Chapter 5

3331 Words
            Malam hari menjelang, langit kini telah menghitam. Matahari kini sudah tergantikan dengan Bulan. Angina malam yang lumayan kencang menerobos masuk ke dalam sebuah kamar dan menerbangkan sebuah korden putih.             Areum dalam tidurnya merasakan bahunya yang terasa dingin. Ia merapat dirinya semakin dalam ke kasurnya, berusaha untuk mencari kehangatan. Angin yang lumayan kencang itu masih saja membelai Areum dengan dinginnya, seolah-olah berusaha mencoba membangunkan Areum dari tidurnya.             Mendapati usahanya tak mendapatkan hasil, Areum merubah posisi tidurnya yang tadi menyamping kini terlentang. Tangannya sibuk mencari-cari selimutnya. Namun, entah kemana, ia tak mendapati selimutnya itu.             Karena sudah terlalu kedinginan, Areum mrngumpulkan kesadarannya dan mencoba untuk bangun dari tidurnya. Matanya ia kerjapkan guna mengumpulkan kesadarannya. Pemandangan langit-langit kamarnya yang penung dengan stiker-stiker luar angkasa di dapatinya.             Kamarnya gelap. Namun, berkat stiker-stiker yang tertempel di langit-langit kamarnya cukup membantunya untuk melihat ke dalam kamarnya yang gelap. Areum menolehkan kepalanya kesamping dan mendapati korden kamarnya yang tengah berterbangan rebut dan malam hari yang kini tengah menghiasi langit.             Ternyata dirinya ketiduran dan lupa menutup pintu balkon kamarnya. Ia bangun dan duduk di atas kasurnya. Areum mengucek matanya untuk membersihkan kotoran yang ada di matanya yang membuatnya terasa susah untuk matanya terbuka sempurna.             Angin malam lagi-lagi menerpa kulitnya, ia bergidik kedinginan. Tangannya mengusap-usap bahunya guna memberikan kehangtan kecil pada kulit tuuhnya.             “Ughh dingin” serunya             Areum turun dari kasurnya dan menuju nalkonnya berniat untu menutup pintu Balkan itu, karena sungguh anginnya begitu dingin ketika menerpa kulitnya yang terbuka. Dengan susah payah Areum menutup pintu balkonnya karena kordennya yang berterbangan rebut itu sedikit menyulitkan dirinya.             Setelahnya ia menghidupkan lampu kamarnya agar ia bisa melihat kamarnya dengan jelas. Mata Areum menjelajahi seluruh sudut kamarnya. Ia tak menemukan Ryujin sama sekali di kamarnya.             “Kemana hantu itu…” gumam Areum             Ia mengambil sebuah sweter untuk dikenakannya dan ia keluar dari kamarnya. Sweter yang ia kenakan lumayan memberinya kehangatan pada tubuhnya. Areum turun dari lantai 2 rumahnya dan berjalan menuju ruang keluarga. Siapa tau saja Ryujin berada disana.             Namun, saat sudah memasuki ruang keluarga, bukan Ryujin yang ia temukan, melainkan kakaknya yang tengah menonton Tv.             “Kakak?” panggil Areum             Mendengar seseorang berbicara, Dae-Wook yang tengah fokus pada televise di depannya menolehkan kepalanya dan menemukan adiknya yang berada di samping pilar pemisah ruang tengah dengan ruang keluarga.             “Oh kau sudah bangun?” Tanya Dae-Wook seraya memberikan kode kepada Areum untuk duduk di sampingnya lewat tangannya yang menepuk tempat kosong di sebelahnya.             Areum mendekati kakaknya dan duduk di sampingnya.             “Kau tadi berbicara apa kepada Oppa?” Tanya Dae-Wook             Areum mengernyitkan dahinya bertanya.             “Tadi kau memanggil Oppa dengan sebutan apa? Kaka? Kaak? Entahlah, Oppa tadi mendengarnya seperti itu.” kata Dae-Wook             Areum merutuki dirinya dalam hati. Tanpa sadar ia barusan memanggil kakaknya dengan bahasa dari negaranya.             ‘Dasar ceroboh kau Del’               “Tidak aku tidak memanggil Oppa. Oppa salah dengar mungkin.” Kata Areum             “Benarkah? Tapi sepertinya aku mendengar kau berbicara tadi.”             “Mungkin suara dari televise.” Kata Areum mencoba untuk meyakinkan kakaknya             Dae-Wook menganggukkan kepalanya “Mungkin benar.”             Mereka kini tengah sibuk menonton televise di hadapan mereka. Areum diam-diam melihat-lihat sekitarnya. Ia tak menemukan Areum di rumahnya. Kira-kira kemanakah hantu perempunan itu.             “Areum-ah, Oppa sudah meminta seorang design interior untuk merombak kamarmu dan beberapa pekerja. Mungkin, besok mereka sudah mulai bekerja. Oh dan untuk interiornya nanti, Oppa tidak akan mengubah banyak, mungkin hanya tamabahan-tambahan aksesoris saja.” Kata Dae-Wook             “Iya tidak apa. Asalkan kamarku tidak terlalu ramai. Lalu, semua barang-barangku yang sekarang akan di taruh dimana?” Tanya Areum             “Untuk sementara akan Oppa pindahkan ke kamar tamu di depan. Tidak apa-apa kan?”             Areum tersenyum, “Tidak apa-apa Oppa. Terimakasih banyak”             “Sama-sama adikku.”             Mereka kembali menonton televise sampai suara ibunya yang memanggil mereka untuk makan malam. Keduanya bangkit dari duduknya dan berjalan bersama menuju ruang makan yang menjadi satu ruangan dengan dapur.             Mereka bertiga kini menikmati makan malam bersama. Lagi-lagi Areum melihat-lihat ke sekitar rumahnya sampai ke taman belakang yang dapat ia lihat dari tempatnya. Ia tak menemukan Ryujin. Padahal dirinya masih ingin mendengarkan beberapa hal dari hantu itu.             Makan malam itu mereka lewati tanpa pembicaraan yang berarti. Areum membantu ibunya setelah makan malam itu untuk mencuci piring dan membersihkan meja makan. Selesai dengan pekerjaannya, Areum kembali ke kamarnya dan berniat untuk membersihkan dirinya. Yah, walaupun sebenarnya mandi malam-malam itu tidak baik, tetapi ia tak nyaman dengan tubuhnya yang mulai mengeluarkan bau tak sedap.             Dae-Wook memasuki kamar Areum. Ia tak mendapati Areum dimanapun, namun suara percikan air yang terdengar dari arah kamar mandi membuat Dae-Wook tahu bahwa adiknya itu sedang mandi. Dirinya memilih untuk merebahkan diri di Kasur adiknya dan memainkan ponselnya sambil menunggu adiknya selesai mandi.             Tak lama kemudian Areum keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang lengkap serta handuk yang menggantung di lehernya.             Areum terkejut melihat kakaknya yang berbaring di kasurnya. Ia menenangkan dirinya dan mendekati sang kakak.             “Kau sudah selesai mandi?” Tanya Dae-wook tanpa mengalihkan pandangannya pada ponselnya.             “Kenapa kakak disini?” Tanya Areum yang kini duduk di samping kakaknya yang masih berbaring di kasurnya.             “Menunggumu.” Jawab Dae-Wook             “Untuk apa?” Tanya Areum lagi. Ia sedikit mengintip apa yang tengah kakaknya itu lakukan dengan ponselnya. Ternyata kakaknya itu sedang serius bermain game.             “Mengajakmu keluar.” Jawab Dae-wook yang masih tetap fokus pada gamenya             “Kemana?” Tanya lagi Areum             Dae-Wook mengehla nafasnya kesal karena adiknya itu banyak bertanya dan konsentrasinya pada game terganggu. Ia bangkit dari tidurannya dan menatap adiknya itu kesal. Namun hanya sebentar, Dae-Wook lansung mengubah ekspresi kesalnya dan tersenyum ke arah adiknya.             Dae-Wook mengambil handuk yang menggantung di leher adiknya dan membantu adiknya itu mengeringkan rambutnya.             “Oppa ingin mengajakmu keluar dan berkeliling lingkungan disini. Biar kau nanti tidak akan tersesat jika ingin pergi keluar sendiri.” Kata Dae-Wook yang sibuk mengeringkan rambut adikknya dengan handuk.             “Harus sekarang? Mengapa tidak besok saja?” Tanya Areum, jujur saja dirinya sedang malas untuk keluar rumah. Apalagi malam hari seperti ini. Jiwa malasnya sebagai Adelia masih menetap padanya. Jadi emskipun dirinya berada di tubuh Areum sekalipun, tetapi jiwanya masih Adelia.             “Iya harus. Sekalian Oppa bertemu dengan teman Oppa. Dia berada di café dekat sini.” Kata Dae-Wook             “Tapi aku malas, Oppa.” Rengek Areum.             “Tidak boleh malas-malas an. Kapan lagi kau bisa kencan dengan Oppa. Besok Oppa juga tidak bisa menemanimu di rumah karena jadwal syuting Oppa sudah mulai kembali. Jadi, selagi bisa menemanimu sekarang, mengapa tidak?” kata Dae Wook             “Memangnya Oppa tidak takut ketahuan oleh fans Oppa? Kalau mereka nanti menyadari ada Oppa di sekitar mereka bagaimana?” Tanya Areum yang mencoba untuk bernegosiasi dengan kakaknya.             “Tidak tuh. Lagian untuk apa takut dengan fans sendiri.”jawab Dae-wook.             “Oppa nanti kalau mereka megang-megang Oppa bagaimana? Kalau nanti mereka bergerombol bagaimana? Nanti kalau menyerang Oppa bagaimana?” Areum berusaha keras untuk menakut-nakuti Dae-wook agar mereka tidak jadi keluar mala mini.             Dae-wook tertawa mendengar penuturan adiknya itu. “Itu semua tidak akan terjadi adikku yang manis. Fans Oppa tidak ada yang bisa masuk ke lingkungan ini. Lingkungan rumah kita memiliki penjagaan yang sangat ketat. Jadi fans-fans Oppa yang kau sebutkan tadi tidak akan bisa masuk ke sini. Lagi pula semua orang yang ada di lingkungan ini sudah mengenal Oppa dengan baik. Jadi tidak perlu khawatir.” Jelas Dae Wook sambil tersenyum. Ia mencubit kedua pipi adiknya itu gemas. “Aigoo, lucunya adikku ini.” Kata Dae-wook gemas.             Areum cemberut mendengar penjelasan kakaknya. Niatnya ingin rebahan dan streaming idol K-pop idolanya, gagal sudah karena ajakan dari kakaknya. Untung dirinya sabar, jika tidak pasti ia sudah mengabsen nama hewan untuk menunjukkan kekesalannya.             Jangan salah, meskipun Adelia adalah mahasiswa yang rajin dan tekun bukan berarti dirinya tak bisa mengumpat. Kau salah kawan, berterimakasihlah kepada Sarah yang selalu mengumpat kapanpun dan dimanapun.             “Yasudah aku siap-siap dulu. Oppa tunggulah sebentar.” Kata Areum             “Jangan lama-lama, oke. Teman Oppa sudah menunggu.”             “Baiklah.”             Dae-wook keluar dari kamar Areum dan turun ke bawah. Ia akan menunggu Areum di ruang tamu. Areum menutup pintu kamarnya dan ia mengambil sisir dan berdiri di meja riasnya. Setelah menyisir rambutnya, Areum pergi menemui Dae-wook yang sudah menunggunya. Sebelum menutup pintu kamarnya, dirinya melihat kembali ka dalam kamarnya. Ia menghembuskan nafasnya pelan.             “Mungkin setelah aku kembali dari luar, Ryujin sudah ada di sini.” Monolognya.             Areum menutup pintunya dan menyusul kakaknya yang tengah menunggu dirinya.             Kini mereka berdua tengah berjalan kaki menyusuri jalan komplek di rumahnya. Jika dilihat-lihat daerah rumahnya ini hampir mirip dengan perumahan yang ada di Indonesia. Sayangnya disini tidak ada plank nomor yang menunnjukkan nomor komplek setiap rumah. Ia sedikit bingung, bagaimana nanti  jika ia tak bisa menemukan rumahnya?             “Oppa, aku ingin bertanya.” Kata Areum yang membuka percakapan             “Tanya apa?” Tanya Dae-wook             “Disini tidak ada tanda atau papan nomor untuk menunjukkan nomor di setiap rumah ataupun di setiap belokan. Lalu, bagaimana jika kita ingin ke rumah tetangga yang berada di belakang jika kita tidak tau nomor rumahnya?”             Dae-wook mendongakkan kepalanya tanda ia berfikir. “Disini, setiap rumah memiliki nama keluarga sendiri. Di setiap pagarnya terdapat nama keluarga masing-masing. Jadi kau bisa menemukan rumah mereka dengan nama keluarga mereka.” Kata Dae-wook             “Oh begitu. Tetapi entah mengapa aku masih berfikir akan lebih mudah jika kita memberikan setiap nomor di setiap rumah.” Kata Areum             “Kau benar juga, tetapi seperti yang kau tau, lingkungan ini hanya beberapa yang menempatinya. Jadi tidak terlalu susah untuk menemukan orang-orang karena memang sedikit yang tinggal di sini.”             Areum mengangguk-nganggukkan kepalanya. Wajar sih disini hanya sedikit orang-orang yang tinggal. Bisa di lihat dari penampakan depan setiap rumah saja, sudah sangat menjelaskan semuanya. Bagaimana tidak, rumah-rumah disini rata-rata besar, mewah dan juga elegan. Mungkin hanya rumahnya saja yang tampak sederhana. Mungkin jika ibaratkan, rumah-rumah disini seperti mansion versi kecil.             Sudah lama mereka berjalan, tetapi mereka belum juga sampai di café yang maksud oleh kakaknya itu. Areum sudah mulai lelah untuk berjalan. Ia juga sesekali menghela nafas lelah. Jika di pikir lagi, memang seharusnya ia tak ikut kakaknya ini. Mana tau ia jika tempat tujuan mereka akan sejauh ini. Tolonglah, dirinya ini baru bangun dari kematian (?) beberapa ahri yag lalu, dan sekarang dirinya sudah di suruh untuk berjalan kaki, di malam hari pula.             “Ini kita kapan sampainya sih kak? Masih jauh kah?” Tanya Areum yang mulai merasa lelah.             “Sebentar lagi kita akan sampai.” Kata Dae-wook             Mereka terus berjalan, sampai Dae-wook mengatakan bahwa café yang mereka tuju sudah tidak jauh di depan mereka.             “Oh café nya sudah dekat.” Seru Dae-wook             Areum mengangkat kepalanya dan melihat sebuah café yang besar di depan sana. Ia bernafas lega karena café nya sudah dekat. Mereka berjalan cepat untuk sampai pada café itu. Dae-wook membukakan pintu café itu untuk Areum.             Dae-wook melihat-lihat sebentar ke dalam café itu. ia mencari temannya yang sudah menunggunya. Matanya jatuh pada punggung seseorang yang memakai jaket berwarna coklat s**u yang tengah membelakangi mereka.             “Ayo, teman Oppa ada di sana.” Kata Dae-wook sambil menunjuk seseorang yang tengah duduk membelakangi mereka.             Mereka berdua menghampiri orang itu. Dae-Wook menepuk pundak laki-laki itu dan membuatnya menoleh kebelakang untuk melihat siapa yang menepuk pundaknya.             “Eoh, Hyung. Kau sudah datang.” Sapa laki-laki itu dengan senyuman lebar.             Mata laki-laki itu menangkap keberadaan Areum yang berada di belakang punggung Dae-Wook. Ia menyipitkan matanya untuk melihat jelas Areum yang tengah menyembunyikan dirinya di belakang punggung Dae-Wook.             “Hyung, kau bawa siapa?” Tanya laki-laki itu.             “Oh ini.” Dae-wook menarik lengan Areum untuk berdiri di sampingnya. “Dia adik perempuanku. Namanya Areum.” Kata Dae-Wook yang memperkenalkan Areum kepada laki-laki itu.             “Aah, jadi ini adikmu. Oh ya, perkenalkan, aku Sang Beom. Kim Sang Beom, rekan kerja kakakmu.” Kata laki-laki itu memperkenalkan dirinya.             “Lee Areum.” Kata Areum.             “Oh kalian duduklah. Aku akan memesankan minum untuk kalian. Hmm, kau ingin pesan minum apa?” Tanya Sang Beom kepada Areum             “Terserah.” Jawab Areum             “Ah, baiklah.”Sang Beom mengusap tengkuknya kikuk dan dirinya cepat-cepat pergi dari sana untuk memesan minuma untuk kakak beradik itu.             Seperginya Sang Beom, Dae-Wook membawa adiknya untuk duduk di sebelahnya.             “Jangan terlalu dingin seperti itu. teman kakak jadi canggung begitu dengan kita.” kata Dae-Wook             “Aku tidak!!” sanggah Areum             “Baiklah-baiklah tidak perlu marah begitu.”             “Maaf.”             Tak lama kemudian, Sang Beom datang membawa 2 minuman berbeda untuk mereka. Ia memesankan kopi caramel untuk Dae-Wook dan memesankan cokelat hangat untuk Areum.             “Aku tidak tau kau suka minuman apa, jadi aku pesankan cokelat hangat untukmu. Tidak apa bukan?” Tanya Sang Beom             “Ya, tidak apa. Terima kasih.”             Sang Beom tersenyum menanggapi Areum. Areum mengambil minumannya dan hendak ia minum. Namun, sebeluk manisnya cokelat itu mengecap lidahnya, suara yang terasa familiar terdengar di pendengarannya. Apalagi suara itu memanggil namanya yang lain.             “Adel?” panggil suara itu.             Areum mendongak dan menemukan Ryujin-arwah permpuan- yang di carinya itu tengah berdiri di belakang Sang Beom dengan raut wajah heran.             “Ryujin” tanpa sadar Areum menyebut nama itu walau sangat lirih.             “Kau mengatakan sesuatu Areum-ah?” Tanya Dae-Wook             Areum yang tersedar mengedipkan matanya dan menoleh ke arah kakaknya.             “Ah, tidak. Aku tidak mengatakan apa-apa.” Kata Areum.             Ryujin, beralih ke samping Areum dan melihat wanita itu dengan tatap bertanya.             ”Sedang apa kau disini?” Tanya Ryujin             Areum hanya melirik ke arah Ryujin. Ia memberitahu lewat matanya jika dirinya tidak bisa berbicara dengannya sekarang. Ryujin yang mengerti pun menganggukkan kepalanya paham.             “Oke aku mengerti. Bisakah kau ke kursi belakang itu? ada yang perlu aku bicaran denganmu.” Kata Ryujin yang tanpa meminta persetujuan dari Areum, ia sudah terbang ke kursi belakang.             Areum menghela nafas pelan, ia menoleh ke arah kakaknya dan melirik sebentar ke arah teman kakaknya itu.             “Oppa, aku pindah ke meja belakang sana saja.” Kata Areum yang membuat perhatian Dae-Wook teralihkan padanya.             “Kenapa? Disini saja dengan kami. Apa kau merasa tak nyaman?” Tanya Dae-Wook.              Areum menggelengkan kepalanya             “Tidak bukan begitu. Aku hanya tak ingin mengganggu waktu kalian saja. Aku akan menunggu kakak di meja belakang.” Kata Areum yang lansung bangkit dari duduknya sambil membawa cokelat panas miliknya. Ia pindah ke meja belakang yang berjarak 3 meja dari meja kakaknya. Ia duduk menghadap Ryujin yang tengah menunggunya dan membelakangi kakaknya. Supaya dirinya tak ketahuan sedang berbicara dengan arwah di depannya ini.             Areum menaruh minumannya dan mendudukkan dirinya di sana. Ia menatap Ryujin yang tengah tampak gelisah di duduknya. Dahinya berkerut, matanya sedari tadi selalu melirik kearah belakang dirinya.             “Kau baik-baik saja?” Tanya Areum             “Ya, aku baik.” Jawab Ryujin.             Areum menganggukkan kepalanya, “Jadi bisa kau memberitahuku kemana saja kau sedari siang tadi?” Tanya Areum             “Aku keluar sebentar dan lupa untuk kembali lagi ke rumahmu.” Kata Ryujin             “Baiklah. Jadi apa yang ingin kau bicarakan?” Tanya Areum lagi.             “Begini. Sebenarnya taka man jika kita membicarakan ini disini. Terlalu banyak mata dan telinga yang melihat dan mendengar kita.”  Ryujin berbisik mengucapkannya.             Areum sedikit melirik ke arah samping kanan dan kirinya. Memang di café itu tak hanya dirinya dan beberapa pengunjung saja yang ada di sana. Jika orang biasa yang melihat, café ini terlihat sedikit pengunjung, tetapi, jika kau memiliki penglihatan seperti Areum, maka beda lagi ceritanya.             Banyak para arwah yang memenuhi café tersebut. Entah ia tak tahu mengapa, mungkin saja café itu tempat mereka.             “Aku tahu. Tetapi apa hubungannya dengan mereka?” Tanya Areum bingung             “Aku tidak tahu apakah mereka tak peduli dengan kita atau sengaja pura-pura tak peduli dengan kita. yang jelas aku hanya bisa memberitahumu ini diisini. Orang yang sedang berbicara dengan kakakmu itu, adalah orang yang membunuh Areum.” Kata Ryujin serius, meskipun tak memudarkan wajah gelisahnya itu.             Areum terkejut mendengarnya. Ia sempat tak dapat mencerna dengan baik kata-kata Ryujin. Tetapi ia dengan jelas mendengar apa yang Ryujin katakana. Areum menolehkan kepalanya dan melihat Sang Beom, teman kakaknya yang kini berbicara dengan kakaknya.             Lalu ia menatap Ryujin dengan pandangan tak percaya.             “Aku tau kau terkejut dan mungkin saja tak akan percaya padaku. Tetapi, jika kau ingin tahu kebenarannya, kita pulang ke rumahmu sekarang dan akan aku ceritakan semuanya.”  Kata Ryujin meyakinkan Areum             Areum yang masih bingung pun hanya mengangguk saja. Ia tak dapat percaya begitu saja pada Ryujin, tetapi ia juga membutuhkan informasi mengenai perempuan yang tubuhnya sedang ia tempati.             Di meja Dae-Wook dan Sang Beom, mereka tengah mengobrol terkait drama yang sedang mereka bintangi itu.             “Hyung, besok sudah kembali syuting, apa besok kau akan hadir?” Tanya Sang Beom             “Tentu saja. Aku sudah mengambil libur dadakan karena manangani masalah adikku.” Kata Dae-Wook             Sang Beom menganggukkan kepalanya paham.             “Ngomong-ngomong, tentang adikmu hyung, apa dia tak suka padaku?” Tanya Sang Beom             “Tiba-tiba?” kata Dae-wook bingung             “Kurasa ia sedikit tak suka padaku. Buktinya ia pindah tempat ke belakang sana. Atau jangan-jangan aku memesankan minuman yang salah untuknya?” Tanya Sang Beom             “Dia memang tak suka cokelat panas.” Kata Dae-wook             “Sudah ku duga. Aih, tau begitu aku bertanya dulu padamu apa minuman kesukaannya. Aahh, aku tidak suka memberikan kesan pertama yang buruk.” Kata Sang Beom yang menyandarkan punggungnya dan menjatuhkan pundaknya.                         “Tak perlu khawatir, adikku tidak seburuk itu untuk tak menyukai seseorang. Dia mungkin tidak terlalu nyaman denganmu karena kalian baru saja bertemu. Adikku itu baik, hanya saja dia sedikit berbeda sekarang.” Ujar Dae-Wook.             “Berbeda bagaimana?” Tanya Sang Beom kepada Dae-Wook             “Kau tau, aku sangat mengenal adikku dengan baik. Walaupun aku selalu sibuk dengan pekerjaanku hingga tak punya waktu untuknya, tetapi aku tau apa saja yang dia lakukan. Semenjak ia kejadian itu, ia terlihat berbeda. Ia seperti menjadi orang lain. ia tidak suka dengan apa yang ia sukai selama ini. Bahkan ia menerima cokelat panas pemberianmu. Aku sangat tahu, bahwa dia tak suka cokelat panas. Terkadang aku berfikir, bahwa di bukan adikku. Raganya memanglah Areum, tetapi sifat dan tingkahnya berbeda.” Jelas Dae-Wook             “Bagaimana bisa begitu?” Tanya Sang Beom             “Aku tak tahu Beom-ah. Apa kau percaya jika saja adikku itu adalah bukan adikku?” Tanya Dae-Wook             “Kau ini bicara apa? Bagaimanapun dia, dia tetap adikmu Hyung.”             Dae-Wook menghela nafas lelah “Yah, kau benar. Bagaimanapun dia, dia tetaplah adikku.” Kata Dae Wook             Saat mereka sibuk mengobrol, Areum menghampiri kakaknya itu dan mengajak kakaknya pulang.             “Oppa, bisakah kita pulang sekarang?” Tanya Areum             Dae Wook menoleh ke arah Areum yang berdiri di sampingnya.             “Kau sudah ingin pulang?” Tanya Dae-Wook             Areum hanya mengangguk menjawab pertanyaan kakaknya.             “Baiklah kalau begitu. Beom-ah, aku pulang dulu, kita bertemu lagi di lokasi syuting besok.” Pamit Dae Wook             Mereka beranjak dari duduk mereka dan bersiap pulang.             “Eoh hyung, bagaimana jika aku antar kalian? Kebetulan aku membawa mobil.” Tawar Sang Beom             “Oh begitu.” Dae Wook menoleh ke arah Areum, “Tidak apa jika kita pulang dengan teman Oppa?” Tanya Dae Wook             Areum hanya mengangguk saja. Ia ingin cepat-ceoat sampai di rumah dan menemui Ryujin yang sudah menunggunya di kamar nya.             Mereka bertiga keluar dari café tersebut dan menuju ke arah mobil yang terparkir tak jauh dari café. Dae Wook duduk di depan bersama Sang Beom yang menyetir. Sedangkan Areum duduk di belakang.             Mobil itu melaju pelan menuju rumah kakak beradik itu. karena lingkungan rumah Dae Wook adalah lingkungan yang tenang, jadi Sang Beom menyetir pelan menuju rumah Dae Wook.             Mobil itu berhenti di depan pagar rumah Dae Wook. Dae Wook dan Areum turun dari mobil dan mengucapkan terimakasih kepada Sang Beom. Tanpa menunggu mobil itu melaju pergi, Areum sudah lebih dulu masuk ke dalam rumahnya setelah berterima kasih.             Areum berjalan buru-buru ke kamarnya. Ia membuka kamarnya dan menemukan Ryujin yang sudah menunggunya di sana. Areum mendekati Ryujin yang duduk di kursi meja belajarnya, sedangkan dirinya duduk di pinggir kasurnya.             “Jadi, bisa kau ceritakan?” Tanya Areum dan di balas anggukan oleh Ryujin.              
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD