Suara pintu dibuka paksa terdengar, Laksmi berdiri di ambang pintu. Wajahnya memerah, tangannya terkepal kuat. "Mana Kemala, Mas!" teriak Laksmi masuk ke kamar hotel, mencari-cari keberadaan Kemala. "Tega banget kamu selingkuh sama Kemala!" teriak Laksmi berderai air mata.
Santo terkejut bukan main, tidak menyangka istrinya bisa tahu dirinya di sini dan berselingkuh dengan Kemala. "Maksud kamu apa? Aku di sini lagi istirahat, habis bertemu klien. Siapa yang selingkuh?" Santo berkelit.
Laksmi melangkah ke arah suaminya, matanya melotot tak terima dengan pengakuan palsu suaminya. "Ketemu klien? Klien pemuas nafsu b***t kamu, iya!" bentak Laksmi melempar tas selempang yang sedaritadi dia pegang ke d**a Santo. "Mana Kemala!" terik Laksmi tak bisa lagi menahan amarahnya. Tubuhnya bergetar hebat, napasnya memburu, keringat mengalir banyak dari tubuhnya.
"Nggak ada Kemala di sini!"
Sebuah tamparan mendarat di pipi Santo. "Kamu masih aja ngelak? Udah jelas tadi aku telepon, Kemala sendiri yang jawab, Kemala yang kirim alamat kalian cek-in. Masih mau bohong kamu, hah?!"
Santo terdiam mencerna ucapan Laksmi. Sialan Kemala, bukan begini caranya mengakhiri pernikahannya dengan Laksmi. Pantas saat dirinya keluar dari kamar mandi sudah tidak ada Kemala di kamar, dan Kemala hanya berpamitan pulang lewat pesan. Ternyata ini tujuannya. Santo mengusap wajah kasar, melirik ke pintu masuk di sana sudah ada beberapa orang Satpam berdiri di ambang pintu. "Kita pulang, bicarakan baik-baik di rumah."
Santo meraih tangan Laksmi, tapi Laksmi menepisnya. "Mana Kemala?" tanya Laksmi dengan nada penuh penekanan. "Suruh dia keluar sekarang juga."
Santo menghela napas panjang, meminta Satpam untuk membubarkan diri karena keributan ini urusan rumah tangga.
"Keamanan nggak boleh pergi, jaga-jaga takut saya kelepasan bunuh dua pasangan pezina ini," pungkas Laksmi menatap tajam ke arah Santo.
Santo angkat tangan, mengangguk paham. "Kita selesaikan di rumah."
"Enggak! Mana w************n itu." Laksmi masih berusaha mencari keberadaan Kemala sampai bersujud mencari ke kolong ranjang. "Keluar kamu Kemala!" kelakar Laksmi berapi-api.
Tidak tahan lagi melihat kerumunan orang semakin banyak, dengan kuat Santo menahan tangan Laksmi lalu menyeret Laksmi keluar dari kamar hotel mengabaikan rontaan Laksmi meminta dilepaskan. Sampai di parkiran, Santo mendorong Laksmi masuk ke mobil, menutup pintu keras, lalu menyusul masuk.
"Gila kamu, hah!" bentak Santo membuat Laksmi terdiam. "Nggak waras kamu!" Santo mendorong kepala Laksmi dengan jari telunjuknya. "Nggak mikir dua kali mau bikin malu suami," sambungnya disusul decakan.
Laksmi menangis, meraih tangan Santo, lalu menggenggamnya kuat. "Mas, kamu cuma main-main sama Kemala, kan? Nggak ada niat buat meninggalkan aku, kan?"
Santo terdiam, raut wajahnya datar. "Aku nggak bakal tinggalin kamu, kalau kamu mau di madu."
Genggaman tangan Laksmi mengendur. "Dimadu? Nggak, Mas. Aku nggak mau dimadu."
Santo mengangkat bahu tak peduli. "Ya artinya kapan pun aku bisa meninggalkan kamu."
"Mas," rintih Laksmi tak bisa membayangkan rumah tangganya hancur. "Mas, nggak masalah Kemala jadi wanita simpanan kamu terus. Asal kamu jangan ceraikan aku, ya?"
Sorot mata Santo merendahkan Laksmi, sudut bibirnya terangkat. "Sayangnya Kemala nggak mau, dia minta aku ceraikan kamu."
Laksmi menangis kencang, memeluk Santo dari samping. "Jangan, Mas. Aku nggak mau diceraikan, kalau gitu, aku rela dimadu, Mas."
Santo menjauhkan tubuh Laksmi darinya. "Dia tetap nggak mau, maunya kamu diceraikan. Lagian nggak masalah, kan? Kamu juga asalnya janda, jadi janda lagi nggak apa-apa."
Laksmi menggeleng tak terima. "Mas," panggil Laksmi semakin lirih. Dia tidak mau harus menyandang status janda. Untuk melepaskan status yang melekat pada dirinya, bahkan dirinya menjebak Santo dengan kehamilan agar mau menikahinya. Dan sekarang, Kemala datang merusak segalanya. Tentu tidak akan dirinya biarkan.
Sesampainya di rumah, Santo meninggalkan Laksmi di depan pintu rumah mereka. Baru masuk beberapa langkah, Laksmi terkulai lemas, kembali menangis menutup wajahnya. "Aku nggak mau diceraikan, Mas," bisik Laksmi berulang kali menggeleng-geleng. "Nggak mau."
Intan yang baru selesai dari dapur terkejut melihat manjikannya terduduk di lantai, bergegas dia mendekati majikannya. "Ibu kenapa duduk di lantai gini?"
Tangis Laksmi semakin menjadi, tidak pernah terpikirkan dia akan merasakan dikhianati. Tubuh Laksmi bergetar hebat akibat rasa sakit dalam hatinya. Tangis Laksmi terhenti, saat itu juga beranjak menyusul suaminya ke kamar mereka.
Pintu dibuka paksa, amarah Laksmi semakin bergejolak melihat suaminya yang tenang-tenang saja tidur di ranjang tanpa merasa bersalah. "Kamu nggak mau minta maaf, Mas?" susul Laksmi mengguncang tubuh suaminya.
Santo membuka mata, menatap datar istrinya. "Kenapa aku harus minta maaf?"
Air mata Laksmi berderai. "Kamu udah selingkuhin aku! Kamu dan Kemala harus minta maaf sama aku, dan kalian sudahi hubungan gelap kalian saat ini juga!"
Sudut bibir Santo terangkat sinis. "Apa dulu kita meminta maaf pada Kemala? Seingatku enggak. Kamu juga dulu memaksaku menceraikan Kemala, kan?"
Tak ingin kembali diingatkan pada perbuatan masa lalunya, Laksmi menampar mulut Santo. "Itu masa lalu, nggak usah kamu ungkit. Sekarang aku menuntut permintaan maaf kalian!"
Santo menghela napas panjang, kembali memejamkan mata. "Dalam mimpimu."
"Mas!" Laksmi menangis sesenggukan. "Tega kamu, Mas."
Santo menulikan telinganya memilih tidur membiarkan istrinya menangis dan terus melontarkan kalimat cacian untuknya. Sementara Laksmi tenggelam dalam rasa sakit hati, digelapkan pandangannya, bertekad mendatangi Kemala dan memberinya pelajaran karena sudah berani menggoda suami dan mengusik rumah tangganya.