love 3

1210 Words
"Aku akan menghubungi Minji," ucap Namjun. "Hubungi semua gadis yang kita kenal saat ini," sergah Yunki yang setuju dengan ide sang leader. Reya menatap si pucat, sejujurnya ia tak setuju dengan ide itu. "Bukankah sebaiknya kita tak banyak menghubungi orang? Maksudku situasi seperti ini bukan hal yang sering terjadi 'kan?" Jeon-gu mengangguk setuju juga dengan apa yang dikatakan Reya. "Aku rasa juga seperti itu. bukankah lebih baik jika tak terlalu banyak memberitahu orang lain?" Saat ini kedua Squinoid itu tengah sibuk bermain boneka pemberian para fans. Tadi Jimmy dan Hoesok sengaja mengeluarkannya agar kedua gadis itu bisa bermain. Dan benar saja keduanya kini asik bermain dengan boneka yang ada di hadapan mereka. "Akan jadi masalah jika aku tak memberitahu Minji." Namjun menggaruk tengkuk belakangnya. Tentu saja ia takut jika kekasihnya akan salah paham dengan apa yang terjadi. "Baik kalau begitu aku akan ke luar untuk membeli beberapa makanan juga sussu untuk anak-anak--" Reya berdecak sedikit meruntuki diri yang menyebutkan anak-anak seolah mereka adalah anaknya sendiri. "Ayo aku antar," tawar Jimmy. "Aku bisa berangkat sendiri tak masalah, Jim." Reya bangkit lalu berjalan menuju sofa di mana ia meletakan coat yang ia kenakan tadi. Yunki ikut bangkit, berjalan menuju gadis itu. "Aku bawa mobil akan lebih cepat jika aku yang mengantar." Reya mengangguk menyetujui, Yunki berlari mengambil kunci mobil yang ia letakkan tak jauh dari sana kemudian menyusul Reya. Sebelum akhirnya tangisan dari Bonbon menghentikannya. Tangisan squinoid itu keras dan melengking membuat yang lain menutup telinga. Dan dengan segera Yunki berlari menghampiri bayi besar dengan rambut berwarna pink itu. Seketika tangisan terhenti, Bonbon kembali bermain seolah tak ada apapun yang terjadi barusan. Yunki berdecak kesal. Jimmy menatap Bongbong, ia ingat tadi sempat dipanggil ibu. Ia sedikit membungkuk, menatap dengan senyum. Lalu Bongbong melirik dengan tatapan dingin. Squinoid grey benar-benar terlihat berbeda dengan saudara kembarnya. Ia terlihat dingin dan tanpa senyum. "Bong, apa Ibu boleh mengantar?" tanya Jimmy seperti berbicara dengan anak kecil. Bongbong terdiam dan berpikir sejenak sebelum akhirnya ia mengangguk. "Ah, pintar sekali," puji Jimmy. *** Soogi menepikan mobilnya di depan sebuah sekolah dasar. Ia menunggu Shin Jijji anak perempuan semata wayangnya. Soogi, sudah menikah tujuh tahun lalu dan ia bercerai setelah dua tahun menikah. Suaminya saat itu adalah seorang berkebangsaan Amerika. Sementara ia bisa mengenal Taetae karena Ia adalah tetangga dari keluarga Tae dan juga berteman dengannya sejak kecil. Dan pria itu menganggap Soogi adalah layaknya kakak dan juga sahabatnya. Mereka sangat dekat sebelum Soogi pindah ke Amerika. Kemudian kembali dekat setelah Soogi kembali dan memutuskan untuk pindah ke Seoul. Jijji memiliki bola mata yang cantik dengan warna hijau layaknya batu emerald, keturunan sang ayah. Wajahnya perpaduan Korea-Amerika yang membuat anak itu nampak begitu cantik. dengan bibir penuh-kecil berwarna merah muda. Gadis itu kini menunggu sang ibu di taman sekolah. Sesekali tatapannya mengedar ke luar menunggu mobil jemputan sang ibu. Ia melambaikan tangan dengan riang, berlari menuju mobil dan segera menghampiri Soogi. Gadis itu segera masuk ke dalam mobil setelah menyapa ibunya. Mobil itu segera melaju meninggalkan tempat itu. *** Seorang profesor dengan gelisah berjalan masuk menuju ruang labolatorium miliknya. Sudah seminggu ini ia tiba di Korea. Langkahnya cepat menghampiri asisten perempuan yang kini tengah sibuk menatap laptop di hadapannya. "Apa kalian tak menemukannya?" tanya profesor Go. Asisten perempuan itu hanya menggeleng. "Kami bahkan tak menemukan rekaman saat tasmu jatuh atau tertukar Prof." "Aah, itu penelitian berhargaku. Aku berhasil membuat simulasi manusia yang akan terlahir dari molekul khusus yang menyerupai squizy, dengan memasukan molekul pembesar yang akan aktif dengan sentuhan. Melalui proses yang panjang saat aku ada di Amerika. Aku mengambil gen DNA dari mendiang anakku. Ini akan membahayakan jika mereka berada di tangan orang yang salah. Ah, bagaimana ini?" "Aku akan mencoba mencarinya lagi," ucap Asisten itu. "Kita harus menemukannya asisten Song. Bahaya jika pihak Jepang tau kita menghilangkan penelitian mereka. Dan juga kau tau betul jika penelitianku itu juga diincar banyak pihak?" Asisten Song mengangguk, jelas ini membahayakan. Apalagi jika penelitian itu jatuh ke tangan pihak lain yang menginginkannya. *** Jimmy dan Reya kini tengah berbelanja di minimarket tak jauh dari apartemen yang kini dijadikan dorm bagi para member. Dengan teliti gadis itu memilih makanan untuk para squinoid. Tanpa ia sadari sejak tadi Jimmy sama sekali terus saja memperhatikan gadis itu. Reya memiliki tubuh mungil yang membuat ua tampak imut dengan tatapan mata bulat yang berbinar, bibir tipis dengan senyum yang manis. Mungkin itu jadi alasan saat ini Jimmy tak bisa berpaling. "Kenapa kau terus melihatku seperti itu?" Reya bertanya tanpa menatap Jimmy. Meski ia tak melihat, gadis itu tau jika ia diperhatikan. Jimmy menggaruk tengkuknya canggung karena tertangkap basah. "Kenapa waktu itu kamu keluar dari trainee?" Dulu sekali Reya menjadi trainee bersama member lain. Hanya saja gadis itu mendadak berhenti di saat BTL tengah mempersiapkan debut mereka. Reya menatap Jimmy kemudian berpikir sesaat. "Aku merasa tak sanggup bertahan lebih lama. Aku ingin segera mencari uang dan hidup dengan baik tanpa tekanan," jawabnya kemudian kembali memilah makanan. Jimin menghela nafasnya, sesungguhnya ia kecewa saat itu. Meski mereka masih saling menghubungi melalui sosial media. Ini pertama kalinya lagi mereka bertemu setelah hampir sepuluh tahun. Tak ada yang berubah dari Reya. "Pakai maskermu, kau masih member BTL pemenang Billboard lima tahun berturut-turut." Jimmy mengangguk lalu mengenakan maskernya yang sedari tadi menggantung di lehernya. "Ambil saja dengan cepat, jangan terlalu memilih setelah ini kita jemput Minji," ucap Jimin. "Aku tak tau bagaimana keadaan pencernaan mereka. Mereka memang dewasa tapi, mereka berasal dari benda itu. Aku akan memilah makanan dengan benar. Jangan sampai mereka sakit." Jimmy mengacak rambut Reya. "Cepat aku tunggu di luar," katanya lalu berjalan ke luar. Setelah sekian lama, Reya akhirnya ke luar dengan membawa empat kantung besar belanjaan. Jimmy keluar dari mobil lalu dengan tergesa berlari menghampiri dan mengambil belanjaan dari tangan Reya. "Terima kasih," ucap Reya. Setelahnya mereka selesai merapikan belanjaan, Jimmy melajukan mobil itu ke kantor untuk menjemput Minji. Kekasih Namjun yang juga salah satu staf di perusahaan. *** Sementara itu di dorm Bonbon terus mengikuti Yunki, sesekali ia mengikuti Jin. Sementara Bongbong terus mengikuti Taetae. Sehingga tak bisa melakukan apapun. Namjun, Hoesok dan Jeon-gu hanya tertawa melihat tingkah Bongbong dan Bonbon. Juga kekesalan dari member lain yang terus diikuti. "Terasa berbeda jika di ruangan ini ada wanita," seloroh Namjun. Heosok mengangguk mengiyakan. " ada pemandangan baru," timpalnya. "Apalagi melihat ada yang dikerjai seperti itu." "Hahahaha." Heosok dan Namjun tertawa bersama. Jeon-gu menatap kedua member yang terlihat kerepotan. Ia kemudian berjalan menghampiri Taetae. "Apa aku perlu membantumu hyeong?" Tanyanya. "A-a-niyo, gwenchana," ucap Taetae gugup. "Tapi kamu terus diam dari tadi?" Tanya Jeon-gu yang berpikir jika Taehyung kelelahan. Tae hanya menggaruk kepalanya dengan kesal. Ia masih merasakan gejolak di dalam tubuhnya sejak kejadian tadi saat Bongbong memeluknya. Seolah ada yang terpacu karena gadis itu tak menyenggol hingga membuatnya dalam mode on. Namjun dan Hoesok sepertinya mengerti, mereka terkekeh setelah mendengar penolakan Taetae. "Jeon-g, biarkan dia sendiri. Kau tak perlu khawatir. Itu hanya gejolak lelaki dewasa," ledek Namjun diiringi kekehan Heosok. "Gejolak lelaki dewasa?" Tanya Minji yang kini telah berada di sana. Gadis itu berdiri tepat di depan jalan masuk menuju ruang tengah. Tak mau peduli dengan urusan sepasang kekasih itu. Reya dan Jimmy berjalan ke dapur diikuti Jeon-gu. Untuk segera merapikan belanjaan mereka tadi. Namjun segera menghentikan tawanya. Ia tercekat kemudian berdehem "Minji aa-" panggilnya gugup. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD