Part 06 Kembalinya Kiandra

890 Words
Waktu yang di tunggu-tunggu keluarga Abimanyu akhirnya datang juga. Anak perempuan satu-satunya keluarga mereka sudah dalam perjalanan menuju kediaman keluarga besar Abimanyu. Semua keluarga berkumpul untuk menyambut kedatangan Kiandra. Gadis Bar-Bar kesayangan keluarga Abimanyu. Tanpa kehadiran Kiandra satu tahun ini, semua tampak berbeda. Terlebih lagi Sang Bunda. Yang harus menahan rindu kepada putri satu-satunya. “Bik, masakan kesukaan Kiandra sudah di hidangkan di meja?” tanya Maria pada salah satu asisten rumah tangganya. “Sudah, Bu. Sup ikan kakap merah kesukaan non Kiandra juga sudah matang,” ucap Bik Wati ikut semangat menunggu kedatangan nona mudanya. Meskipun dulu kesehariannya membuat orang serumah marah-marah karena ulah nya yang seenaknya sendiri. Meskipun begitu, Kiandra adalah sosok gadis yang menyenangkan. Dia sangat mandiri dan tidak pernah merepotkan para asisten rumah tangganya. Selagi dia bisa melakukannya sendiri, pasti dia akan melakukannya sendiri tanpa meminta bantuan. “Bun, Kian bentar lagi sampai,” ucap Reno pada Maria. Maria tidak bisa menutupi kebahagiaannya. Ia memeluk putranya. “Adikmu kembali,” ucap Maria. “Iya, Bun. Kiandra kembali. Dia sudah benar-benar sembuh. Rekam medik Kiandra di kirim Profesor Daichi ke Email Reno, Bun. Semoga ke depannya tidak akan terjadi apa-apa pada Kiandra.” Reno mencoba berpikir positif. Ia cuma berharap yang terbaik untuk Kiandra ke depannya. Terdengar suara mobil berhenti di halaman rumah. Reno dan Maria berjalan menuju ke depan untuk menyambut kedatangan Kiandra dan Abimanyu. Saat membuka pintu, Maria tidak bisa menahan air matanya saat ia melihat putrinya berdiri dengan senyum terukir di wajah cantiknya. Kiandra merentangkan tangannya berjalan ke arah sang Bunda yang sudah sangat ia rindukan selama ini. Maria memeluk putrinya dengan erat. Menumpahkan rasa rindunya yang selama ini ia pendam demi ke pulihan Kiandra dari koma. “Bunda, Kian kangen sama Bunda,” ucap Kian di pelukan sang Bunda. “Bunda juga kangen sama Kian. Tanpa Kian, Bunda seperti tidak bersemangat melakukan apapun. Hidup bunda seperti ada yang kurang. Bunda rindu saat Kian membuat bunda marah-marah setiap hari.” Maria mengusap puncak kepala Kiandra penuh rasa sayang. “Eheemmm... Apa tidak ada yang rindu sama ayah ini?” tanya Abimanyu pura-pura sedih. “Dasar laki-laki tua genit,” ucap Maria yang sontak membuat semua orang tertawa. Abimanyu tidak bisa menahan tawanya karena perkataan istrinya yang suka asal. Yang tidak jauh beda dengan Kiandra. “Ah... Meskipun genit juga tetap saja cinta mati sama ayah,” ucap Abimanyu dengan bangga. “Ayo masuk dulu, ayah. Pasti ayah sama Kiandra capek habis perjalanan jauh dari Jepang,” ucap Reno. Abimanyu menganggukkan kepala dan berjalan menuju ke dalam rumah. Abimanyu mau tidak mau, setelah kejadian Kiandra tertembak, ia sekarang lebih waspada lagi dari kemarin-kemarin. Di Jepang, Abimanyu mulai menugaskan para anak buahnya lagi untuk terus waspada menjaga keluarganya yang ada di Indonesia sebelum ia kembali. Abimanyu akan mencari tahu otak penembakan putrinya satu tahun yang lalu. Memang ia sengaja tidak mencari tahu dulu setelah penembakan Kiandra. Ia ingin musuhnya merasa menang terlebih dahulu sebelum ia yang akan turun tangan menghabisi musuhnya. “Ayah istirahat dulu, Kian. Jangan terlalu capek,” ucap Abimanyu sebelum pergi meninggalkan keluarganya yang sedang berkumpul. Abimanyu mencium puncak kepala putri yang sangat ia sayangi. “Iya, ayah,” ucap Kiandra sambil tetap memeluk sang Bunda. Maria yang melihat wajah suaminya cuma bisa menghela nafas. Ia tahu kalau suaminya sekarang sedang memikirkan sesuatu yang berat. Yang benar-benar harus dia sendiri yang menyelesaikannya secara tuntas. “Sudah makan kamu, sayang?” tanya Maria pada Kiandra yang masih asyik ngobrol dengan sang kakak. “Belum, Bun,” jawab Kiandra. “Kita makan dulu kalau gitu. Bunda sama Bik Wati sudah masakin makanan kesukaan kanu,” ajak Maria pada putra putrinya. Kiandra dan Reno mengikuti sang bunda ke meja makan. “Bunda, sudah gak usah ngambilin Kian. Kian sudah sembuh bunda. Kian bisa ambil makanan sendiri,” ucap Kiandra. “Sekali-kali kan tidak apa-apa, Kian. Bunda juga tidak setiap hari nyiapin kamu makan seperti sekarang ini. Di tambah lagi bunda selama setahun ini berjauhan sama kamu,” jelas Maria. “Ya sudah terserah bunda saja kalau begitu,” ucap Kiandra. “Setahun di Jepang bijak juga yah sekarang. Padahal dulu apa-apa yang nyiapin bunda,” goda Reno pada adiknya. “Ih... Kakak gak tahu yah? Kalau Kian sudah lama mandiri. Gak ngerepotin bunda sama sekali. Paling-paling kalau gak sempat bersihin kamar saja baru di bersihin bik Wati,” bela Kiandra. “Hebat dong kalau begitu. Jadi nanti kalau kuliah jauh sudah bisa ngurus hidup kamu sendiri. Gak manja dan ngeluh kalau tinggal sendiri. Oh... Iya! Ngomong-ngomong rencananya kamu mau ngelanjutin kuliah dimana, Kian?” tanya Reno ingin tahu. “Ah... Kakak kepo yah ingin tahu Kian mau ngelanjutin kuliah dimana. Yang pasti Kian mau ambil di luar negeri kuliahnya. Dan mau coba-coba ikut tes beasiswa juga,” jelas Kiandra. “Kayak di izinin saja sama bunda dan ayah jauh-jauh sama mereka,” ucap Reno sambil tersenyum simpul. “Pasti di izinin kak. Iya kan, Bunda?” tanya Kiandra pada Maria. “Bunda gak bisa jawab. Karena semua keputusan ada pada ayah. Terlebih lagi setelah penembakan satu tahun yang lalu yang sudah menimpa kamu. Pasti ayah tidak akan semudah itu memberi izin kamu kuliah jauh dari jangkauannya,” jelas Maria pada Kiandra. Kiandra menghela nafas setelah mendengar penuturan sang bunda. Kiandra juga mengerti akan kecemasan ayah dan bunda nya setelah kejadian satu tahun yang lalu. Kiandra cuma berharap ayahnya memberinya izin untuk menggapai cita-citanya. Kuliah di tempat yang ia inginkan selama ini. ****** Happy Reading. Jangan lupa Follow, coment dan tap ❤ supaya Author semangat buat update lagi. Salam sayang???
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD