? Tubuhku terkena ledakan Zombila sekaligus kapak Zelontita, walau hanya sedikit tapi itu benar-benar menyakitkan. Sebuah luka terbuka lebar di punggungku, kedua tanganku tergores oleh ketajaman Zelontinta. Aku terbaring di antara tembok-tembok yang rapuh, setengah badanku tertindih oleh reruntuhan. Kayu-kayu berserakan disekelilingku, termasuk juga tetesan darah kekalahanku. "Sepertinya dia sudah mati?" Aku mendengar suara Cacha ketika langit jingga terbentang, mengingatkanku mengenai Games Kematian. Jika dibandingkan dengan itu, menurutku, lebih s***s yang sekarang. Kini, aku harus dipaksa melawan orang-orang yang sangat dekat denganku. Bagaimana rasanya melihat perubahan wajah mereka? Aku merindukan ekspresi ramahnya Zombila padaku! Ah, selamat datang diwilayahku, aku sangat senang mendapatkan tamu seperti kalian. Dan Ender, lain kali jangan memanggil namaku dengan teriakan, paham? Itu adalah kata-kata pertama yang diucapkan Zombila ketika bertemu denganku! Dia sangat ramah sekali! Tapi wajahnya kali ini? Sangat menyeramkan. "Kalau begitu, kita akhiri saja ini! Biola sudah mati! Ayo, Zombila! Kita pergi!" ucap Cacha pada Zombila yang sedang menggeram. Samar-samar aku mendengar suara langkah kaki mereka yang menjauh. "Biola!" Ayah kembali muncul, dia memanggilku dengan nada khawatir. "Tidak perlu cemas Ayah! Ak-aku baik-baik saja," jawabku menahan rasa sakit yang menjalar disekujur tubuhku. "Lebih baik sekarang kau pulang, Biola! Kembalilah ke Farles!" Kembali? Meninggalkan mereka semua? "Ti-tidak! Aku tidak mau menjadi PENGECUT!" DEG! Kurasa Ayah terkejut dengan apa yang kukatakan. Menyingkirkan serpihan-serpihan kecil yang menyelimuti tubuhku, lalu mencoba untuk bangkit, walau sangat sakit. Bukankah Ayah pernah bilang!? Kalau hanya diriku yang bisa menghapuskan penderitaan teman-temanku? Lantas, kenapa Ayah memerintahkanku untuk meninggalkan mereka semua? Asal Ayah tahu, itu merupakan tindakan seorang sampah! Aku tidak ingin menjadi seperti itu! Aku masih punya harga diri! AKU TIDAK AKAN MEMBIARKAN COLIN MENYENTUH TEMAN-TEMANKU! WALAU HANYA SEDIKIT! DEG! * * * Merasa sudah berdiri tegak, aku langsung berlari kencang, mengejar mereka, bayangan yang menyerupai Zombila dan Cacha. Aku bisa merasakannya, mereka belum jauh! Aku terus berlari melewati reruntuhan ini, sampai tiba-tiba penglihatanku menangkap sesuatu yang mengejutkan! Hinamo terbaring sendirian di antara meja dan kursi yang sudah remuk! Sepertinya dia terkena ledakan itu! Terpaksa, kubelokkan langkahku, mendekati Hinamo yang tidak sadarkan diri. Pepohonan rindang saling bergoyang. Aku berjongkok memandang wajah Hinamo, rambut cokelatnya tergerai, dia terluka. "Hinamo?" Kutempelkan tanganku pada pipinya, menekannya sedikit. "Apa yang harus kulakukan? Dia sepertinya pingsan!?" "Obati dia, Biola," Aku terkejut mendengarnya. "Bagaimana caranya? Aku tidak bisa melakukan sihir pengobatan!?" jawabku pada Ayah dengan raut wajah bingung setengah mati. "Pusatkan kekuatan sihirmu, lalu keluarkanlah pelan-pelan ditelapak tanganmu, lakukan itu berkali-kali, Ayah yakin, kau bisa, Biola," Kedengarannya mudah sekali, namun ketika diriku mempraktekannya? Susah sekali! "s**l! Ini tidak berguna! Aku sangat payah!" ucapku frustasi, aku ingin menolong Hinamo, tapi sihirku terlalu payah untuk membantunya. "Tenangkan dirimu terlebih dahulu, Biola." Menenangkan? Itu tidak mungkin! Suasananya saat ini tidak bisa membuatku tenang! * * * "Grrrrrrrhhhhh!!!" Aku menggeram kesal. "Sekali lagi, Biola!" "Baik Ayah!" Kali ini, aku kembali memusatkan sihirku, aku bisa merasakan aliran panas yang bergerak menuju tanganku. "Sedikit lagi, Biola!" Sssshhhhhhhhh! Akhirnya, kedua telapak tanganku mengeluarkan cahaya putih yang terang, sekarang, bagaimana caranya mengobati Hinamo? "Dekatkan telapak tanganmu pada luka-luka Hinamo," Ternyata berhasil, Hinamo terbatuk-batuk setelah kuberikan pengobatan ringan itu, setelah dia sudah cukup sadar, mukanya terkejut menatap kehadiranku didekatnya. "Senyumanmu mengerikan! Kenapa aku berada disini? Tunggu! Sepertinya ini rumahku!? Kenapa bisa hancur? APA KAU YANG MENGHANCURKANNYA? HAH!" Astaga, Hinamo mencengkram bajuku, mendekatkan wajahnya padaku, aku tidak bisa berkata apa-apa, aku gugup sekali. "Ti-tidak! Ini tidak seperti apa yang kau pikirkan, Hinamo!" "Lalu, kenapa rumahku bisa seperti ini? Jika bukan karenamu, lantas, siapa yang melakukannya? Atau mungkin, teman-temanmu itu ya!" Hinamo melepaskan cengkramannya, mendendang kerikil-kerikil dan menatapku intens. "Kalian tidak becus! Kau dan teman-temanmu itu tidak berguna! Padahal, misi yang kuberikan padamu masih tergolong mudah! Aku akan melaporkan hal ini pada pihak keamanan!" TAR! Astaga, tanganku bergerak tanpa perintah, menampar pipi Hinamo sampai lebam!? Aku terbelalak, sementara Hinamo terkejut. "Ka-kau!" Hinamo mengusap pipi yang telah ditampar olehku. "Astaga! Maafkan aku! Aku--" "DIAM KAU!" DEG! * * * "HINAMO! JANGAN MENGGANGGU! WANITA MERAH ITU SEDANG MEMAINKAN PERMAINANKU! BIARKAN SAJA! RUMAH INI HANCUR KARENA ULAHKU! JIKA KAU MASIH DISANA! ITU ARTINYA KAU JUGA IKUT DALAM PERMAINAN INI! JADI CEPATLAH PERGI, HINAMO!" Suara Colin menggema dihutan ini, bisa kulihat, wajah Hinamo pucat mendengar hal itu, dia gemetar. "Kenapa!?" Hinamo berteriak. "KENAPA KAKEK MENGHANCURKAN TEMPAT TINGGAL KITA!?" BUAG! Tiba-tiba, sebuah bayangan melesat sangat cepat menuju Hinamo, pukulan keras mengenai wajah gadis kecil itu hingga terjatuh. Aku terkejut. Naluri membunuhku bangkit lagi melihat Hinamo tersakiti! "GRRRRRAAAAAAHHH!!" Aku langsung mencekik bayangan itu, aku ingin membunuhnya, mencabik-cabiknya sampai habis, tetapi, aku sangat terkejut ketika samar-samar wajah dari bayangan itu terlihat. Rio Finiggan!? DEG! "ROOOOAAAARRR!!" Itu suara auman Zombila, s**l, dia mendengarnya. Zombila dari kejauhan berlari mendekat kesini, Cacha berada dipunggungnya dengan mengangkat kapak raksasanya ke udara. "Ternyata kau masih hidup ya? BIOLA!" Cacha menatap kesal padaku. "Hhhh!" Rio yang berada ditanganku, tiba-tiba menghilang. BUAG! BUAG! Aku terpukul oleh kepalan tangan Rio, dia sangat cepat. Aku tergeser mundur beberapa meter, menabrak dinding, dan mencoba melihat keberadaannya. Nihil. Kecepatannya dalam bergerak sangat tidak masuk akal! Rio sangat cepat! DUAG! "AHHH!" Punggungku ditendang oleh Rio, rasa sakit kembali menjalar. Bagaimana ini!? Aku diserang oleh tiga orang! * * * Hinamo bangun dengan napas terengah-engah, rambutnya terombang-ambing, kedua matanya menyorotiku yang sedang dibantai oleh Rio. "HULA! HULA! NARNOLA!" SWIIIIIIINGGGG!!!!! Hinamo berteriak keras mengucapkan mantera sihir dan asap mengepal ditempatnya, kini secara mendadak, dia tiba-tiba memegang dua pedang tajam dikedua tangannya. Tatapannya sayu. "Biar kubantu!" TRANG! Bunyi tabrakan antara pedang dan kapak berdenging. "Mengagumkan," ucap Cacha dengan senyuman pada Hinamo. Rio terus memukuliku. Cukup sudah! Kesabaranku mulai habis! "GGGGGRAAAAAAAH!!" Aku mengaum tepat diwajah Rio kemudian kulemparkan ledakan yang tercipta dari mulutku padanya. BLAR! BLAR! BLAR! BLAR! BUAAAR!! * * * Tempat ini semakin rusak, antah berantah, bahkan pepohonan tumbang terkena ledakan itu. SET! Sial! Bayangan Rio masih hidup! Dia sangat menjengkelkan! "SERANG LAGI! BIOLA!" Baik Ayah! Sayang sekali, ketika aku akan mengeluarkan ledakan-ledakan lagi, Zombila sudah ada dihadapanku. CRAT! Zombila mencakar mukaku sampai berdarah. "AAAAARGHHH!!" Aku menjerit kesakitan. Zombila menggeram kesal. DUAG! "AH!" Rio menjejak perutku sampai diriku terkapar di tanah. Sakit sekali! * * * "TURUNLAH, REOG PONOROGO!" DEG! Bukankah itu suara Paige! "GRIAHAHAHAAHAH!!" "BERISIK! BIAR KUBUNUH MEREKA!" Rae berlari menghampiriku. Tidak! Aku terkepung! Mereka semua muncul! A-Ayah! Bantu aku! "KYAAAAAAAAA!" Hinamo menjerit, tubuhnya tergores oleh serangan Cacha menggunakan s*****a pamungkasnya, Kapak Zelontinta. Kedua pedang Hinamo terbang, melayang-layang diudara. "Biarkan aku yang membunuh para tikus kotor ini!" Dua pedang itu melesat menuju diriku dan Hinamo. DEG! Apa yang harus kulakukan! Nori juga muncul! CRAT! Hinamo tertusuk. CRAT! Akhirnya, aku juga bernasib sama seperti Hinamo. * * * Lavender P.O.V DEG! Perasaan apa ini? Datang secara tiba-tiba!? Diana Kamelia P.O.V Biola!? Dimana kamu? Gabrella P.O.V Keparat! Kenapa aku jadi gelisah seperti ini?! Mendadak, aku mengingat Biola! Rio Finiggan P.O.V Put-putri!? Apakah kau baik-baik saja? Summer Rae P.O.V Perasaan ini? Apa ini? Aku tidak mengerti! Biola Margareth? Kenapa aku tiba-tiba memikirkannya!? Zombila P.O.V Biola? Apakah kau baik-baik saja!? Zintan Vandertink P.O.V Margareth? Sedang apa kau disana? Paige Aurora P.O.V Biola? Kenapa aku memikirkannya? Jordan P.O.V Astaga! Aku mengingat wajah Margareth!? Barbara Opinko P.O.V Tunggu dulu? Kenapa aku merindukan penyihir baru itu? Adriana Meliksow P.O.V Ada apa ini? Aku merasa bagianku hilang? Olivia Malfoy Finiggan P.O.V Kecantikan Biola luntur? Kenapa ini? Nori Slowmotion Finiggan P.O.V Tikus indah itu? Apakah dia sudah tiada? Melinda Merlinka Finiggan P.O.V Biola? Aku mengingat senyumanmu? Zack Sparrax Finiggan P.O.V Biola Margareth! Aku mengingatnya! Warka Tikama P.O.V Aku merasa... Entahlah? Ini aneh! Alexador Markosa P.O.V Penyihir yang bernama Biola itu, kenapa aku merindukannya? Antonio Meksiko P.O.V Wanita itu? Dia terlintas dipikiranku? Sania Heartfillia P.O.V Biola Margareth? Apakah ini tandanya? Ferli P.O.V Wow! Aku mengingat wajah wanita itu! Namanya siapa ya? Aku lupa! Ah, Biola Margareth! Tasya Evergreen P.O.V Kenapa aku merindukan Farles? Tidak! Lebih tepatnya, wanita Princess itu? Hinamo Hula P.O.V Kau ... Kau berakhir Biola ... Kau akan pergi menuju tempat yang lebih indah bersamaku! Biola ... Jonathan Jenario P.O.V Kenapa sampai saat ini mereka belum pulang juga! Biola! Diana! Bella! Dimana kalian! Ayah merindukan kalian! Lee Zamkosta P.O.V Lavender! Kenapa kau belum kembali! Dan juga, aku merasakan sesuatu pada salah satu teman Lavender? Wanita berambut merah itu? Apakah dia baik-baik saja? Villio Finiggan P.O.V Ayolah? Kenapa aku mendadak gelisah? Charlotte Finiggan P.O.V Eh? Aku merasa cemas terhadap seseorang? Tapi siapa? Colin Hula P.O.V Ini adalah hari kematianmu Biola! Termasuk cucuku juga! Hahahahahah! Biola Margareth P.O.V Seseorang menarik tanganku! Wujudnya bercahaya! Hinamo! Dia tersenyum padaku! "Ayo berangkat Biola! Kita sudah terlambat!" ucap Hinamo dengan senyuman mengembang. Baru kali ini aku melihat senyuman tulusnya. "Kita akan pergi kemana?" tanyaku penasaran. "Kenapa semuanya bercahaya? Hinamo?" Dimana aku? Semuanya ... Terlalu terang! "Lupakan saja! Ikuti aku, Biola!" Mengikutimu? "Kemana?" Hinamo menatapku dengan manis. "Kita akan pulang, Biola! Waktu kita sudah sedikit! Ayo!" Pulang? * * * "Kau sudah meninggal, Biola," * * *
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD