Part 37 Kepergian Davon

1064 Words
Pertemuan Kiandra dan Davon saat acara pensi, adalah pertemuan terakhir mereka . Davon sengaja pergi tanpa berpamitan terlebih dahulu dengan Kiandra. Karena dirinya tidak akan pernah bisa pergi jika berhadapan dengan Kiandra secara langsung. Dia hanya bisa meninggalkan sepucuk surat untuk Kiandra. Kepergiannya yang mendadak bukan tanpa alasan. Setelah kematian papanya, Davon mendapatkan tanggung jawab besar untuk menjalankan perusahaan mendiang papanya. Dia dengan berat hati pergi ke New York. Tempat dimana pusat perusahaan papanya berada. Menjadi anak laki-laki satu-satunya dari keluarga Aditya, membuat Davon mau tidak mau harus bersikap dewasa dan bertanggung jawab. Dan mamanya adalah satu-satunya keluarga yang dia miliki. “Aku pasti merindukanmu, Ki. Aku berharap kamu selalu dalam keadaan baik-baik saja. Jauh darimu membuat diriku hampa. Aku tidak bisa lagi melihat senyummu. Jika disuruh memilih, aku ingin selalu ada di sampingmu. Menjagamu dengan segenap jiwa dan raga. Namun saat ini semua itu hanyalah sebuah angan yang tidak bisa aku lakukan. Perlu kamu ingat, Ki. Aku akan selalu mencintaimu, meskipun aku jauh darimu,” ucap Davon dalam hati. Dia menatap keluar. Memandang langit biru dari dalam pesawat yang membawanya saat ini ke New York. Mamanya lebih dulu berangkat menuju New York. Karena mamanya harus mengurus segala keperluan Davon di New York. ☃️☃️☃️ Dengan penuh semangat, Kiandra memasuki kelas. Dia menoleh kiri dan kanan. Mencari keberadaan Davon dan juga Aurel yang masih belum kelihatan di kelas. “Tumben banget mereka berdua masih belum datang. Biasanya jam segini mereka sudah pada datang,” gumam Kiandra. Tidak berselang lama, Aurel datang dengan senyum lebar yang terlihat jelas di wajahnya. “Pagi Kian,” sapa Kiandra sambil berteriak lantang di kelas. Kiandra secara refleks langsung menutup telinganya dengan kedua tangan. “Jangan berisik napa Rel. Ini di kelas bukan di hutan. Oh ya, ngomong-ngomong aku dari tadi tidak kelihatan Davon?” ucap Kiandra dengan raut muka cemas. Aurel yang baru ingat dengan titipan, dia langsung membuka tas sekolahnya. “Ini, Ki. Titipan dari Davon,” ucap Aurel sambil menyodorkan sepucuk surat pada Kiandra. Kiandra yang menerima surat dari Aurel mengerutkan dahi karena dia tidak paham. “Maksudnya surat ini apa, Rel?” tanya Kiandra tidak paham akan maksud surat yang diberikan oleh Aurel. “Baca saja, Ki. Nanti kamu bakalan tahu isi surat yang ditulis oleh Davon untukmu,” ucap Aurel dengan tersenyum. Kiandra pun duduk ke tempat duduknya dan mulai membuka surat yang ditulis Davon untuk dirinya. Dear : Kiandra Areta Abimanyu Hai, Kian... Mungkin saat kamu membaca surat ini, aku sudah tidak ada lagi di Indonesia. Jujur sebenarnya aku sangat berat meninggalkanmu. Tapi, aku harus melakukannya. Aku tidak punya nyali untuk berpamitan secara langsung kepadamu. Aku pasti akan selalu merindukanmu, Ki. Terima kasih untuk hari-hari kita. Mengenalmu menjadi warna tersendiri untuk hidupku. Senyumanmu yang riang, tingkahmu yang apa adanya, membuat dirimu menjadi wanita yang istimewa di mataku. Aku berharap suatu saat nanti, kita bisa bertemu kembali. Perasaanku yang kupendam kepadamu, masih belum bisa aku utarakan. Karena aku sangat menghormati keputusanmu. Yang tanpa aku sengaja mendengar obrolanmu dengan Aurel. Yang perlu kamu ketahui, semenjak aku pertama kali bertemu denganmu di sekolah ini, aku sudah mulai tertarik kepadamu. Karena keunikan yang kamu miliki, membuat ku mulai jatuh cinta kepadamu. “I Love You, Kiandra”. Aku ingin suatu saat nanti, pintu hatimu bisa terbuka untukku. Membuka hatimu untuk menerima cintaku. Meskipun aku jauh darimu, hatiku sudah terpatri untukmu. Terukir indah dalam hatiku. Terima kasih akan kenangan kenangan indah yang sudah kita berdua lewati. Terima kasih kamu sudah mau menerima aku sebagai teman dan juga sahabat untukmu. Meskipun pertemanan kita berawal kurang baik. Namun dengan berjalannya waktu hubungan kita semakin membaik. Dan akhirnya kita bisa menjadi teman. “I Love You, Kiandra. Aku pasti akan selalu merindukanmu.” From : Davon Aditya (Pria yang mencintaimu) Tidak terasa, air mata Kiandra menetes saat membaca surat dari Davon. Davonnya sudah pergi. Pria yang dicintainya dengan diam telah pergi. Entah dia bisa bertemu lagi dengannya atau tidak. “Maafin gue, Von. Maafin gue yang udah ngegantungi perasaan lo pada gue. Jujur, gue sebenarnya juga suka sama lo, Von. Apa sebenarnya alasanmu pergi? Kenapa harus pergi?” ucap Kiandra dalam hati. Aurel yang melihat sahabatnya bersedih, dia langsung menghampirinya. Menepuk pundak Kiandra. “Mungkin kamu bertanya-tanya, Ki. Apa alasan Davon pergi dari Indonesia,” ucap Aurel. “Memang apa alasan dia pergi? Apa dia kesal sama aku, Rel? Sampai-sampai dia mutusin untuk pergi dari Indonesia,” ucap Kiandra. Aurel yang mendengarnya tersenyum simpul. Dia duduk disebelah Kiandra. Menatap Kiandra dengan senyuman di wajahnya. “Davon bukan tanpa alasan dia pergi meninggalkan Indonesia. Kamu tahu sendiri kan Kian. Setelah papanya Davon meninggal, perusahaan papanya tidak ada yang mengurus. Dan karena ada sebuah kendala, mengharuskan Davon sendiri yang harus turun tangan. Dan akhirnya dia memutuskan untuk menetap di New York. Tempat dimana pusat perusahaan papanya berada. Dia sebelum berangkat menemuiku. Menitipkan sepucuk surat ini untukmu. Dia tidak akan kuat untuk pergi jika dia bertemu denganmu terlebih dahulu. Karena buat dirinya, kamu adalah segalanya. Satu-satunya wanita yang sangat dia cintai dengan sepenuh hati. Meskipun dia masih belum berani untuk mengungkapkan cinta ,” ucap Aurel. Kiandra yang mendengarnya hanya bisa diam. Dia merasa kalau dirinya benar-benar sangat egois. Membiarkan pria yang dia cintai pergi tanpa adanya kepastian. Kiandra berharap, dia masih bisa bertemu dengan Davon suatu saat nanti. “Sudah, Jangan bersedih lagi. Davon akan marah kepadaku. Kalau kamu sampai bersedih. Kamu berdoa saja. Semoga suatu saat nanti kalian berdua bisa bertemu kembali,” ucap Aurel pada Kiandra. Kiandra menganggukkan kepala. Dan tidak berselang lama bel masuk berbunyi. Semua anak-anak pada masuk ke dalam kelas. ☃️☃️☃️ Sebuah awal cerita cinta Kiandra dan Davon semasa SMA. Pertemuan yang berawal dari pertengkaran. Gadis bar-bar yang sudah membuat hidup Davon berwarna. Layaknya warna sang Pelangi yang terlihat indah saat hujan telah usai. Kecantikan alami yang dimiliki Kiandra, semakin membuat seorang Davon tidak berhenti untuk tidak tertarik kepadanya. Terlebih lagi saat Kiandra tersenyum dengan cantiknya. Apapun yang ada dalam diri Kiandra, membuat Davon jatuh cinta. Cinta masa SMA yang selalu menjadi kenangan indah untuknya. Tidak berselang lama pesawat pun landing. Setelah pesawat berhenti dan pintu pesawat terbuka, Davon berjalan dengan pasti melangkahkan kakinya dengan harapan baru. Mengemban sebuah tugas dari almarhum papanya. Sosok pria yang menjadi panutan dalam diri seorang Davon. Dia berharap, dia bisa mengikuti kesuksesan papanya dalam menjalankan perusahaannya kali ini. Perusahaan yang dibangun papanya mulai nol. Dan sampai akhirnya perusahaan papanya sampai sesukses ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD