bc

Kamu di Hatiku Selamanya

book_age12+
979
FOLLOW
9.4K
READ
second chance
pregnant
others
single mother
drama
like
intro-logo
Blurb

Kisah sepasang manusia yang terpisah akibat sebuah perceraian. Namun diam-diam, keduanya masih saling menyimpan perasaan yang sama.

Jenahara Harun & Arvinza Rahardian

chap-preview
Free preview
SATU
"APA? MENIKAH?" Wanita paruh baya itu jelas saja kaget mendengar permintaan sepasang remaja yang duduk di hadapannya serta suaminya. Satu di antaranya adalah putri bungsu kesayangannya. "Kalian bercanda? Kalian baru lulus SMA tiga bulan lalu. Ijazah kalian bahkan belum keluar dan kalian sudah ingin menikah?" Gadis remaja yang merupakan anak dari wanita paruh baya tersebut mendengus mendengar tanggapan ibunya. "Apa hubungannya ijazah sama menikah sih, Mi?" "Jenahara.. Diam sebelum Mami selesai bicara," tegas sang ibu. Gadis yang bernama Jenahara itu terdiam, tapi masih terlihat mencebik kesal. "Kalian masih terlalu muda untuk menikah sekarang, Jen..," ujar pria paruh baya yang merupakan ayah dari gadis tersebut. "Papi bukannya nggak merestui kalian menikah. Tapi Papi minta kalian pertimbangkan terlebih dahulu semuanya dengan baik. Papi nggak mau kalian menyesal di kemudian hari." "Maaf kalau saya lancang, Om," potong anak laki-laki yang duduk di samping Jenahara. "Saya mencintai Jenahara, begitu pula dengan Jenahara yang juga mencintai saya. Kami sudah mempertimbangkan resiko yang akan kami hadapi di masa depan." "Kalian pikir cinta saja cukup," protes mami Jenahara masih tak terima. "Terus bagaimana dengan kuliah kalian?" "Ya tetap kuliah lah, Mi," jawab Jenahara ketus. "Tapi kan Arvin belum bekerja, kamu mau dikasih makan pake apa? Terus nanti kalian tinggal di mana? Biaya kuliah kamu gimana? Terus gimana nanti kalau kalian punya anak?" cerca sang ibu yang masih terlihat tidak suka dengan permintaan anak gadisnya. "Biarkan saja kalau Jena mau menikah, Mi.." Perhatian keempat orang yang berada di ruang tamu itu tertuju pada seorang pria yang tengah mengayunkan kakinya menuruni anak tangga. Damara Harun, abang kandung Jena sekaligus anak sulung di keluarga tersebut. Jena langsung tersenyum sumringah mendapat dukungan dari abang kandungnya itu. Sejak kecil, Jena memang selalu dimanja baik oleh kedua orangtuanya, maupun oleh abang kandungnya itu. "Pergaulan anak muda zaman sekarang udah kelewat bebas, Mi. Daripada mereka nantinya kebablasan, lebih baik mereka dinikahkan sekarang bukan? Apa Mami mau Jena menikah karena udah hamil duluan?" "Jaga ucapanmu, Damar!" ucap ibunya marah. "Loh.. Damar kan bicara fakta, Mi. Lebih baik mereka menikah sekarang. Toh mereka masih tetap bisa melanjutkan kuliahnya walau sudah menikah. Kalau Mami nggak mau membiayai kuliah Jena, Damar yang akan membantu biaya kuliah mereka," tegasnya. Walau sempat merasa kesal akibat ucapan Damar mengenai 'hamil duluan' tadi, Jena tetap merasa senang karena abangnya berada di pihaknya dan mau mendukung keinginan Jena untuk menikah muda. "Papi nggak keberatan membiayai kuliah mereka. Bagaimanapun Jena tetap anak Papi. Sudah menjadi tanggung jawab Papi untuk menyekolahkan anak-anak Papi sampai tamat kuliah. Papi hanya takut kalian menyesal karena menyia-nyiakan masa muda kalian berdua." "Tapi Jena cinta sama Arvin, Pi. Jena siap menanggung resiko kedepannya nanti," ucap Jena sedikit memelas. "Bagaimana dengan keluarga kamu, Arvin? Apa kamu sudah menyampaikan keinginan kamu pada orang tua kamu?" tanya papi Jena. "Saya udah cerita ke Papa, Om. Awalnya Papa memang menolak permintaan saya. Tapi Papa akhirnya merestui kami dengan catatan kami berdua tidak akan menyesali keputusan kami ini." "Mama kamu gimana?" tanya mami Jenahara yang masih belum menyetujui permintaan anak gadisnya yang dianggapnya sangat konyol itu. "Saya belum menghubungi Mama, Tante.." jawabnya pelan. Kedua orang tua Arvinza bercerai saat dia berusia sepuluh tahun. Arvinza tinggal bersama ayahnya di Jakarta, sementara ibunya menetap di Surabaya. Kedua orang tua Arvin sudah menikah lagi. "Bagaimana kalau nantinya mama kamu nggak merestui pernikahan kalian?" tanya mami Jenahara sinis. "Papa saya janji akan membantu saya untuk meyakinkan Mama, Tante." "Apa yang bisa kamu janjikan untuk anak saya, Arvin?" tanya papi Jena. Jenahara melirik cemas ke arah Arvin. Berharap kata-kata yang akan keluar dari bibir pria yang dicintainya itu berhasil meluluhkan hati ibunya. "Seperti yang Om, Tante dan Bang Damar ketahui, saya memang belum memiliki pekerjaan. Tapi saya akan berusaha semampu saya untuk memenuhi semua kebutuhan Jenahara nantinya. "Saya memang belum bisa menjanjikan kekayaan untuk Jena, saya juga tidak bisa menjanjikan untuk tidak membuat Jena menangis." "Loh? Kenapa kamu tidak bisa berjanji untuk tidak membuat Jena menangis?" protes mami Jenahara. Arvin tersenyum simpul sambil menoleh ke arah Jena yang juga sama bingungnya seperti ibunya. "Saya tidak bisa menjanjikan hal itu karena.. Saya tidak akan melepaskan Jenahara jika suatu hari nanti dia menangis bahagia karena menikah dengan saya." Mata Jenahara berkaca-kaca mendengar jawaban Arvin tersebut. Memang terkesan terlalu percaya diri, tetapi Jena bisa merasakan ketulusan dalam setiap kata yang diucapkan lelaki tersebut. "Hanya kesetiaan yang bisa saya janjikan pada Jena. Saya berjanji akan mencintai Jena sampai akhir hidup saya," jawab Arvin yakin. Jenahara merasa terharu mendengar kata-kata yang diucapkan Arvinza. Ia semakin yakin bahwa dia tidak salah mengambil keputusan untuk menikah dengan Arvinza. "Baiklah kalau begitu, Papi merestui pernikahan kalian." Dan Jenahara semakin bahagia karena berhasil mendapat restu dari papinya. Jika Papi sudah mengizinkannya, maminya tak akan bisa menolak. Yang menjadi wali nikah Jena nanti papinya kan? Bukan maminya. Jena lalu menghampiri kedua orang tuanya serta abangnya untuk menciumi pipi mereka secara bergantian. Jena bahagia. Sangat bahagia. *** Tiga bulan berselang, pernikahan yang dinanti-nanti Jena selama ini akhirnya terwujud. Jenahara duduk gelisah di kamarnya yang sudah disulap menjadi kamar pengantin. Kakak ipar Jena yang merupakan istri Damar tersenyum geli melihat wajah gugup Jena. "Santai aja, Jen. Kamu udah kayak terdakwa yang menunggu vonis hukuman mati aja," canda Silvi. "Jena gugup banget, Kak. Gimana kalau Arvin salah nyebut nama Jena?" "Ya pernikahan kalian batal lah." "Ih Kak Silvi doanya kok gitu banget," gerutu Jena. Silvi terkekeh pelan. "Kan kamu tadi nanya. Kakak sih cuma jawab pertanyaan kamu aja." Ok, Jena mengaku dia salah melempar pertanyaan. Jena kembali diam sambil terus meremas kedua tangannya. "Saya terima nikah dan kawinnya Jenahara Harun binti Doni Harun dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." Jena tidak bisa menahan laju air matanya saat kalimat sakral tersebut berhasil di dengarnya. Kini, Jena sudah menikah. Jena sudah menjadi milik Arvin. Begitu pula Arvin yang hanya menjadi milik Jena. Jena berjanji dalam hatinya bahwa dia siap menanggung resiko yang akan dihadapinya kelak di masa mendatang.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Nur Cahaya Cinta

read
359.5K
bc

Noda Masa Lalu

read
184.3K
bc

Kujaga Takdirku (Bahasa Indonesia)

read
76.1K
bc

Suddenly in Love (Bahasa Indonesia)

read
76.1K
bc

My One And Only

read
2.2M
bc

PATAH

read
515.9K
bc

Hurt

read
1.1M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook