bc

CEO dan Istri yang Bisu

book_age18+
870
FOLLOW
6.2K
READ
HE
forced
arranged marriage
arrogant
badboy
boss
blue collar
drama
bxg
office/work place
like
intro-logo
Blurb

Nala Yasinta, gadis bisu yang tinggal bersama bude dan sepupu perempuannya. Kisah hidupnya cukup menyedihkan, ia kehilangan pendengaran di usia 2 tahun dan ibunya mengalami gangguan jiwa karena ditinggal selingkuh ayahnya.

Seolah belum cukup, takdir kembali mengujinya. Ia dipaksa untuk mengikuti perjodohan dengan konglomerat yang terkenal dengan tabiatnya yang buruk.

"Ingat, nasib ibu kamu sekarang ada di tangan bude. Kalau kamu nggak mau ibu kamu makin gila, turuti apa kata bude! Ngerti kamu?” ancam bude Nala.

Jalan mana yang akan Nala ambil? Menikah dengan pria bertabiat buruk dan terjebak dengannya selamanya, atau menolak perjodohan itu dengan catatan ibunya tidak akan pernah sembuh dari sakitnya?

chap-preview
Free preview
C01 : Bitter Beginning
Sesosok perempuan terlihat menundukkan kepalanya murung. Tangannya saling bertaut, menggambarkan betapa gelisahnya ia saat ini. Tidak lama, wanita paruh baya di depannya menepuk pundaknya agak keras—menyuruhnya untuk memperhatikan dirinya yang saat ini sedang berbicara. Wanita paruh baya itu lalu kembali melanjutkan kalimatnya, “Anggap ini sebagai balas budi kamu ke bude, selama ini bude sudah membesarkan kamu, menyekolahkan kamu ke sekolah khusus, belum lagi dengan biaya pengobatan ibu kamu.” “Lagi pula, apa sih yang membuat kamu berat? Apa salahnya menikah dengan Harsa Pramudya? Harusnya kamu bersyukur bisa dapat kesempatan semacam ini,” ocehnya lagi. Perempuan itu, Nala Yasinta—gadis yang saat ini masih saja memilin jari-jari kurusnya gelisah, merupakan gadis yang memang sejak kecil sudah dirawat dan dibesarkan oleh Rahayu—bude dari pihak ibunya. Selain itu, budenya juga yang telah membiayai pengobatan ibunya yang telah lama mengalami gangguan jiwa. Dulu saat usia Nala 8 tahun, ayahnya pergi meninggalkan mereka demi bisa menikah dengan selingkuhannya. Ibunya merasa terpukul hingga kejiwaannya terganggu. Sejak saat itu, Nala dan ibunya dirawat oleh Rahayu. Ibunya hanya punya satu kakak, dan itu adalah Rahayu, jadi mau tidak mau hanya Rahayu yang bisa mereka jadikan tumpuan. “Asal kamu tau ya, Nala. Biaya pengobatan ibu kamu di rumah sakit jiwa itu nggak sedikit. Jadi kalau kamu menikah dengan keluarga Pramudya, seenggaknya itu bisa sedikit meringankan beban bude.” Kesehatan ibunya memang semakin menurun dalam tiga tahun terakhir. Ibunya sering mengamuk dan itu membuat para tetangga menjadi resah. Pernah juga ibu Nala dikurung di dalam kamar agar tidak membuat resah para tetangga, namun ibunya masih suka teriak-teriak tidak jelas bahkan sampai tengah malam. Hal itu lagi-lagi menimbulkan keluhan dari para tetangga, sehingga mau tidak mau Rahayu harus membawa adiknya itu ke tempat yang lebih aman dan tepat yaitu rumah sakit jiwa. Namun biaya yang dikeluarkan untuk perawatan di rumah sakit jiwa tidaklah sedikit, karena itulah Rahayu jadi sering mengeluh dan marah-marah tidak jelas tentang masalah ini ke Nala. Dan bukannya Nala tidak mau tahu tentang keluhan budenya ini, saat ini dia juga bekerja. Dia bekerja sebagai MUA di salah satu salon kecantikan milik kenalannya. Hanya saja, gaji yang ia dapat masih belum bisa meng-cover keseluruhan biaya yang dibutuhkan ibunya sehingga mau tidak mau Rahayu yang harus membantu menutupnya. Nala tahu budenya sudah banyak membantu dirinya dan juga ibunya, dia juga sebenarnya ingin sekali membalas budi atas segala jasa-jasa budenya. Hanya saja, untuk menikah dengan pria yang sama sekali tidak ia kenal, bahkan belum pernah sekali pun ia temui terasa agak sulit. “Ck, si bisu ini masih belum setuju juga?” sambar seseorang yang saat ini sudah berdiri menjulang di depan Nala. Itu adalah Gista, sepupunya. Dan ya, seperti yang dikatakan Gista, Nala memang tunawicara. Kondisinya ini ia dapat saat ia menginjak usia 2 tahun. Saat itu ia mengalami demam tinggi, dan ibunya telat membawanya ke dokter sehingga mengakibatkan kondisinya seperti sekarang ini. Karena kondisinya inilah ia jadi sulit mengumpulkan uang. Lowongan pekerjaan untuk penyandang disabilitas tidaklah banyak karena jarang ada perusahaan yang bersedia memperkerjakan orang berkebutuhan khusus seperti dirinya. Ia bisa bekerja sebagai MUA di salah satu salon pun juga berkat bantuan temannya. “Gista, kamu yakin nggak mau menerima perjodohan ini? Dia Harsa Pramudya lho, pewaris Pramudya Group yang harta kekayaannya nggak main-main,” bujuk ibunya lagi. Sebenarnya tawaran perjodohan ini memang awalnya ditujukan untuk Gista—putri kandung Rahayu. Gadis yang jauh lebih sempurna dari Nala serta calon yang sebenarnya lebih pas untuk keluarga Pramudya. “Udah aku bilang aku nggak mau, Ma. Aku udah punya Gerry yang nggak kalah kaya dari si Harsa itu,” balasnya jumawa. Alasan Gista menolak perjodohan ini memang karena ia sudah punya pacar, selain itu dia juga kemakan dengan berita di luaran sana yang mengatakan pewaris Pramudya Group memiliki kepribadian yang buruk. Kabarnya pria itu merupakan sosok yang kasar, bahkan terhadap wanita sekalipun. Gista tentu tidak mau menghabiskan sisa hidupnya dengan pria semacam itu. Oleh karena itu dia menyodorkan Nala untuk menggantikan posisinya, itu pun kalau pria bernama Harsa itu mau menikah dengan wanita bisu semacam Nala. “Lagi pula kan ada Nala, dia pasti mau gantiin aku. Iya kan, La?” tanyanya dengan nada menuntut. Nala mengangkat tangannya kaku dan membentuk gerakan, “Aku nggak tau.” Balasan Nala langsung membuat Gista berdecak tidak puas. “Apa lagi sih yang mau kamu pikirin? Kamu pikir kamu punya pilihan buat nolak? Tau diri sedikit, masih bagus Mama jodohin kamu sama konglomerat.” “Lagian ini juga bisa jadi kesempatan kamu buat balas budi ke Mama. Jangan sok pilih-pilih!” cecar Gista yang seketika membuat hatinya sakit. Ucapan Gista seolah mengatakan bahwa orang bisu seperti dirinya tidak pantas memilih pasangan sesuai kehendaknya. “Begini saja, bude tunggu jawaban kamu sore ini. Kita nggak punya banyak waktu karena nyonya Pramudya mau perjodohan ini segera dilaksanakan,” putus Rahayu. “Dan soal pengobatan ibu kamu...” Ucapan budenya yang menggantung membuat Nala cemas. Matanya membaca gerak bibir Rahayu dengan tidak sabar. “Bude merasa udah nggak sanggup membiayai pengobatannya.” Kalimat yang diucapkan Rahayu sontak mengundang senyum miring dari putrinya. Dari awal dia memang tidak suka ibunya membiayai pengobatan ibu Nala yang tentu tidak sedikit. “Tapi kalau kamu menerima perjodohan ini, mungkin bude bisa memikirkannya lagi,” lanjutnya dengan senyum penuh rencana. Nala hanya bisa menatapnya dengan tubuh lemas. Ini sudah seperti ancaman. Garis besarnya, Rahayu akan mencabut biaya pengobatan ibunya kalau Nala menolak perjodohan ini. Begitu ‘kan? Setelah mengucapkan kata-kata ancaman itu, Rahayu langsung berjalan meninggalkan ruangan. Kini hanya tinggal Nala dan Gista. Melihat Nala yang murung membuat Gista tersenyum puas. Bagi Gista, Nala dan ibunya sudah seperti benalu bagi keluarganya. Dan melihatnya tidak berdaya seperti ini benar-benar membuatnya bahagia. *** Siangnya Nala kembali bekerja di salon milik temannya. Tapi hari ini dia agak kurang fokus karena ultimatum yang diberikan budenya. Gajinya bekerja di salon ini benar-benar tidak seberapa dan itu pun sudah ia berikan 100% untuk pengobatan ibunya. Tapi sayangnya masih belum bisa menutup semuanya sehingga mau tidak mau harus dibantu budenya lagi. Sekarang Rahayu sudah memberikan ancaman untuk berhenti membantu biaya pengobatan, dan itu benar-benar membuat Nala kelimpungan. Sepertinya dia harus mencari pekerjaan tambahan, tapi pekerjaan macam apa yang bisa ia lakukan dengan keterbatasannya ini? Di saat Nala sedang memikirkan jalan keluar, tiba-tiba ia merasakan pundaknya ditepuk dari belakang. Ia kaget dan langsung menoleh, dan ternyata itu Rani—teman sekaligus pemilik salon tempat ia bekerja. “Bisa ikut aku sebentar?” tanyanya. Nala membuat tanda “OK” dengan tangannya dan mulai mengikuti gadis itu menuju ruang kerjanya. Begitu sampai di ruang kerja Rani, Nala merasa perasaannya tidak enak. Rani yang tiba-tiba memanggilnya ke ruangan, juga ekspresi gadis itu yang terlihat kalut membuatnya yakin kalau telah terjadi sesuatu yang buruk di sini. “Hari ini nggak terlalu banyak yang datang ya?” tanya Rani berusaha berbasa-basi. Gadis itu terlihat tersenyum tapi tetap tidak bisa menyembunyikan raut gelisahnya. Nala yang tidak sabar pun langsung bertanya, “Ada apa?” Ia bertanya dengan bahasa isyarat yang untungnya bisa dimengerti Rani. Ia dan Rani memang sudah berteman cukup lama. Rumah Rani letaknya tidak jauh dari rumah budenya, dan kebetulan ibu Rani juga memiliki keterbatasan yang sama seperti Nala. “Apa sesuatu yang buruk terjadi?” tanya Nala sekali lagi. “Nala...” ucap Rani yang sengaja menggantung kalimatnya. Nala menunggu dengan sabar. Matanya terus menatap intens bibir Rani, berharap ia tidak luput dalam membaca gerak bibir sahabatnya. “Sepertinya kamu harus mencari pekerjaan baru.” Nala mengedip-ngedipkan matanya kaget. Tunggu, apa tadi dia salah membaca gerak bibir? Takut salah menafsirkan gerak bibir Rani, ia pun kembali bertanya dengan gerakan tangannya. “Aku dipecat?” Wajah Rani terlihat tidak enak. Dengan ragu ia mengangkat tangan kanannya, menyatukan ibu jari dengan telunjuknya dan mengarahkannya ke ujung bibir lalu mulutnya bergumam tanpa suara, “Maaf.” Bahu Nala lemas seketika. Rasanya seperti disambar petir di siang bolong. Belum selesai dengan permasalahan budenya, dan sekarang dia malah dipecat dari pekerjaannya. Sekarang dia harus bagaimana?

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
96.4K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.7K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.9K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook