Part 35 So Sweet

1075 Words
Sesuai dengan permintaan orang tua Kiandra, mulai saat ini Davon akan menjaga Kiandra. Dia akan selalu ada untuk Kiandra, bukan hanya sekedar memenuhi permintaan orang tua Kian saja, dia juga ingin melakukannya karena dia mencintai Kiandra. Davon mulai mengiris bawang, mulai saat ini dia yang menyiapkan semuanya untuk Kiandra. Dia yang akan merawat Kiandra selagi Abimanyu dan Maria masih ada di luar negeri. Pagi ini dia membuatkan Kiandra nasi goreng. Masakan sederhana yang Kiandra sukai, Davon sangat jago memasak, dia bahkan mahir melakukan semuanya sendirian. Davon menyukai segalanya yang dimiliki Kiandra. Gadis di hadapannya selalu terlihat manis dan menggemaskan. “Nih, sarapan dulu sebelum berangkat.” Davon menyuguhkan nasi goreng buatannya kepada Kiandra. Kiandra sudah siap berangkat, seragamnya sudah lengkap, tasnya juga sudah siap. Namun dia masih mengantuk berat. Dia menelungkupkan wajahnya diatas meja, rasanya dia ingin mengambil libur sekolah lagi. Sayangnya mereka sudah tertinggal pelajaran sangat jauh, libur selama dua minggu membuat mereka harus ekstra belajar untuk mengejar materi. “Kiandra, ayo dong. Setengah jam lagi kita sekolah,” ucap Davon. Kiandra menguap, dia ingin tidur lagi. “Lima belas menit lagi bangunin gue.” Davon menggeleng, dia heran kenapa bisa mencintai gadis yang unik seperti ini. Dia menepuk pundak Kian, meminta Kiandra segera terbangun. Gadis itu akhirnya terbangun dan menguap, sungguh lelah. Naik pesawat kesana kemari membuat Kiandra merasa jetlag. Bahkan saat ini dia masih merasa ada di atas naik pesawat. “Kiandra, ayo dong. Nanti kalau nasi gorengnya dingin enggak enak. Gue udah susah-susah buatin, masa lo malah diem aja kaya gini sih?” ucap Davon gemas. Kiandra merasakan pegal, dia malas sekolah hari ini. Suara Davon sangat mengusiknya, dia terpaksa bangun dan memakan nasi goreng itu, begitu satu suapan masuk ke dalam mulutnya, Kiandra berbinar, dia sangat takjub dengan masakan Davon. Rasanya sangat enak dan tak kalah dengan restoran ternama yang biasanya Kiandra pesan. Seketika rasa kantuknya menghilang, dia memakan nasi goreng itu dengan lahap sembari terus memuji masakan Davon. “Enak sumpah,” ucap Kiandra. “Pelan-pelan makannya, nanti tersedak,” ucap Davon. Tangannya terulur mengusap nasi yang ada di ujung bibir Kiandra. Kian seketika terdiam dan tertegun dengan perilaku Davon. Lagi-lagi lelaki di hadapannya berbuat manis kepadanya, Kiandra menjadi berdebar jantungnya. Dia mencoba menetralkan debaran yang ada dan mengerjapkan matanya. Kiandra sangat bingung saat ini, dia kenapa selalu merasakan sikap Davon yang sangat manis. “Iya,” ucap Kian pelan. Dia lalu melanjutkan makannya kembali. Davon menyantap kembali nasi gorengnya, dia memakan begitu khidmat sampai tidak menyadari jika sedari tadi Kiandra memperhatikan wajahnya. Tepat pukul setengah tujuh, Kiandra dengan Davon berangkat ke sekolah. Mulai hari ini Kiandra berangkat sekolah selalu dengan Davon. “Lo gausah panggil taksi online, bokap lo kan suruh gue jagain lo, jadi lo selalu berangkat sama gue,” ucap Davon dengan senyum manisnya. Dia menyuruh Kiandra memakai helm dan naik ke atas motor ninjanya. Awalnya Kiandra merasa canggung, dia seperti merasa ada penjaga di dalam hidupnya, namun Kiandra merasakan ada hal yang berbeda dari Davon. Lelaki di hadapannya nampak lebih protektif kepadanya semenjak ayahnya meminta Davon menjaganya, padahal Kian bukan lagi anak kecil yang harus dijaga setiap detik. Aurel menghentikan langkahnya ketika melihat Kiandra yang baru saja turun dari motor Davon. Jangan-jangan gosip di sekolah itu benar, jika Kiandra hamil dan menikah dengan Davon. “Rel, beneran Kiandra nikah?” tanya Lisa sembari berbisik. Keduanya masih memeprhatikan gerak-gerik Kiandra dengan Davon yang nampak mesra, apalagi Davon membantu Kiandra melepaskan helmnya. Entah siapa yang sudah menyebarkan gosip tidak benar itu, tetapi yang jelas kabar itu telah meluas dan semua angkatan juga tau. Beberapa murid yang melewati mereka nampak memperhatikan keduanya dengan intens. Sebagian melihat ke arah perut Kiandra, mereka semua penasaran apa benar Kiandra hamil. “Ya enggak lah, kalau gue sih yakin dia gak mungkin ngelakuin hal itu sama Davon,” ucap Aurel sangat yakin. Dia telah lama mengenal Kiandra, dia sangat hafal jika Kiandra tidak mungkin hamil dengan Davon. Apalagi Kiandra selalu mementingkan nilai sekolah. “Tapi perut Kiandra agak buncit,” balas Lisa. Aurel yakin, perut Kiandra yang seperti itu hanyalah sumbangan lemak yang menumpuk di tubuhnya, mereka berdua tidak mungkin berbuat hal aneh. “Yaudahlah, masuk aja ntar tanya langsung sama Kian,” ucap Aurel. Mereka berdua lalu masuk ke dalam kelas. Aurel mengambil duduk di samping Kiandra, seperti biasanya. Namun Davon meminta tukar tempat duduk di samping Kiandra. Melihat sikap Davon yang seperti ini membuat Aurel menjadi merasa agak ragu dengan keyakinannya. Bisa jadi mereka menikah diam-diam. “Lo ngapain sih nempel sama gue,” ucap Kiandra frustasi. Dia gemas dengan sikap Davon yang selalu membututinya. Bahkan duduk saja Davon ingin di samping Kiandra. “Kan bokap lo yang suruh gue jagain lo,” ucap Davon. Sontak ucapan Davon membuat semua murid sangat yakin jika mereka berdua sudah sah menikah. “Wah selamat ya Kian,” ucap Fanny, teman sekelas mereka. Dia menyalami Kiandra. Dia bingung kenapa Fanny tiba-tiba bersikap begini, apanya yang selamat? “Ha? Apaan?” ucap Kiandra melongo. “Semoga bayi lo lancar nanti lahirannya,” ucap Fanny lagi. Kiandra semakin bingung dengan apa yang diucapkan dengan temannya. Farel juga bangkit memberi mereka berdua selamat. Bahkan Davon juga diberikan selamat olehnya. “Von, lo jadi bapak yang bertanggung jawab ya, jangan nyakitin Kiandra.” Davon seketika menjadi bingun kenapa teman-temannya semua memberi selamat, bahkan ada menanyakan kapan undangan resepsinya akan digelar. Siapa yang menikah? “Bentar, lo bilang apa barusan?” ucap Kiandra. Dia berdiri bangkit dan menatap Fanny tajam. Fanny malah tidak menjawab karena takut dengan wajah Kiandra yang sangat seram. “Gue hamil? Hamil anak siapa hah? Gue masih perawan ting ting! Enak aja lo doain gue hamil. Ini sebenernya ada apasih? Kenapa kalian semua ngasih ucapan selamat. Ini apaan coba? Ngapain ngasih gue amplop?” ucap Kiandra kesal. Dia membuka amplop itu, isinya uang ratusan ribu, kalau dia hitung bisa hampir satu juta lebih. “Eh kalian baik bener mau ngasih gue duit, thanks ya.” Kian tersenyum memasukkan uang itu ke dalam tasnya. “Loh, lo belum hamil? Jadi cuma udah nikah aja?” tanya Fanny kemudian. “Hah? Nikah? Gue nikah sama siapa?” tanya Kiandra balik. “Loh? Bukannya lo udah nikah sama Davon? Kita semua ngira lo libur dua minggu karena nikah sama Davon!” ucap Fanny. “Enggaklah, gue sama dia ke Jepang karena bokap gue sakit,” ucap Kiandra. Semuanya langsung terkejut dengan ucapan Kiandra, seketika anak-anak sekelas semuanya meminta kembali uang mereka, namun Kiandra malah kabur dan menolaknya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD