bc

My Husband is Mr. America by Yessy Lie

book_age18+
206
FOLLOW
1.9K
READ
love after marriage
arranged marriage
arrogant
sweet
virgin
like
intro-logo
Blurb

Series Inspirated by a True Story, #1

Cerita ini inspirasi aku berdasarkan kisah nyata dari salah satu reader yang sudah mengizinkan aku untuk menuangkan kisah cintanya ke dalam sebuah novel tapi tidak semua cerita berdasarkan kisah mereka sepenuhnya hanya seperempat/setengahnya mungkin. ^^

READY STOK

Pemesanan bisa via :

WA : 081398520888

Shopee : Angelvin

***

Dijodohkan dengan laki-laki dingin yang sejak kecil selalu ditakutinya membuat Floretta Raindra bagaikan bermimpi buruk.

Ia tak bisa menolak perjodohan itu karena tak ingin mengecewakan orang tuanya juga kedua orang yang begitu berjasa dalam hidupnya.

Pernikahan yang awalnya hanya sekedar status bahkan terasa sedingin kutub utara perlahan berubah menjadi pernikahan sebenarnya.

Sampai suatu hari kebahagiaan Flo hancur di depan matanya dan ia memutuskan pergi membawa anak yang dikandungnya. Apa yang Flo lakukan saat sebuah kebenaran yang sangat menyakitkan terungkap? Akankah kebenaran itu malah membuat ia meninggalkan suaminya selamanya atau tidak?

chap-preview
Free preview
1
Boston Seorang laki-laki dengan tatapan sebiru lautan, tubuh atletis kesukaan para kaum hawa, dan rambut sehitam malam sedang menatap keluar dari jendela kantornya dengan perasaan kesal. Raut wajahnya yang dingin dan kaku sejak tadi bergeming diam memikirkan semuanya. Memikirkan apa yang harus dia lakukan selanjutnya. Rylean Kenrick merasa sangat terganggu memikirkan proyek yang sedang dikerjakannya. Ia baru membangun perusahaan real estate-nya di kota Boston hampir 2 tahun ini dan dia melakukannya tanpa bantuan kedua orang tuanya sebab dirinya ingin berhasil karena usahanya sendiri. Dia melakukan hal itu bukan karena orang tuanya tak mampu bahkan mereka merupakan salah satu orang terkaya di Inggris yang merupakan pemilik beberapa rumah sakit yang bergengsi di sana. Tok...tok...tok... "Sir, laporan yang Anda minta sudah siap," ujar Carly sekretaris Ry dengan takut. "Taruh saja di meja!" perintahnya dingin. "Baik, Sir," timpalnya dan bergegas keluar dari sana sebelum dia menjadi sasaran kemarahan atasannya. Ry baru memalingkan wajahnya dari pemandangan kota Boston saat mendengar teleponnya terus berbunyi. Ingin dia mengabaikannya tapi saat deringnya tak mau berhenti dia tak punya pilihan. Ry menghampiri mejanya dan sedikit heran karena telepon yang berbunyi merupakan jalur khusus dari keluarganya yang tentu saja tidak melewati sekretarisnya tapi langsung menuju dirinya. "Apa ada sesuatu yang penting?" tanya Ry heran kemudian segera mengangkat telepon itu. "Ry." "Mama, apa ada sesuatu yang penting?" "Bisakah kamu pulang ke rumah dalam waktu dekat ini?" "Apa terjadi sesuatu?" "Tidak, bukan seperti itu hanya saja kami ingin bicara denganmu." "Tapi aku masih banyak pekerjaan, Ma, maaf bukannya aku menolak." "Rylean!" "Ya, Pa," jawab Ry meringis saat telepon itu beralih pada papanya dan seketika perasaannya tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. "Paling lama 3 hari kamu sudah harus sampai di rumah. Apa kamu mengerti?!" "Tapi, Pa, aku sedang mengembangkan perusahaanku dan saat ini sedang butuh banyak perhatian dariku. Aku janji saat semuanya selesai maka aku akan pulang." "Berapa lama lagi? Setahun? Dua tahun? Atau 10 tahun? Sudah hampir 2 tahun kamu tidak pernah pulang ke rumah. Apa kamu tidak memikirkan perasaan mamamu yang merindukanmu?!" "Maaf, Pa, aku tak bermaksud seperti itu. Beri aku waktu 1 bulan lagi." "3 hari atau Papa coret kamu dari kartu keluarga!" ujar Brent Kenrick final pada putra sulungnya. Ry hanya bisa menghela napas lelah saat sambungan telepon sudah ditutup. Hanya pada Brent Kenrick saja ia tak akan bisa menang sebab papanya yang memiliki kepribadian tegas dan keras tak ingin dibantah jika ia sudah memerintah. Keputusan yang sudah diambilnya tak bisa diganggu gugat dan hanya mamanya yang bisa mengubahnya. Tapi saat ini mamanya juga mendukung papanya jadi pilihan yang tersisa bagi Ry hanyalah menurut sebab jika dia berani menantang maka sudah bisa dipastikan dia benar-benar akan dicoret dari kartu keluarga selamanya. Dia bukan takut tak akan mewarisi harta papanya karena dirinya sejak menyelesaikan study-nya memang berusaha sendiri untuk mencari uang dan membangun usahanya sendiri. Bukan karena dia terlalu angkuh untuk menerima bantuan orang tuanya tapi dia berprinsip jika orang tuanya cukup memberikan pendidikan saja untuknya dan sisanya dia tak ingin menyusahkan mereka lagi. Tapi sepertinya kali ini dia tak punya pilihan selain pulang karena tak ingin mamanya bersedih jika dia sampai dicoret dari kartu keluarga. "Carly, pesankan tiket pesawat untuk keberangkatanku besok pagi ke London," perintah Ry saat menekan telepon menghubungi sekretarisnya. "Baik, Sir." Setelah itu kemudian dia pulang ke rumah untuk mengemas pakaiannya. *** London Floretta Raindra, gadis yang memiliki bentuk wajah oval yang dilengkapi rambut pirang sebahu sedang mengerjakan tugas kuliahnya saat ponselnya berbunyi dan tertera nama Jeff di sana. "Halo, ada apa?!" tanya Flo kesal karena tak suka diganggu saat ia sedang sibuk walaupun oleh sahabatnya sendiri. "Bisa tidak lebih lembut sedikit, jika tidak nanti bisa-bisa kamu jadi perawan tua," gerutu Jeff. "Ada apa, Jeff?" tanya Flo lagi dengan nada yang lebih dilembutkan sebab sesungguhnya yang ia inginkan adalah melempar laki-laki itu dengan bukunya jika memungkinkan. "Bahan tugasku tertinggal jadi bisa aku pinjam punya kamu?" "Terus aku pakai apa jika kamu pinjam?" Sejenak di seberang telepon begitu hening padahal biasanya Jeff tak pernah kehabisan kata-kata. "Aku punya ide. Bagaimana kalau kita kerjakan bersama saja?" "Baiklah," jawab Flo setelah memikirkannya sesaat sebab ia memang sedang berbaik hati saat ini. "Aku tunggu kamu di rumah." "Yang butuh kamu kenapa aku yang harus ke sana?" "Mama kangen kamu." "Itu pasti akal-akalanmu saja agar aku yang datang ke sana." "Please, Flo! Kamu bisa datang ke sini bersama Pak Roger sedangkan aku Papa tidak mungkin akan mengizinkan aku keluar walau dengan alasan mengerjakan tugas. Yang ada aku disuruh mengerjakannya sendiri saja, bahannya saja tidak ada bagaimana caranya aku mengerjakannya?" "Ini hari Minggu, Jeff, Papa mana kerja." "Tadi aku dengar Papa minta tolong buat Pak Roger jemput Mr. Amerika, makanya aku bisa punya ide itu." "Mr. Amerika?! Dia mau pulang?" "Iya." "No! Aku semakin tak ingin datang ke rumah." "Please, Flo! Kasihanilah aku yang tampam dan baik hati ini." "Uek," ujar Flo hingga membuat Jeff tertawa karenanya. "Aku bakal belikan novel incaran kamu besok sepulang dari kampus," ujar Jeff tanpa berpikir panjang. "Benaran?!" tanya Flo tentu saja berbinar-binar mendengarnya. "Iya." Flo semakin tersenyum mendengarnya. "3 novel," tawar Flo. "Itu pemerasan!" "Kalau begitu silakan datang ke sini." "Aku dapat uang dari mana, Flo?" "Uang jajanmu saja begitu besar perminggunya, jadi kamu bisa menyisihkannya sedikit dari sana." "Kesalahanku adalah membuat transaksi perjanjian dengan gadis sepertimu," ujar Jeff masam. Flo hanya tertawa mendengarnya, "Dosamu adalah menawarkan hal itu padaku dan jika aku menolak maka aku yang akan berdosa karena menolak rezeki dari Tuhan." Jeff hanya tertawa mendengarnya dan Flo mematikan sambungan telepon sambil tersenyum. Walau ia bisa saja membelinya sendiri sebab kedua orangtuanya bukanlah orang miskin tapi selama ini ia selalu berusaha untuk membelinya dari uang jajan yang ia sisihkan dan kadang-kadang Jeff memang tiba-tiba membelikannya untuknya. Beberapa kali ia sempat menolak tapi Jeff mengancam akan membakarnya jika ia tak menerimanya. Khusus kali ini ia menerimanya sukarela sebab sesungguhnya ia sudah sangat penasaran dengan beberapa novel yang diincarnya. Selama ini ia memang tak pernah ingin membebani orang tuanya dengan hal yang tidak perlu jadi karena itulah ia tak pernah meminta uang pada mereka untuk membeli novel. Flo kemudian bersiap-siap dan segera turun ke bawa mencari papanya. Ia menemukan papanya sudah menyiapkan mobil dan siap berangkat. "Pa, Papa mau ke rumah Jeff?" "Iya, Pak Brent meminta Papa menjemput Tuan Muda Ry," jawab Roger. "Aku mau ikut, Pa, bahan tugas Jeff tertinggal di kampus jadi dia mengajakku untuk mengerjakan tugas bersama." "Baiklah, naiklah di depan saja." Flo kemudian naik di kursi depan mobil dan memasang sabuk pengamannya. Roger sudah bekerja sebagai sopir pada keluarga Kenrick sejak belum menikah. Setelah menikah dengan istrinya, Aura, bahkan setelah Flo dewasa dia masih betah bekerja di sana. Meski keluarga Kenrick merupakan keluarga kaya, mereka sama sekali tidak sombong atau memandang rendah orang lain. Hal itu juga yang membuat Flo betah berada di sana apalagi Sarah Kenrick juga sangat baik padanya hingga bahkan ia merasa jika Sarah sudah seperti ibu kedua baginya. Bahkan Sarah memintanya memanggilnya dengan Mama sejak dia menginjakkan kaki di rumah itu. Flo kuliah di kampus yang sama dengan Jeff bahkan mereka mengambil jurusan yang sama hingga kadang mereka malah berada satu kelas seperti saat ini. Hal itu juga tidak luput dari bantuan keluarga Kenrick padanya. Hingga pikiran Flo ingat apa yang Jeff beritahukan padanya tadi jika Mr. Amerika akan pulang. Hanya kehadiran laki-laki itu yang membuat ia gelisah saat mereka berada satu atap. Padahal ia hanya mampir di sana dan tak pernah menginap. Bahkan berada di ruangan yang berbeda dengannya tak membuat rasa takutnya hilang pada laki-laki itu. Bagaimana ia tidak takut jika bahkan Jeff yang merupakan adik kandung laki-laki itu juga takut kepadanya. Mereka akan berhenti bicara saat laki-laki itu berada di dekat mereka dan jika dia memanggil salah satu dari mereka, bukannya mereka akan mendekat tapi malah bergegas melarikan diri dari sana. Saat mereka sudah setengah jalan ia menyadari jika itu bukan jalan menuju rumah Kenrick. "Pa, bukannya kita mau ke rumah Jeff?" "Iya, tapi kita jemput Tuan Muda Ry dulu." "Aku pikir kita pergi ke rumah Jeff dulu." "Buat apa mondar mandir tidak jelas kalau hanya perlu sekali jalan saja." Flo menepuk keningnya merasa frustrasi mendengarnya. Perlahan rasa panik menghampirinya dan membuat ia bergidik ngeri karena harus satu mobil dengan Mr. Amerika, si manusia kutub. Ia pikir bisa bersembunyi nanti saat laki-laki itu sampai di rumah tapi sepertinya rencananya hanya tinggal angan-angan saja. Bisakah aku bersembunyi di bagasi mobil saja? Tapi Papa tidak mungkin akan mengizinkannya. Sepertinya aku hanya bisa pasrah saja, batin Flo menghela napas memikirkan nasibnya. Akhirnya mereka tiba di bandara dan Flo memilih untuk menunggu di mobil saja daripada ikut menjemput ke dalam. Ia menunggu di sana sambil memejamkan mata mendengarkan musik dari handsfree di telinganya. Hingga mobil yang bergetar membuat ia membuka matanya dan saat berbalik ia menemukan tatapan mata biru menatap dingin padanya. Dengan cepat Flo kembali berbalik ke depan dan tak berani bergerak sama sekali. "Tuan Muda, maaf Bapak lupa menurunkan barang pesanan Tuan Besar jadi koper Anda tidak muat di bagasi. Apa tidak apa-apa jika diletakkan di sini saja?" tanya Roger membuka pintu yang berada di seberang Ry. "Taruh saja di depan, Pak!" Lalu apa dia suruh aku duduk di atap? batin Flo sedikit kesal mendengarnya. Roger hanya bisa menatap pusing mendengarnya karena tidak mungkin dia meminta putrinya turun di sini dan baru menjemputnya nanti. Kalau sampai putri semata wayangnya hilang bisa runtuh dunia mereka. "Kalau Flo duduk di sini apa boleh, Tuan Muda?" tanya Roger akhirnya memberanikan diri tak menyadari jika tubuh Flo sudah menegang layaknya senar gitar. "Hmmm," ujar Ry tak peduli. Roger kemudian membuka pintu depan dan meminta Flo pindah ke belakang. "Pa, aku turun di sini saja nanti aku bisa naik taksi," ujar Flo pelan. "Terus kalau kamu hilang nanti Papa bisa di cincang mamamu." "Papa pikir Flo masih 3 tahun sampai bisa hilang." "Duduk saja sama Tuan Muda, dia juga sudah izinin." "Tapi, Pa__" "Tenang saja Tuan Muda tidak makan orang, Flo." Iya, tapi kunyah es batu makanya jadi mirip manusia kutub, batin Flo dan mau tak mau ia mengikuti kemauan papanya dan duduk di belakang bersama Mr. Amerika. Flo duduk serapat mungkin di pintu hingga bahkan ia hampir menempel di sana. Setiap laki-laki di sampingnya bergerak maka dia akan terbelalak ketakutan. Seumur hidupnya tak pernah ia setakut ini karena harus satu mobil dengan Mr. Amerika. Semua ini gara-gara Jeffry, batin Flo kesal saat ingat penyebab kesialannya hari ini. Awas saja nanti kalau sampai bertemu dia, kesal Flo. *** Jangan lupa klik love & komentya jika suka dan kalian juga akan mendapatkan notifikasi saat saya update new part. Thx ^^  

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Super Psycho Love (Bahasa Indonesia)

read
88.6K
bc

Air Mata Maharani

read
1.4M
bc

Turun Ranjang

read
585.8K
bc

Bukan Istri Pilihan

read
1.5M
bc

Mafia and Me

read
2.1M
bc

Perfect Marriage Partner

read
821.2K
bc

Sweetest Pain || Indonesia

read
77.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook