Part 34 Kehancuran Ronald

1002 Words
Reno baru saja sampai ke kantor, pagi ini dia mau meluruskan masalah proyek yang belum selesai. Namun tiba-tiba dia Arka—manajer bagian pabrik mengatakan bahwa terjadi kebakaran di pabrik yang ada di Bandung. Reno langsung menuju lokasi, dia melihat sudah ada dua mobil pemadam kebakaran yang membantu memadamkan api. Habis tak tersisa, tinggal rangka saja. Manajer bagian pabrik mengatakan bahwa tadinya keadaan pabrik baik-baik saja. Setelah semua selesai dan padam, keramaian mulai menghilang. Aneh bagi Reno, dia telah mengecek cctv, tidak ada percikan api atau apapun yang terjadi sebelum kebakaran. Namun dia melihat ada dua pemuda yang masuk ke dalam dan menuangkan sesuatu. “Pak, bagian ini bisa di zoom?” perintah Reno. Petugas cctv langsung memperbesar, di sana terlihat dua pemuda. Reno langsung melaporkan kejadian ini kepada polisi. Dia meminta agar polisi cepat mengusut siapa pelaku yang sudah membuat pabriknya kebakaran seperti ini. Dia duduk termenung sembari menopang dagunya di kantor, untung saja tidak ada korban jiwa, semua karyawan pabrik berhasil diselamatkan. Namun kerugian atas bangunan itu tetap ada. Reno menuju bagian keuangan, mengadakan rapat internal terkait biaya yang ditanggung. Sangat melegakan saat dia mendengar keuangan masih sangat bagus dan bisa memperbaiki pabrik. Reno menghela nafasnya lega, baru kali ini dia mendapatkan masalah besar. Hanya saja saham perusahaannya menjadi menurun karena berita kebakaran itu. Reno berpikir keras, kenapa ada orang yang berani melakukan hal ini kepadanya. Kebakaran ini sangat mencurigakan, apalagi kebakaran terjadi saat sistem keamanan dimatikan. Seolah ada orang yang sengaja melakukan hal ini. Reno mendapat kabar dari kepolisian bahwa dua pemuda yang telah dicurigai sudah ditangkap. Dia tidak mau membuang waktu, saat ini juga dia mendatangi kantor kepolisian. Sedangkan Khalisa, dia masih meratapi nasibnya, dia meremas pelan perutnya. Dia sendiri tidak tau hamil dengan siapa. Namun jika dipikir lagi, dia selalu rutin meminum pil setelah berhubungan intim dengan Reno, namun tidak jika engan Alex. Dia lebih yakin jika anak dalam kandungannya adalah anak Alex. Sayangnya ketika mengetahui kehamilannya ini, Alex malah tidak bisa dihubungi dan Khalisa tak tau dimana keberadaaannya. Tidak ada harapan lagi bagi Khalisa, talak cerai sudah Reno ucapkan. Dia hanya ingin hidup sendiri bersama keluarganya. Khalisa memilih pulang menemui ibunya, mengatakan hal yang sebenarnya. Ibunya tak menyangka Khalisa akan berani bermain-main dengan pernikahan. Ibunya tidak tau jika putrinya berani melakukan perselingkuhan. Ibunya menamparnya, mencaci makinya. Kalau saja Khalisa tidak ketahuan selingkuh, mungkin mereka akan bisa melanjutkan rencana lain untuk mendapatkan perusahaan Abimanyu. Khalisa merasa menderita, dia diusir dari rumah, namun karena ibunya juga iba kepada anaknya, dia membiarkan Khalisa tinggal dengannya. Reno terburu-buru mendatangi kantor polisi, dia sudah ada di puncak emosinya. Ingin segera mengetahui siapa pelaku yang telah membuat pabriknya hancur. Hingga detik ini, dua pelaku itu masih bungkam. Reno akhirnya meminta mereka segera dipenjara, namun akhirnya kedua orang itu mengaku setelah diancam oleh Reno. Satu nama yang mereka katakan, nama yang sudah Reno duga namun dia masih ragu. Tapi kini karena bukti terlihat jelas, bahkan masih ada pesan yang tersimpan. Bukti itu sangat kuat. Reno ingin Ronald segera dipenjarakan. Kehidupan Khalisa kini sangat menderita, seolah keadaan berbalik. Dia yang selalu dipuja oleh Reno semuanya musnah menjadi hancur lebur. Perasaan cinta menguap begitu saja, mereka seolah menjadi orang asing setelah begitu dekat. Semua usaha Khalisa sia-sia. Meronta, menangis, meminta pertolongan Reno untuk tidak memenjarakan ayahnya seolah sia-sia. Reno tetap yakin pada pendiriannya, melakukan sesuatu yany logis. Kalau menuruti hatinya, mungkin dia akan memaafkan segalanya, tapi sekarang tidak ada kata maaf dari bibir Reno. Belum lagi Alex yang tidak mau bertanggung jawab pada Khalisa dan meninggalkan gadis itu hamil sendirian. Ketamakan membuat mereka menjadi merasakan lubang kesengsaraan. Tangis kini tidak ada gunanya, hanya satu hal yang menjadi tujuan hidup Khalisa dengan ibunya, bertahan hidup. Mereka benar-benar jatuh ke bawah. Usaha ayahnya bangkrut terlilit hutang, Khalisa hamil anak Alex namun Alex meninggalkannya. Khalisa juga meninggalkan klinik psikiatrinya. Semuanya seolah menghilang. Penyesalan tidak bisa membuat mereka kembali ke masa lampau. Khalisa mengutuk dirinya sendiri, dia menyesali apa yang sudah dia lakukan kepada Reno. Kalau saja dia bisa meminta maaf, dia akan berlutut di hadapan Reno. Sayangnya semua itu sia-sia. Hati Reno sudah membeku, dia bahkan tidak akan percaya lagi akan cinta ataupun takdir. Setelah memenjarakan Ronald, Reno berangkat ke Jepang, menemui keluarganya. Kiandra nampak bangga kepada Reno, kakaknya telah mengambil keputusan yang benar. "Terima kasih Kian, kamu sudah menjaga ayah dan ibu. Berkat lo kita semua selamat," ucap Reno mengusap kepala Kiandra. Mereka berdua sedang duduk di taman halaman belakang rumah profesor Daichi. Semenjak kabur ke Jepang, hanya satu tempat yang menjadi pikiran Kiandra, rumah profesor Daichi. Baginya ini tempat ternyaman seperti rumah saudara sendiri. "Iya Kak, sama-sama. Gue ... juga seneng lo bisa sadar kalau Kak Khalisa itu orang yang jahat." Reno mengangguk, dia menatap adiknya dan memeluknya erat. Sesekali mengusap puncak kepala Kiandra. "Besok lo balik ya ke Indonesia, lo sekolah lagi yang bener, biar gue yang urus semuanya di sini, kasihan juga temen lo lama-lama di sini," ucap Reno. Khalisa mengangguk kecil dan tersenyum. Reno bisa menangkap ekspresi wajah Khalisa yang nampak tersenyum manis saat Reno menyebutkan nama temannya. Mungkinkah Kian sedang jatuh hati? Kiandra lalu mengemasi barang-barangnya, Davon juga sudah sangat sehat, dia berpamitan kepada keluarga Kiandra. Abimanyu menepuk pundaknya saat Davon pamit kepadanya. Keadaan Abimanyu kini juga sudah membaik berkat profesot Daichi. "Saya minta kamu jaga Kiandra saat sekolah ya. Dia memang bandel, nakal dan suka cari masalah. Tetapi dia putri saya, dia sangat berharga bagi saya." Davon mengangguk tersenyum menatap Abimanyu, dia menyalaminya lalu pamit untuk ke bandara. Semuanya ikut mereka mengantarkan ke bandara. Kiandra dan Davon melambaikan tangannya, mereka lalu check in dan masuk ke dalam pesawat. "Thanks Dav, gue lega akhirnya semua masalah udah kelar," ucap Kiandra tersenyum. "Iya, sama-sama. Gue gak bantu banyak sih." Kiandra meminta maaf lagi karena sudah membuat Davon terluka, namun Davon mengatakan dia sangat senang bisa membantu sedikit kepada keluarga Kiandra. "Gue seneng banget bisa bantu lo, Ki. Karena tanpa Lo minta pun gue akan selalu ada buat Lo. Karena alasan gue cuma satu. Gue udah jatuh cinta pada Lo," ucap Davon dalam hati.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD